Saturday, February 22, 2014

MAKALAH PENYULUHAN TEKNOLOGI BIOREMEDIAL PEMBERSIH PENCEMARAN DI LAUT



BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Tim peneliti Indonesia berhasil mengembangkan teknologi bioremedial yang bisa berguna untuk mengatasi pencemaran di laut. Teknologi tersebut berupa kultur bakteri yang akan menyerap bahan pencemar. Teknologi terbaru ini diperkenalkan kepada Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad pada acara temu nelayan di Pelabuhan Perikanan Samudra Nizam Zachman, Muara Baru, Jakarta Utara, Rabu (18/6/2010).
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berupaya membersihkan laut dari genangan minyak yang tercemar di daerah perairan Nusantara dengan menggunakan teknologi bioremedial yang menggunakan mikroorganisme. Teknologi bioremedial tersebut merupakan teknologi yang dihasilkan sendiri oleh orang Indonesia yang bertujuan untuk membersihkan laut yang telah kotor dan rusak karena tercemar. Teknologi tersebut merupakan bentuk teknologi yang aman karena berbeda dengan teknologi berbahan kimia yang digunakan Amerika Serikat untuk membersihkan pencemaran minyak di Teluk Meksiko. Teknologi berbahan kimia memang bisa membuat endapan tetapi akan mengganggu biota laut. Menteri Kelautan dan Perikanan itu juga memaparkan, tidak tertutup kemungkinan bila teknologi bioremedial itu memang benar-benar efektif, maka dapat pula digunakan untuk menjernihkan air luapan lumpur yang muncul di Sidoarjo, Jawa Timur.
Teknologi bioremedial, adalah teknologi yang memanfaatkan kultur bakteri untuk menyerap bahan pencemar. Teknologi ini telah dikembangkan oleh tim peneliti dari ITB yang bekerja sama dengan Balai Penelitian Kementrian Kelautan dan Perikanan sejak tahun 1998. Bioremedial terdiri dari 100 macam bakteri dan mikroorganisme yang berbentuk seperti serbuk gergaji.  Serbuk ini kemudian ditabur pada media yang tercemar.  Pada kasus tumpahan minyak di laut.  Proses menaburkan hingga menyerap tumpahan minyak dengan sempurna kurang lebih 1 minggu. Ketika teknologi bioremedial tersebut,  menyerap minyak.  Bakteri dan Mikroorganisme yang ada akan menghasilkan semacam liur.  Liur ini dapat dimanfaatkan untuk memisahkan air dan lumpur, kata Edison Effendi, salah seorang peneliti bioteknologi dan teknik lingkungan.  Atau untuk menjernihkan air. Sehingga, fungsi calcium carbonat (CaCo3)dalam pengelolaan air bersih dapat digantikan oleh teknologi bioremedial agar lebih aman untuk dikonsumsi. Uniknya, setelah digunakan untuk menyerap tumpahan minyak di laut.  Serbuk ini dapat digunakan untuk pakan ikan laut dan udang.

  1. Rumusan Masalah
Ditinjau dari segi inovasi teknologi yang semakin berkembang pesat saat ini, maka timbullah berbagai aspek pertanyaan sebagai berikut:
  • Darimanakah gagasan pencetus teknologi Bioremedial itu muncul dan bisa teruji keunggulannya?
  • Apasaja hal hal yang mempengaruhi pencemaran laut sehingga membahayakan ekosistem laut?
  • Apasaja keunggulan dari teknologi inovasi Bioremedial tersebut?
  • Bagaimana dampak daripada teknologi Bieremedial bagi ekosistem laut?

  1. Tujuan
Tujuan dari pada makalah ini adalah untuk mengetehui teknologi inovasi terbaru yang berguna dan bermanfaat untuk bidang perikanan serta lingkungan, yaitu Teknologi Bioremedial.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pencemaran Laut
Kerusakan lingkungan (dalam konteks hukum) disebabkan oleh perbuatan manusia, oleh karena itu, tindakan manusia yang merusak ini harus dikendalikan. Salah satu alat pengendaliannya adalah “hukum” dalam hal ini hukum lingkungan. Hukum lingkungan internasional adalah prinsip-prinsip yang mengatur perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat lintas batas negara.
Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan/ atau komponen lain ke dalam air atau udara. Pencemaran juga bisa berarti berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/ udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Laut adalah kumpulan air asin dalam jumlah yang banyak dan luas yang menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau. Jadi laut adalah merupakan air yang menutupi permukaan tanah yang sangat luas dan umumnya mengandung garam dan berasa asin. Biasanya air yang ada di darat mengalir dan akan bermuara ke laut.
Sebagian besar sumber pencemaran laut berasal dari daratan, baik tertiup angin, terhanyut maupun melalui tumpahan. Salah satu penyebab pencemaran laut adalah kapal yang dapat mencemari sungai dan samudera dalam banyak cara. Misalnya melalui tumpahan minyak, air penyaring dan residu bahan bakar. Polusi dari kapal dapat mencemari pelabuhan, sungai dan lautan. Kapal juga membuat polusi suara yang mengganggu kehidupan organisme perairan, dan air dari balast tank yang bisa mempengaruhi suhu air sehingga menganggu kenyamanan organisme yang hidup dalam air.

2.2 Komponen Penyebab Pencemaran
Komponen-komponen yang menyebabkan pencemaran laut seperti partikel kimia, limbah industri, limbah pertambangan, limbah pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme invasif (asing) di dalam laut yang berpotensi memberi efek berbahaya. Beberapa contoh pencemaran laut yang terjadi di Indonesia seperti penangkapan ikan dengan cara pengeboman dan trawl, peluruhan potasium yang dilakukan nelayan asal dalam maupun luar negeri yang selalu meninggalkan kerusakan dan pencemaran di lautan Indonesia. Belum lagi pencemaran minyak dan pembuangan limbah berbahaya jenis lainnya.
Bahan pencemar laut lainnya yang juga memberikan dampak yang negatif ke perairan adalah limbah plastik yang bahkan telah menjadi masalah global. Sampah plastik yang dibuang, terapung dan terendap di lautan. Sejak akhir Perang Dunia II, diperkirakan 80 persen sampah plastik terakumulasi di laut sebagai sampah padat yang mengganggu eksositem laut.  Massa plastik di lautan diperkirakan yang menumpuk hingga seratus juta metrik ton. Kondisi ini sangat berpengaruh buruk, dan sangat sulit terurai oleh bakteri. Sumber sampah plastik di laut juga berasal dari Jaring ikan yang sengaja dibuang atau tertinggal di dasar laut. Limbah kimia yang bersifat toxic (racun) yang masuk ke perairan laut akan menimbulkan efek yang sangat berbahaya. Kelompok limbah kimia ini terbagi dua, pertama kelompok racun yang sifatnya cenderung masuk terus menerus seperti pestisida, furan, dioksin dan fenol. Terdapat pula logam berat, suatu unsur kimia metalik yang memiliki kepadatan yang relatif tinggi dan bersifat racun atau beracun pada konsentrasi rendah. Contoh logam berat yang sering mencemari  adalah air raksa, timah, nikel, arsenik dan kadmium.
Lautan biasanya menyerap karbon dioksida dari atmosfer. Karena kadar karbon dioksida atmosfer meningkat, lautan menjadi lebih asam. Potensi peningkatan keasaman laut dapat mempengaruhi kemampuan karang dan hewan bercangkang lainnya untuk membentuk cangkang atau rangka. Kehidupan laut dapat rentan terhadap pencemaran kebisingan atau suara dari sumber seperti kapal yang lewat, survei seismik eksplorasi minyak, dan frekuensi sonar angkatan laut. Perjalanan suara lebih cepat di laut daripada di udara.
Tingkat pencemaran lingkungan laut Indonesia masih tinggi, ditandai antar lain dengan terjadinya eutrofikasi atau meningkatnya jumlah nutrisi disebabkan oleh polutan. Nutrisi yang berlebihan tersebut, umumnya berasal dari limbah industri, limbah domestik seperti deterjen, maupun aktivitas budidaya pertanian di daerah aliran sungai yang masuk ke laut. Pencemaran di laut bisa pula ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan fitoplankton atau algae yang berlebihan dan cenderung cepat membusuk.  Kasus-kasus pencemaran di lingkungan laut, yang disebut red tide itu, antara lain terjadi di muara-muara sungai.

2.3 Dampak-Dampak Pencemaran di Laut
Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air minum, meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidak seimbangan ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam dan sebagainya. Di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat dari kegiatan pertanian telah menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali yang disebut eutrofikasi (eutrofication). Ledakan pertumbuhan tersebut menyebabkan oksigen yang seharusnya digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang. Ketika tanaman air tersebut mati, dekomposisinya menyedot lebih banyak oksigen. Akibatnya ikan akan mati dan aktivitas bakteri akan menurun. Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi dalam 4 kategori :
a. dampak terhadap kehidupan biota air
b. dampak terhadap kualitas air tanah
c. dampak terhadap kesehatan
d. dampak terhadap estetika lingkungan
Selain berakibat pada degradasi lingkungan, pencemaran laut juga memberi akibat penurunan perekonomian nelayan. Dampak dari pencemaran laut dan limbah telah mengakibatkan penurunan hasil tangkapan nelayan di sejumlah kawasan di Indonesia. Sektor pariwisata pesisir dan laut Indonesia juga menerima dampak dari pencemaran laut ini.

Komponen minyak yang tidak dapat larut di dalam air akan mengapung yang menyebabkan air laut berwarna hitam. Beberapa komponen minyak tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir dan batuan-batuan di pantai. Komponen hidrokarbon yang bersifat toksik berpengaruh pada reproduksi, perkembangan, pertumbuhan, dan perilaku biota laut, terutama pada plankton, bahkan dapat mematikan ikan, dengan sendirinya dapat menurunkan produksi ikan. Proses emulsifikasi merupakan sumber mortalitas bagi organisme, terutama pada telur, larva, dan perkembangan embrio karena pada tahap ini sangat rentan pada lingkungan tercemar. Secara tidak langsung, pencemaran laut akibat minyak mentah dengan susunannya yang kompleks dapat membinasakan kekayaan laut dan mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut. Ikan yang hidup di sekeliling laut akan tercemar atau mati dan banyak pula yang bermigrasi ke daerah lain. Minyak yang tergenang di atas permukaan laut akan menghalangi sinar matahari masuk sampai ke lapisan air dimana ikan berdiam. Lapisan minyak yang tergenang tersebut juga akan mempengarungi pertumbuhan rumput laut , lamun dan tumbuhan laut lainnya jika menempel pada permukaan daunnya, karena dapat mengganggu proses metabolisme pada tumbuhan tersebut seperti respirasi, selain itu juga akan menghambat terjadinya proses fotosintesis karena lapisan minyak di permukaan laut akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam zona euphotik, sehingga rantai makanan yang berawal pada phytoplankton akan terputus Jika lapisan minyak tersebut tenggelam dan menutupi substrat, selain akan mematikan organisme benthos juga akan terjadi perbusukan akar pada tumbuhan laut yang ada.
 Pencemaran minyak di laut juga merusak ekosistem mangrove. Minyak tersebut berpengaruh terhadap sistem perakaran mangrove yang berfungsi dalam pertukaran CO2 dan O2, dimana akar tersebut akan tertutup minyak sehingga kadar oksigen dalam akar berkurang. Jika minyak mengendap dalam waktu yang cukup lama akan menyebabkan pembusukan pada akar mangrove yang mengakibatkan kematian pada tumbuhan mangrove tersebut. Tumpahan minyak juga akan menyebabkan kematian fauna-fauna yang hidup berasosiasi dengan hutam mangrove seperti moluska, kepiting, ikan, udang, dan biota lainnya.



2.4 Teknologi Bioremedial untuk Membersihkan Pencemaran Air Laut
Tim peneliti Indonesia berhasil mengembangkan teknologi bioremedial yang bisa berguna untuk mengatasi pencemaran di laut. Teknologi tersebut berupa kultur bakteri yang akan menyerap bahan pencemar. Teknologi ini sudah dikembangkan sejak tahun 1998 oleh tim dari ITB yang bekerja sama dengan Balai Penelitian Kementrian Kelautan dan Perikanan. Teknologi terbaru ini diperkenalkan kepada Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad pada acara temu nelayan di Pelabuhan Perikanan Samudra Nizam Zachman, Muara Baru, Jakarta Utara, Rabu (18/6/2010).Teknologi ini adalah hasil karya anak bangsa dan pertama di dunia.
Bioremedial terdiri dari 100 macam bakteri dan mikroorganisme yang berbentuk seperti serbuk gergaji. Serbuk ini kemudian ditabur pada media yang tercemar. Pada kasus tumpahan minyak di laut. Proses menaburkan hingga menyerap tumpahan minyak dengan sempurna kurang lebih 1 minggu. Ketika teknologi bioremedial tersebut, menyerap minyak. Bakteri dan Mikroorganisme yang ada akan menghasilkan semacam liur. Liur ini dapat dimanfaatkan untuk memisahkan air dan lumpur, kata Edison Effendi, salah seorang peneliti bioteknologi dan teknik lingkungan. Atau untuk menjernihkan air.

Selain diterapkan di laut, teknologi bioremedial juga dapat diterapkan di daerah genangan lumpur Lapindo. Bakteri-bakteri yang dibudidayakan bisa memisahkan lumpur dan air sehingga dapat menjernihkan dan menteralkan genengan lumpur tersebut. Mikroorganisme ini saat makan minyak menghasilkan semacam liur, liur ini yang bisa digunakan untuk menyerap lumpur seperti lumpur di Lapindo. Setelah lumpur terserap, daerah bekas genangan lumpur dapat ditebar benih ikan.

Sedangkan tahapan dari proses bioremediasi pencemaran minyak di laut adalah dengan mengetahui tingkat dan dampak pencemaran sehingga bisa menentukan mikroorganisme yang sesuai. Setelah itu, mikroorganisme yang sesuai tersebut akan diberikan kepada air yang tercemar sehingga minyak pencemar itu bisa diserap dan terkumpul seketika. Selanjutnya, hasil serapan minyak itu diberi nutrisi dan dimonitor dengan interval waktu sekitar tiga hari. Sementara itu, mikroorganisme yang memakan minyak pencemar tersebut kemudian akan dimakan oleh ikan.

2.5 Keuntungan Bioremedial
Ada sejumlah keuntungan efisiensi biaya / untuk bioremediasi, yang dapat digunakan di daerah-daerah yang tidak dapat diakses tanpa penggalian. Sebagai contoh, hidrokarbon tumpahan (khusus, bensin tumpahan) atau pelarut diklorinasi tertentu dapat mencemari air tanah , dan memperkenalkan akseptor elektron sesuai atau donor elektron perubahan sebagaimana mestinya, secara signifikan dapat mengurangi kontaminan konsentrasi setelah waktu yang lama memungkinkan untuk aklimatisasi. Hal ini biasanya jauh lebih murah dari penggalian diikuti oleh pembuangan di tempat lain, insinerasi atau perlakuan ex situ strategi lain, dan mengurangi atau menghilangkan kebutuhan untuk "pompa dan memperlakukan", sebuah praktek umum di situs mana hidrokarbon telah mengotori air tanah bersih.


2.6 Cara Kerja Teknologi Bioremedial
Bioremedial terdiri dari 100 macam bakteri dan mikroorganisme yang berbentuk seperti serbuk gergaji. Serbuk ini kemudian ditabur pada media yang tercemar. Pada kasus tumpahan minyak di laut. Proses menaburkan hingga menyerap tumpahan minyak dengan sempurna kurang lebih 1 minggu. Ketika teknologi bioremedial tersebut, menyerap minyak. Bakteri dan Mikroorganisme yang ada akan menghasilkan semacam liur. Liur ini dapat dimanfaatkan untuk memisahkan air dan lumpur, kata Edison Effendi, salah seorang peneliti bioteknologi dan teknik lingkungan. Atau untuk menjernihkan air. Sehingga, fungsi calcium carbonat (CaCo3)dalam pengelolaan air bersih dapat digantikan oleh teknologi bioremedial agar lebih aman untuk dikonsumsi. Uniknya, setelah digunakan untuk menyerap tumpahan minyak di laut. Serbuk ini dapat digunakan untuk pakan ikan laut dan udang.

Dengan teknologi remediasi. Biaya bisa dihemat antara 25%-50% dibanding teknologi bioremediasi lainnya. Khusus untuk detoksifikasi merkuri, teknologi yang ditemukan Andreas mampu menurunkan merkuri dalam limbah hingga 98,5% dalam waktu 30 menit. “Teknologi ini sudah teruji keefektifannya dan sudah didaftarkan IPB untuk memperoleh paten,” kata Andreas. Secara teknis, limbah minyak bumi bisa dibersihkan menggunakan bakteri Bacillus sp. ICBB 7859. Sementara limbah merkuri bisa menggunakan Pseudomonas pseudomallei ICBB 1512. Sedangkan fenol menggunakan khamir Candida sp. ICBB 1167 dan Pseudomonas sp.

Dalam bidang pertanian. Teknologi ini pernah diujicobakan di Lembang. Pada daerah persawahan yang tercemar oleh limbah pabrik tekstil yang mengandung kadmium. Unsur beracun terberat kedua setelah merkuri. Setelah dibioremediasi dilakukan. Dalam hitungan minggu, persawahan pun kembali dapat ditanami padi. Pada daerah tercemar, agar lingkungan kembali pulih, bisa menggunakan bakteri Desulfotomaculum orientis ICBB 1204.

 


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pencemaran juga bisa berarti berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/ udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Salah satu penyebab pencemaran laut adalah kapal yang dapat mencemari sungai dan samudera dalam banyak cara. Misalnya melalui tumpahan minyak, air penyaring dan residu bahan bakar. Polusi dari kapal dapat mencemari pelabuhan, sungai dan lautan. Komponen-komponen yang menyebabkan pencemaran laut seperti partikel kimia, limbah industri, limbah pertambangan, limbah pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme invasif (asing) di dalam laut yang berpotensi memberi efek berbahaya. Dampak yang ditimbulkan sangatlah luar biasa merusak ekosistem sekitar.

Teknologi bioremedial, adalah teknologi yang memanfaatkan kultur bakteri untuk menyerap bahan pencemar. Bioremedial terdiri dari 100 macam bakteri dan mikroorganisme yang berbentuk seperti serbuk gergaji.  Serbuk ini kemudian ditabur pada media yang tercemar. Pada kasus tumpahan minyak di laut. Proses menaburkan hingga menyerap tumpahan minyak dengan sempurna kurang lebih 1 minggu. Ketika teknologi bioremedial tersebut, menyerap minyak. Bakteri dan Mikroorganisme yang ada akan menghasilkan semacam liur. Liur ini dapat dimanfaatkan untuk memisahkan air dan lumpur. Sehingga, fungsi calcium carbonat (CaCo3)dalam pengelolaan air bersih dapat digantikan oleh teknologi bioremedial agar lebih aman untuk dikonsumsi. Uniknya, setelah digunakan untuk menyerap tumpahan minyak di laut. Serbuk ini dapat digunakan untuk pakan ikan laut dan udang.

3.2 Saran
Semoga Iinovasi teknologi terbaru ini bisa dikembangkan untuk mengatasi pencemaran tidak hanya di laut, namun di tempat tempat yang ekosistemnya terancam bahaya akibat pencemaran lingkungan dan kerusakan lingkungan yang buruk.

                                                          DAFTAR PUSTAKA
Admin.2010. Pencemaran Laut “Mengancam Potensi Sumberdaya dan Lingkungan Maritim” diakses di http://indomaritimeinstitute.org/?p=1217

Alamendah.2011.Pencemaran Laut. Diakses di http://alamendah.wordpress.com/2011/02/27/tingkat-pencemaran-laut-indonesia/Antara.2010. Diakses di http://www.antaranews.com/berita/1282167313/kkp-berupaya-bersihkan-laut-dengan-teknologi-bioremedial pada tanggal 23 September 2012 pukul 7:12 WIB

Duniakumu.2011. Diakses di http://pobersonaibaho.wordpress.com/2011/09/19/teknologi-bioremedial-pembersih-pencemaran-di-laut-asli-karya-anak-indonesia/ pada tanggal 23 September 2012 pukul 8:11 WIB 

Infocom.2010. Diakses di http://informasi-budidaya.blogspot.com/2010/08/bersihkan-laut-dengan-teknologi.html 

Kompas.2010. Diakses di http://sains.kompas.com/read/2010/08/18/18282558/Teknologi.Pembersih.Laut.Asli.Indonesia pada tanggal 23 September 2012 pukul 7:50 WIB 

Notiv.2012.Diakses dihttp://notifikasiku.blogspot.com/2012/02/teknologi-untuk-membersihkan-pencemaran.html?m=0 pada tanggal 23 September 2012 pukul 8:01 WIB 

RHLBT.2010. Diakses di http://www.greenmining.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=240&catid=90&Itemid=107 pada tanggal 23 September 2012 pukul 8:30 WIB



No comments:

Post a Comment