KAITAN AKTIVITAS VULKANIK DENGAN
DISTRIBUSI SEDIMEN DAN KANDUNGAN SUSPENSI DI PERAIRAN SELAT SUNDA
Penelitian ini dilakukan di
perairan Selat Sunda yang terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.
Perairan Selat Sunda mempunyai karakteristik yang agak unik, yaitu berhubungan
dengan Laut Jawa dan Samudera Hindia, serta terletak di daerah pertemuan antara
lempeng Eurasia dan lempeng Indo Australia (lempeng Samudera Hindia). Secara
geografis daerah penelitian terletak antara 50 50,59’ – 60
39,92’ LS dan 1040 40,409’ – 1050 59,28’ BT.
Sudi batuan sedimen bertujuan
untuk mengetahui proses deposit sedimen yang meliputi transport sedimen dan
proses deposisi sedimen baik secara horisonal maupun vertikal. Untuk melakukan
deskripsi sedimen ada empat hal yang perlu diamati yaitu warna, struktur,
tekstur dan komposisi dari sedimen tersebut.
Menurut definisi Raymond (1995),
dalam Minarto (2008) mnegatakan bahwa, batuan sedimen dapat didefinisikan
sebagai batuan yang terbentuk dari akumulasi dan solidifikasi sedimen, yang
mana terangkut oleh media air maupun oleh angin yang berasal dari partikel
hasil dari pelapukan batuan, material biologi, endapan kimia, debu, materian
sisa tumbuhan dan daun.
Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui distribusi sedimen diperairan Selat Sunda dan
menentukan kandungan suspensinya. Selanjutnya dari kedua besaran tersebut
ditinjau keterkaitannya dengan aktifitas vulkanik di perairan Selat Sunda.
Pengambilan sampel sedimen dalam penelitian meliputi 10 titik pengamatan
(stasiun). Posisi (koordinat) masing – masing stasiun pengamatan ditentukan
menggunakan serial di GPS secara real time dan data kedalaman didaapat
menggunakan multibeam echosounder tipe EM 10021. Pengambilan sampel menggunakan
Gravity Coredengan menggunakan kapal
Baruna Jaya VIII.
Selanjutnya,dari sampel yang
diperoleh dari Gravity Core dilakukan
deskripsi visual yang meliputi: warna, bau, kandungan sedimen dan jenis
sedimennya. Uji kuantitatif dilakukan di laboratorium, lalu sedimen dikeringkan
, ditimbang, diayak dengan ayakan bertingkat ukuran 16, 8, 4, 2, 1, 0.5, 0.25,
0.063 mm dan ditadah di ember untuk ukuran butir yang lolos dari ayakan 0.063
mm. Sedimen yang melayang dibuang airnya (lempung) dan yang tertinggal di ember
adalah lanau. Selajutnya masing – masing ukuran butir disimpan pada trei
almunium dan dikeringkan dan dikeringkan untuk ditimbang dan dihitung
prosentase masing – masing penyusun sedimen yang meliputi kerikil, pasir, lanau
dan lempung. Beri nama jenis sedimen berdasarkan segitiga Sheppard.
Dari hasil tabel prosentase
penyusun sedimen selanjutnya dibuat peta tematik dengan menggunakan program
Surfer, sehingga dari peta tematik dapat dilakukan analisa dari sebaran jenis
sedimen tersebut. Hasil analisa selanjutnya bisa dihubungkan dengan faktor lain
yang mempengaruhi sebaran sedimen, diantaranya: kecepatan arus, pengaruh sungai yang deka dengan lokasi penelitian
serta faktor – faktor lain.
Dari hasil analisa TSS (Total
Suspended Solid) yang digambarkan dalam bentuk peta tematik, terlihat bahwa
Perairan Selat Sunda mempunyai pola sebaran suspensi yang cukup seragam di
permukaan. Suspensi sebesar 25 gr/l merupakan nilai terbesar yang ditemui
disekitar titik pengamatan (stasiun) 6. Hal ini mengindikasikan pengaruh
vulkanik yang cukup besar dari Gunung Krakatau. Sedangkan suspensi di dasar
perairan mengindikasikan adanya pengaruh daratan yang cukup besar. Suspensi
sebesar 19 gr/l merupakan nilai terbesar yang dapat ditemui di stasiun 7. Arga
suspensi stasiun 2 juga memperlihatkan harga yang cukup tinggi yaitu sekitar 14
gr/l. Yang mengindikasikan pengaruh daratan yang cukup besar. Hl ini didukung
dengan data distribusi salinitas yang memperlihatkan nilai yang cukup kecil.
Pada stasiun 7 (Teluk Miskam)
pergerakan arus tidak terlalu kuat dengna kondisi arus yang melemah sehingga
terjadi proses pengendapan sedimen lempung dengan sedikit lanau. Secara umum terliat
bahwa TSS pada stasiun ini menunjukkan nilai yang tinggi dibandingkan dengnan
stasiun lain, kecuali pada stasiun no 6 yang TSS juga tinggi. Ada pola yang
menunjukkan bahwa pada wlayah ini lebih banyak dipengaruhi oleh daratan dan
adanya aliran Ciliman dan Cibungur yang cukup besar yang mengalir ke arah
Utara. Pengamatan tak langsung selama kapal
berlayar menunjukkan arus yang agak tenang. Hal ini juga mengakibatkan material
sedimen terakumulasi pada wilayah ini. Asumsinya bahwa bila dipengaruhi oleh daratan , maka sedimen
yang ada dan diendapkan jauh ke Utara, maka makin Utara dari teluk ini, butiran
endapan akan semakin halus. Pada teluk Miskam ini yang terlindung dan kecepatan
arus yang lemah akan mengakbatkan muatan sedimen yang melayang ini akan
mengumpul dan mengendap di dasar perairan.
Dari tabel prosentase kandungan sedimen diperoleh bahwa perairan Selat
Sunda terdiri dari: lanau lumpuran, pasir, kerikil pasiran, lumpur lanauan ,
lanau pasiran, lumpur, lumpur pasiran dan pasir lumpuran. Sebaran lumpur dapat
terlihat jelas padastasiun 6 yang mengindikasikan pengaruh aktivitas vulkanik Krakatau.
Sumber:
Minarto,
Eko et al. 2008. Kaitan Aktivitas
Vulkanik Dengan Distribusi Sedimen dan Kandungan Suspensi di Perairan Selat
Sunda