BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Tim peneliti Indonesia berhasil
mengembangkan teknologi bioremedial yang bisa berguna untuk mengatasi
pencemaran di laut. Teknologi tersebut berupa kultur bakteri yang
akan menyerap bahan pencemar. Teknologi terbaru ini diperkenalkan
kepada Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad pada acara temu
nelayan di Pelabuhan Perikanan Samudra Nizam Zachman, Muara Baru,
Jakarta Utara, Rabu (18/6/2010).
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
berupaya membersihkan laut dari genangan minyak yang tercemar di
daerah perairan Nusantara dengan menggunakan teknologi bioremedial
yang menggunakan mikroorganisme. Teknologi bioremedial tersebut
merupakan teknologi yang dihasilkan sendiri oleh orang Indonesia yang
bertujuan untuk membersihkan laut yang telah kotor dan rusak karena
tercemar. Teknologi tersebut merupakan bentuk teknologi yang aman
karena berbeda dengan teknologi berbahan kimia yang digunakan Amerika
Serikat untuk membersihkan pencemaran minyak di Teluk Meksiko.
Teknologi berbahan kimia memang bisa membuat endapan tetapi akan
mengganggu biota laut. Menteri
Kelautan dan Perikanan itu juga memaparkan, tidak tertutup
kemungkinan bila teknologi bioremedial itu memang benar-benar
efektif, maka dapat pula digunakan untuk menjernihkan air luapan
lumpur yang muncul di Sidoarjo, Jawa Timur.
Teknologi bioremedial, adalah teknologi
yang memanfaatkan kultur bakteri untuk menyerap bahan pencemar.
Teknologi ini telah dikembangkan oleh tim peneliti dari ITB yang
bekerja sama dengan Balai Penelitian Kementrian Kelautan dan
Perikanan sejak tahun 1998. Bioremedial terdiri dari 100 macam
bakteri dan mikroorganisme yang berbentuk seperti serbuk gergaji.
Serbuk ini kemudian ditabur pada media yang tercemar. Pada
kasus tumpahan minyak di laut. Proses menaburkan hingga
menyerap tumpahan minyak dengan sempurna kurang lebih 1 minggu.
Ketika teknologi bioremedial tersebut, menyerap minyak.
Bakteri dan Mikroorganisme yang ada akan menghasilkan semacam liur.
Liur ini dapat dimanfaatkan untuk memisahkan air dan lumpur, kata
Edison Effendi, salah seorang peneliti bioteknologi dan teknik
lingkungan. Atau untuk menjernihkan air. Sehingga, fungsi
calcium carbonat (CaCo3)dalam
pengelolaan air bersih dapat digantikan oleh teknologi bioremedial
agar lebih aman untuk dikonsumsi. Uniknya, setelah digunakan untuk
menyerap tumpahan minyak di laut. Serbuk ini dapat digunakan
untuk pakan ikan laut dan udang.
- Rumusan Masalah
Ditinjau dari segi inovasi teknologi yang
semakin berkembang pesat saat ini, maka timbullah berbagai aspek
pertanyaan sebagai berikut:
- Darimanakah gagasan pencetus teknologi Bioremedial itu muncul dan bisa teruji keunggulannya?
- Apasaja hal hal yang mempengaruhi pencemaran laut sehingga membahayakan ekosistem laut?
- Apasaja keunggulan dari teknologi inovasi Bioremedial tersebut?
- Bagaimana dampak daripada teknologi Bieremedial bagi ekosistem laut?
- Tujuan
Tujuan dari pada makalah ini adalah untuk
mengetehui teknologi inovasi terbaru yang berguna dan bermanfaat
untuk bidang perikanan serta lingkungan, yaitu Teknologi Bioremedial.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Pencemaran Laut
Kerusakan lingkungan (dalam konteks hukum)
disebabkan oleh perbuatan manusia, oleh karena itu, tindakan manusia
yang merusak ini harus dikendalikan. Salah satu alat pengendaliannya
adalah “hukum” dalam hal ini hukum lingkungan. Hukum lingkungan
internasional adalah prinsip-prinsip yang mengatur perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat lintas batas negara.
Pencemaran
adalah masuk atau dimasukkannya mahluk
hidup, zat,
energi
dan/ atau komponen lain ke dalam air
atau udara. Pencemaran juga bisa berarti berubahnya tatanan
(komposisi) air atau udara
oleh kegiatan manusia
dan proses alam, sehingga kualitas air/ udara menjadi kurang atau
tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Laut adalah
kumpulan air asin dalam jumlah yang banyak dan luas yang menggenangi
dan membagi daratan atas benua atau pulau. Jadi laut adalah merupakan
air yang menutupi permukaan tanah yang sangat luas dan umumnya
mengandung garam dan berasa asin. Biasanya air yang ada di darat
mengalir dan akan bermuara ke laut.
Sebagian besar sumber pencemaran laut
berasal dari daratan, baik tertiup angin, terhanyut maupun melalui
tumpahan. Salah satu penyebab pencemaran laut adalah kapal yang dapat
mencemari sungai dan samudera dalam banyak cara. Misalnya melalui
tumpahan minyak, air penyaring dan residu bahan bakar. Polusi dari
kapal dapat mencemari pelabuhan, sungai dan lautan. Kapal juga
membuat polusi suara yang mengganggu kehidupan organisme perairan,
dan air dari balast tank yang bisa mempengaruhi suhu air
sehingga menganggu kenyamanan organisme yang hidup dalam air.
2.2
Komponen Penyebab Pencemaran
Komponen-komponen yang
menyebabkan pencemaran
laut seperti
partikel kimia, limbah industri, limbah pertambangan, limbah
pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme
invasif (asing) di dalam laut yang berpotensi memberi efek berbahaya.
Beberapa contoh pencemaran laut yang terjadi di Indonesia seperti
penangkapan ikan dengan cara pengeboman dan trawl,
peluruhan potasium yang dilakukan nelayan asal dalam maupun luar
negeri yang selalu meninggalkan kerusakan dan pencemaran di lautan
Indonesia. Belum lagi pencemaran minyak dan pembuangan limbah
berbahaya jenis lainnya.
Bahan pencemar laut lainnya yang juga
memberikan dampak yang negatif ke perairan adalah limbah plastik yang
bahkan telah menjadi masalah global. Sampah plastik yang dibuang,
terapung dan terendap di lautan. Sejak akhir Perang Dunia II,
diperkirakan 80 persen sampah plastik terakumulasi di laut sebagai
sampah padat yang mengganggu eksositem laut. Massa plastik di
lautan diperkirakan yang menumpuk hingga seratus juta metrik ton.
Kondisi ini sangat berpengaruh buruk, dan sangat sulit terurai oleh
bakteri. Sumber sampah plastik di laut juga berasal dari Jaring ikan
yang sengaja dibuang atau tertinggal di dasar laut. Limbah kimia yang
bersifat toxic (racun)
yang masuk ke perairan laut akan menimbulkan efek yang sangat
berbahaya. Kelompok limbah kimia ini terbagi dua, pertama kelompok
racun yang sifatnya cenderung masuk terus menerus seperti pestisida,
furan, dioksin dan fenol. Terdapat pula logam berat, suatu unsur
kimia metalik yang memiliki kepadatan yang relatif tinggi dan
bersifat racun atau beracun pada konsentrasi rendah. Contoh logam
berat yang sering mencemari adalah air raksa, timah, nikel,
arsenik dan kadmium.
Lautan biasanya menyerap karbon dioksida
dari atmosfer. Karena kadar karbon dioksida atmosfer meningkat,
lautan menjadi lebih asam. Potensi peningkatan keasaman laut dapat
mempengaruhi kemampuan karang dan hewan bercangkang lainnya untuk
membentuk cangkang atau rangka. Kehidupan laut dapat rentan terhadap
pencemaran kebisingan atau suara dari sumber seperti kapal yang
lewat, survei seismik eksplorasi minyak, dan frekuensi sonar angkatan
laut. Perjalanan suara lebih cepat di laut daripada di udara.
Tingkat pencemaran
lingkungan laut Indonesia masih tinggi, ditandai antar lain dengan
terjadinya eutrofikasi atau meningkatnya jumlah nutrisi disebabkan
oleh polutan. Nutrisi yang berlebihan tersebut, umumnya berasal dari
limbah industri, limbah domestik seperti deterjen, maupun aktivitas
budidaya pertanian di daerah aliran sungai yang masuk ke laut.
Pencemaran di laut bisa pula ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan
fitoplankton atau algae yang berlebihan dan cenderung cepat
membusuk. Kasus-kasus pencemaran di lingkungan laut, yang
disebut red tide itu, antara lain terjadi di muara-muara sungai.
2.3
Dampak-Dampak Pencemaran di Laut
Pencemaran air dapat berdampak sangat luas,
misalnya dapat meracuni air minum, meracuni makanan hewan, menjadi
penyebab ketidak seimbangan ekosistem sungai dan danau, pengrusakan
hutan akibat hujan asam dan
sebagainya.
Di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat dari kegiatan
pertanian telah menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar
kendali yang disebut eutrofikasi (eutrofication).
Ledakan pertumbuhan tersebut menyebabkan oksigen yang seharusnya
digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang.
Ketika tanaman air tersebut mati, dekomposisinya menyedot lebih
banyak oksigen. Akibatnya ikan akan mati dan aktivitas bakteri akan
menurun. Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi dalam 4 kategori :
a. dampak terhadap kehidupan biota air
b. dampak terhadap kualitas air tanah
c. dampak terhadap kesehatan
d. dampak terhadap estetika lingkungan
Selain berakibat pada degradasi lingkungan,
pencemaran laut juga memberi akibat penurunan perekonomian nelayan.
Dampak dari pencemaran laut dan limbah telah mengakibatkan penurunan
hasil tangkapan nelayan di sejumlah kawasan di Indonesia. Sektor
pariwisata pesisir dan laut Indonesia juga menerima dampak dari
pencemaran laut ini.
Komponen
minyak yang tidak dapat larut di dalam air akan mengapung yang menyebabkan air
laut berwarna hitam. Beberapa komponen minyak tenggelam dan terakumulasi di
dalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir dan batuan-batuan di pantai.
Komponen hidrokarbon yang bersifat toksik berpengaruh pada reproduksi,
perkembangan, pertumbuhan, dan perilaku biota laut, terutama pada plankton,
bahkan dapat mematikan ikan, dengan sendirinya dapat menurunkan produksi ikan.
Proses emulsifikasi merupakan sumber mortalitas bagi organisme, terutama pada
telur, larva, dan perkembangan embrio karena pada tahap ini sangat rentan pada
lingkungan tercemar. Secara tidak langsung, pencemaran laut akibat minyak
mentah dengan susunannya yang kompleks dapat membinasakan kekayaan laut dan
mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut. Ikan yang hidup di sekeliling laut
akan tercemar atau mati dan banyak pula yang bermigrasi ke daerah lain. Minyak
yang tergenang di atas permukaan laut akan menghalangi sinar matahari masuk
sampai ke lapisan air dimana ikan berdiam. Lapisan minyak yang tergenang
tersebut juga akan mempengarungi pertumbuhan rumput laut , lamun dan tumbuhan
laut lainnya jika menempel pada permukaan daunnya, karena dapat mengganggu
proses metabolisme pada tumbuhan tersebut seperti respirasi, selain itu juga
akan menghambat terjadinya proses fotosintesis karena lapisan minyak di
permukaan laut akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam zona euphotik,
sehingga rantai makanan yang berawal pada phytoplankton akan terputus Jika lapisan
minyak tersebut tenggelam dan menutupi substrat, selain akan mematikan
organisme benthos juga akan terjadi perbusukan akar pada tumbuhan laut yang
ada.
Pencemaran minyak di laut
juga merusak ekosistem mangrove. Minyak tersebut berpengaruh terhadap sistem
perakaran mangrove yang berfungsi dalam pertukaran CO2 dan O2, dimana akar
tersebut akan tertutup minyak sehingga kadar oksigen dalam akar berkurang. Jika
minyak mengendap dalam waktu yang cukup lama akan menyebabkan pembusukan pada
akar mangrove yang mengakibatkan kematian pada tumbuhan mangrove tersebut.
Tumpahan minyak juga akan menyebabkan kematian fauna-fauna yang hidup
berasosiasi dengan hutam mangrove seperti moluska, kepiting, ikan, udang, dan
biota lainnya.
2.4
Teknologi Bioremedial untuk Membersihkan Pencemaran Air Laut
Tim peneliti Indonesia berhasil
mengembangkan teknologi bioremedial yang bisa berguna untuk mengatasi
pencemaran di laut. Teknologi tersebut berupa kultur bakteri yang
akan menyerap bahan pencemar. Teknologi ini sudah dikembangkan sejak
tahun 1998 oleh tim dari ITB yang bekerja sama dengan Balai
Penelitian Kementrian Kelautan dan Perikanan. Teknologi terbaru ini
diperkenalkan kepada Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad
pada acara temu nelayan di Pelabuhan Perikanan Samudra Nizam Zachman,
Muara Baru, Jakarta Utara, Rabu (18/6/2010).Teknologi ini adalah
hasil karya anak bangsa dan pertama di dunia.
Bioremedial terdiri dari 100 macam bakteri
dan mikroorganisme yang berbentuk seperti serbuk gergaji. Serbuk ini
kemudian ditabur pada media yang tercemar. Pada kasus tumpahan minyak
di laut. Proses menaburkan hingga menyerap tumpahan minyak dengan
sempurna kurang lebih 1 minggu. Ketika teknologi bioremedial
tersebut, menyerap minyak. Bakteri dan Mikroorganisme yang ada akan
menghasilkan semacam liur. Liur ini dapat dimanfaatkan untuk
memisahkan air dan lumpur, kata Edison Effendi, salah seorang
peneliti bioteknologi dan teknik lingkungan. Atau untuk menjernihkan
air.
Selain diterapkan di laut, teknologi
bioremedial juga dapat diterapkan di daerah genangan lumpur Lapindo.
Bakteri-bakteri yang dibudidayakan bisa memisahkan lumpur dan air sehingga
dapat menjernihkan dan menteralkan genengan lumpur tersebut. Mikroorganisme ini
saat makan minyak
menghasilkan semacam liur, liur ini yang bisa digunakan untuk menyerap lumpur
seperti lumpur di Lapindo. Setelah lumpur terserap, daerah bekas genangan
lumpur dapat ditebar benih ikan.
Sedangkan tahapan dari proses
bioremediasi pencemaran minyak di laut adalah dengan mengetahui tingkat dan
dampak pencemaran sehingga bisa menentukan mikroorganisme yang sesuai. Setelah
itu, mikroorganisme yang sesuai tersebut akan diberikan kepada air yang
tercemar sehingga minyak pencemar itu bisa diserap dan terkumpul seketika.
Selanjutnya, hasil serapan minyak itu diberi nutrisi dan dimonitor dengan
interval waktu sekitar tiga hari. Sementara itu, mikroorganisme yang memakan
minyak pencemar tersebut kemudian akan dimakan oleh ikan.
2.5 Keuntungan Bioremedial
Ada sejumlah keuntungan
efisiensi biaya / untuk bioremediasi, yang dapat digunakan di daerah-daerah
yang tidak dapat diakses tanpa penggalian. Sebagai contoh, hidrokarbon tumpahan
(khusus, bensin tumpahan) atau pelarut diklorinasi tertentu dapat mencemari air
tanah , dan memperkenalkan akseptor elektron sesuai atau donor elektron
perubahan sebagaimana mestinya, secara signifikan dapat mengurangi kontaminan
konsentrasi setelah waktu yang lama memungkinkan untuk aklimatisasi. Hal ini
biasanya jauh lebih murah dari penggalian diikuti oleh pembuangan di tempat
lain, insinerasi atau perlakuan ex situ strategi lain, dan mengurangi atau
menghilangkan kebutuhan untuk "pompa dan memperlakukan", sebuah
praktek umum di situs mana hidrokarbon telah mengotori air tanah bersih.
2.6 Cara Kerja Teknologi Bioremedial
Bioremedial terdiri dari
100 macam bakteri dan mikroorganisme yang berbentuk seperti serbuk gergaji.
Serbuk ini kemudian ditabur pada media yang tercemar. Pada kasus tumpahan
minyak di laut. Proses menaburkan hingga menyerap tumpahan minyak dengan
sempurna kurang lebih 1 minggu. Ketika teknologi bioremedial tersebut, menyerap
minyak. Bakteri dan Mikroorganisme yang ada akan menghasilkan semacam liur.
Liur ini dapat dimanfaatkan untuk memisahkan air dan lumpur, kata Edison
Effendi, salah seorang peneliti bioteknologi dan teknik lingkungan. Atau untuk
menjernihkan air. Sehingga, fungsi calcium carbonat (CaCo3)dalam pengelolaan
air bersih dapat digantikan oleh teknologi bioremedial agar lebih aman untuk
dikonsumsi. Uniknya, setelah digunakan untuk menyerap tumpahan minyak di laut.
Serbuk ini dapat digunakan untuk pakan ikan laut dan udang.
Dengan teknologi
remediasi. Biaya bisa dihemat antara 25%-50% dibanding teknologi bioremediasi
lainnya. Khusus untuk detoksifikasi merkuri, teknologi yang ditemukan Andreas
mampu menurunkan merkuri dalam limbah hingga 98,5% dalam waktu 30 menit.
“Teknologi ini sudah teruji keefektifannya dan sudah didaftarkan IPB untuk
memperoleh paten,” kata Andreas. Secara teknis, limbah minyak bumi bisa
dibersihkan menggunakan bakteri Bacillus sp. ICBB 7859. Sementara limbah
merkuri bisa menggunakan Pseudomonas pseudomallei ICBB 1512. Sedangkan fenol
menggunakan khamir Candida sp. ICBB 1167 dan Pseudomonas sp.
Dalam bidang pertanian.
Teknologi ini pernah diujicobakan di Lembang. Pada daerah persawahan yang
tercemar oleh limbah pabrik tekstil yang mengandung kadmium. Unsur beracun
terberat kedua setelah merkuri. Setelah dibioremediasi dilakukan. Dalam
hitungan minggu, persawahan pun kembali dapat ditanami padi. Pada daerah
tercemar, agar lingkungan kembali pulih, bisa menggunakan bakteri Desulfotomaculum
orientis ICBB 1204.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pencemaran juga bisa berarti berubahnya
tatanan (komposisi) air atau udara
oleh kegiatan manusia
dan proses alam, sehingga kualitas air/ udara menjadi kurang atau
tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Salah
satu penyebab pencemaran laut adalah kapal yang dapat mencemari
sungai dan samudera dalam banyak cara. Misalnya melalui tumpahan
minyak, air penyaring dan residu bahan bakar. Polusi dari kapal dapat
mencemari pelabuhan, sungai dan lautan. Komponen-komponen yang
menyebabkan pencemaran
laut seperti
partikel kimia, limbah industri, limbah pertambangan, limbah
pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme
invasif (asing) di dalam laut yang berpotensi memberi efek berbahaya.
Dampak yang ditimbulkan sangatlah luar biasa merusak ekosistem
sekitar.
Teknologi bioremedial, adalah
teknologi yang memanfaatkan kultur bakteri untuk menyerap bahan pencemar.
Bioremedial terdiri dari 100 macam bakteri dan mikroorganisme yang berbentuk
seperti serbuk gergaji. Serbuk ini kemudian ditabur pada media yang
tercemar. Pada kasus tumpahan minyak di laut. Proses
menaburkan hingga menyerap tumpahan minyak dengan sempurna kurang lebih 1
minggu. Ketika teknologi bioremedial tersebut, menyerap minyak. Bakteri dan
Mikroorganisme yang ada akan menghasilkan semacam liur. Liur ini dapat
dimanfaatkan untuk memisahkan air dan lumpur. Sehingga, fungsi calcium carbonat
(CaCo3)dalam pengelolaan air bersih dapat digantikan oleh teknologi bioremedial
agar lebih aman untuk dikonsumsi. Uniknya, setelah digunakan untuk menyerap
tumpahan minyak di laut. Serbuk ini dapat digunakan untuk pakan ikan laut dan
udang.
3.2 Saran
Semoga Iinovasi
teknologi terbaru ini bisa dikembangkan untuk mengatasi pencemaran tidak hanya
di laut, namun di tempat tempat yang ekosistemnya terancam bahaya akibat
pencemaran lingkungan dan kerusakan lingkungan yang buruk.
DAFTAR PUSTAKA
Admin.2010. Pencemaran Laut “Mengancam Potensi
Sumberdaya dan Lingkungan Maritim” diakses di
http://indomaritimeinstitute.org/?p=1217
Alamendah.2011.Pencemaran Laut. Diakses di http://alamendah.wordpress.com/2011/02/27/tingkat-pencemaran-laut-indonesia/Antara.2010. Diakses di http://www.antaranews.com/berita/1282167313/kkp-berupaya-bersihkan-laut-dengan-teknologi-bioremedial pada tanggal 23 September 2012 pukul 7:12 WIB
Duniakumu.2011. Diakses di http://pobersonaibaho.wordpress.com/2011/09/19/teknologi-bioremedial-pembersih-pencemaran-di-laut-asli-karya-anak-indonesia/ pada tanggal 23 September 2012 pukul 8:11 WIB
Infocom.2010. Diakses di http://informasi-budidaya.blogspot.com/2010/08/bersihkan-laut-dengan-teknologi.html
Kompas.2010. Diakses di http://sains.kompas.com/read/2010/08/18/18282558/Teknologi.Pembersih.Laut.Asli.Indonesia pada tanggal 23 September 2012 pukul 7:50 WIB
Notiv.2012.Diakses dihttp://notifikasiku.blogspot.com/2012/02/teknologi-untuk-membersihkan-pencemaran.html?m=0 pada tanggal 23 September 2012 pukul 8:01 WIB
RHLBT.2010. Diakses di http://www.greenmining.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=240&catid=90&Itemid=107 pada tanggal 23 September 2012 pukul 8:30 WIB
Alamendah.2011.Pencemaran Laut. Diakses di http://alamendah.wordpress.com/2011/02/27/tingkat-pencemaran-laut-indonesia/Antara.2010. Diakses di http://www.antaranews.com/berita/1282167313/kkp-berupaya-bersihkan-laut-dengan-teknologi-bioremedial pada tanggal 23 September 2012 pukul 7:12 WIB
Duniakumu.2011. Diakses di http://pobersonaibaho.wordpress.com/2011/09/19/teknologi-bioremedial-pembersih-pencemaran-di-laut-asli-karya-anak-indonesia/ pada tanggal 23 September 2012 pukul 8:11 WIB
Infocom.2010. Diakses di http://informasi-budidaya.blogspot.com/2010/08/bersihkan-laut-dengan-teknologi.html
Kompas.2010. Diakses di http://sains.kompas.com/read/2010/08/18/18282558/Teknologi.Pembersih.Laut.Asli.Indonesia pada tanggal 23 September 2012 pukul 7:50 WIB
Notiv.2012.Diakses dihttp://notifikasiku.blogspot.com/2012/02/teknologi-untuk-membersihkan-pencemaran.html?m=0 pada tanggal 23 September 2012 pukul 8:01 WIB
RHLBT.2010. Diakses di http://www.greenmining.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=240&catid=90&Itemid=107 pada tanggal 23 September 2012 pukul 8:30 WIB
No comments:
Post a Comment