Saturday, April 8, 2023

Kisah Budi Menjadi Petani yang Berdaulat


Cerita ini terinspirasi dari tulisan-tulisan Cak Agung yang saban hari ia tulis di halaman facebooknya. Bagi kalian yang bosan dan tidak suka suatu pesan disampaikan dengan gaya memble seperti ini, kalian bisa langsung nengok profil facebooknya. Kalian akan banyak membaca tulisan-tulisan yang cadas, trengginas dan provokatif yang akan mengagitasi kalian. Hahaha

***
Gambar: Ilustrasi perlawanan Banten terhadap VOC(kemdikbud.go.id)
 Kisah Budi Menjadi Petani yang Berdaulat/Ali Ahsan Al Haris/2023

Di suatu desa kecil di pedalaman Indonesia, hidup seorang petani bernama Budi. Budi hidup dalam keadaan yang sangat sederhana dan bergantung pada hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Meskipun hidupnya sulit, Budi sangat percaya pada ideologi sosialis yang diyakininya dapat membawa kemakmuran dan keadilan bagi semua orang.

Setiap hari, Budi bekerja keras di ladangnya untuk menanam padi dan sayuran. Dia juga terlibat dalam kegiatan sosial di desanya, seperti gotong-royong membersihkan jalan, membangun irigasi, dan membantu tetangganya dalam berbagai hal. Budi percaya bahwa kerja sama dan saling membantu adalah kunci untuk mencapai kemakmuran bersama.

Namun, keadaan di desa Budi berubah drastis ketika perusahaan tambang yang besar mendatangi desanya. Perusahaan itu mengklaim bahwa mereka memiliki hak untuk menambang di tanah-tanah di sekitar desa, termasuk tanah milik Budi. Perusahaan itu menawarkan uang yang besar kepada penduduk desa agar mereka membiarkan perusahaan itu menambang di tanah mereka.


Budi dan beberapa penduduk desa lainnya menolak tawaran itu. Mereka tahu bahwa jika perusahaan itu dibiarkan menambang, akan merusak lingkungan dan mengambil sumber daya yang sangat dibutuhkan oleh desa mereka. Mereka mengorganisir aksi protes dan membentuk kelompok yang berjuang untuk mempertahankan tanah mereka.

Namun, perusahaan itu sangat kuat dan memiliki banyak pengaruh di pemerintahan. Mereka menggunakan kekuasaan dan uang mereka untuk mengintimidasi dan mengancam penduduk desa. Beberapa orang di desa Budi terpaksa menyerah dan menerima tawaran uang dari perusahaan itu.


Budi dan kelompoknya terus berjuang, meskipun dalam keadaan yang sangat sulit. Mereka mengalami intimidasi, penangkapan, dan bahkan kekerasan dari pihak perusahaan dan aparat keamanan yang bekerja untuk mereka. Namun, mereka tidak menyerah dan terus memperjuangkan hak mereka.

Di akhir cerita, perjuangan Budi dan kelompoknya membuahkan hasil. Melalui aksi protes dan perjuangan yang gigih, mereka berhasil menghentikan perusahaan tambang itu dan mempertahankan tanah mereka. Budi dan penduduk desa lainnya belajar bahwa dengan bersatu dan bekerja sama, mereka bisa mengalahkan kekuatan yang lebih besar dan memperjuangkan hak mereka untuk hidup dengan martabat dan keadilan.

 
Setelah berhasil mengusir perusahaan tambang dari desa mereka, Budi dan penduduk desa lainnya kembali ke kehidupan sehari-hari mereka. Mereka terus bekerja keras untuk menanam padi dan sayuran, dan membantu satu sama lain dalam kegiatan sosial di desa.

Namun, keadaan sulit masih terus menghantui mereka. Harga hasil pertanian mereka jatuh drastis karena kompetisi dari pasar global yang lebih besar dan berkuasa. Banyak petani di desa mereka terpaksa menjual tanah mereka karena tidak mampu lagi mempertahankan kehidupan mereka.


Budi merasa sedih dan terpukul melihat teman-temannya yang harus menjual tanah mereka karena tidak memiliki pilihan lain. Dia merasa bahwa ideologi sosialis yang diyakininya tidak cukup untuk mengatasi kesulitan yang mereka hadapi.

Maka, Budi dan beberapa orang yang setia padanya memutuskan untuk membentuk kelompok pertanian yang lebih besar. Mereka berencana untuk bekerja sama dalam menanam dan membagi hasil panen mereka secara merata. Budi berharap bahwa dengan cara ini, mereka bisa lebih kuat dalam menghadapi kesulitan ekonomi yang dihadapi.


Kelompok Budi mulai menanam padi, sayuran, dan buah-buahan dengan metode yang lebih modern dan efisien. Mereka bekerja sama dalam memilih bibit, memupuk tanah, dan memanen hasil pertanian mereka. Mereka juga membagi hasil panen mereka secara merata, sehingga setiap anggota kelompok mendapatkan bagian yang sama.

Dalam beberapa tahun, kelompok Budi mulai merasakan manfaatnya. Mereka berhasil meningkatkan hasil panen mereka dan mengurangi biaya produksi. Mereka juga berhasil membangun pasar lokal dan menjual hasil panen mereka langsung ke konsumen, sehingga mengurangi ketergantungan mereka pada pasar global yang tidak stabil.


Budi merasa bahagia melihat keberhasilan kelompoknya. Dia merasa bahwa ideologi sosialis yang diyakininya bisa diwujudkan melalui kerja sama dan saling membantu dalam sebuah kelompok yang lebih besar. Dia juga berharap bahwa kelompoknya bisa menjadi contoh bagi petani lain di seluruh Indonesia untuk mengatasi kesulitan ekonomi yang mereka hadapi.

Namun, keberhasilan kelompok pertanian yang dipimpin oleh Budi tidak serta-merta membuang segala masalah yang dihadapi oleh penduduk desa. Masih ada beberapa masalah sosial dan ekonomi yang terus dihadapi oleh mereka.

Salah satu masalah yang paling kentara adalah akses ke pendidikan yang layak bagi anak-anak di desa mereka. Meskipun telah ada beberapa upaya dari pemerintah untuk meningkatkan akses ke pendidikan, namun masih banyak anak-anak di desa yang tidak bisa melanjutkan pendidikan mereka setelah SMP.

Baca juga: Manusia Indonesia

Budi merasa bahwa pendidikan adalah kunci untuk meningkatkan kemakmuran dan keadilan sosial. Oleh karena itu, dia dan beberapa orang lainnya memutuskan untuk mendirikan sebuah sekolah swasta yang terjangkau di desa mereka.

Budi dan kelompoknya mengumpulkan dana dari hasil penjualan hasil pertanian mereka dan juga mendapat dukungan dari beberapa organisasi sosial yang peduli terhadap pendidikan. Dalam waktu singkat, sekolah tersebut berhasil didirikan dan mulai menerima siswa dari desa mereka.

Sekolah tersebut memiliki fasilitas yang sederhana namun memadai untuk mendukung pendidikan dasar dan menengah anak-anak di desa mereka. Budi dan anggota kelompoknya yang lain juga membantu dalam mengajar dan mengelola sekolah tersebut.

Baca juga: Menjerat Gus Dur 

Dalam beberapa tahun, sekolah tersebut berhasil mencetak banyak lulusan yang mampu melanjutkan pendidikan mereka ke perguruan tinggi dan bahkan menjadi pemimpin di desa mereka. Budi percaya bahwa pendidikan yang terjangkau dan berkualitas adalah kunci untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Baca serial tulisan Ramadhan 2023 di sini

No comments:

Post a Comment