Edisi hari ini, saya mau mentadabburi sebuah esai yang ditulis oleh Mbah Nun (Emha Ainun Nadjib) yang dipublikasikan di situs webnya, CakNun.com. Tulisan tersebut berjudul "Yang Baik-Baiklah, Yang Jahat-Jahatlah" dan dipublikasikan pada 15 Juni 2021.
Tulisan ini berisi pemikiran yang mendalam tentang bagaimana seharusnya manusia bertindak dalam menghadapi perilaku buruk orang lain terhadap diri mereka sendiri. Mbah Nun berpendapat bahwa setiap manusia memiliki kewajiban untuk menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain, seperti yang Allah sendiri telah firmankan dalam ayat-ayat suci Al-Quran. Selain itu, Mbah Nun juga menekankan pentingnya menghindari perilaku masokhisme sosial, di mana seseorang menikmati keburukan manusia lain.
Pandangan saya, dalam tulisannya ini dan banyak kita temui juga pada tulisan-tulisannya yang terbit sejak tahun 80 an sangat relevan dengan situasi yang terjadi di masyarakat kita saat ini, di mana sering terjadi konflik dan pertentangan antar individu. Tulisan ini mengajarkan kita untuk selalu menjaga integritas diri dan memperlakukan orang lain dengan baik, bahkan ketika mereka merugikan atau menyakiti kita.
Secara keseluruhan, tulisan ini sangat layak untuk direnungkan dan dijadikan panduan bagi setiap orang dalam berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.
Mbah Nun juga menyadari bahwa manusia tidak selalu mampu menghindari perbuatan buruk, dan saat mereka melakukan kesalahan, maka hal yang harus dilakukan adalah bertobat dan meminta maaf kepada Allah serta orang yang telah disakiti.
Dalam Islam, ada beberapa sikap yang harus diambil saat seseorang merasa telah melakukan kesalahan, di antaranya adalah mengakui kesalahan, menyesali dan memohon maaf kepada Allah dan orang yang telah disakiti, serta berkomitmen untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut di masa depan.
Dalam esai tersebut, Mbah Nun juga menegaskan bahwa tidak ada alasan untuk merusak tali silaturahmi, meski ada dari kita yang merasa telah disakiti oleh orang lain. Sebagai manusia yang beriman, kita harus memperlihatkan sikap toleransi, saling menghargai, serta saling memaafkan.
Dalam Islam, memaafkan orang yang telah berbuat salah adalah tindakan yang mulia. Allah SWT juga menjanjikan pahala yang besar bagi orang yang memaafkan kesalahan orang lain. Oleh karena itu, Mbah Nun mengajak semua orang untuk berbuat kebaikan dan memaafkan kesalahan orang lain, sehingga tercipta keharmonisan dan kebahagiaan di tengah-tengah masyarakat.
Sebagai penutup dan rasa hormat saya kepada gurunda, lagi dan lagi sosok Mbah Nun sangat sangat menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Ia juga menegaskan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan sikap toleransi, perdamaian, dan memaafkan kesalahan orang lain.
Baca serial tulisan Ramadhan 2023 di sini