Showing posts with label RESUME JURNAL. Show all posts
Showing posts with label RESUME JURNAL. Show all posts

Saturday, July 12, 2014

KAITAN AKTIVITAS VULKANIK DENGAN DISTRIBUSI SEDIMEN DAN KANDUNGAN SUSPENSI DI PERAIRAN SELAT SUNDA


KAITAN AKTIVITAS VULKANIK DENGAN DISTRIBUSI SEDIMEN DAN KANDUNGAN SUSPENSI DI PERAIRAN SELAT SUNDA

Penelitian ini dilakukan di perairan Selat Sunda yang terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Perairan Selat Sunda mempunyai karakteristik yang agak unik, yaitu berhubungan dengan Laut Jawa dan Samudera Hindia, serta terletak di daerah pertemuan antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo Australia (lempeng Samudera Hindia). Secara geografis daerah penelitian terletak antara 50 50,59’ – 60 39,92’ LS dan 1040 40,409’ – 1050 59,28’ BT.
Sudi batuan sedimen bertujuan untuk mengetahui proses deposit sedimen yang meliputi transport sedimen dan proses deposisi sedimen baik secara horisonal maupun vertikal. Untuk melakukan deskripsi sedimen ada empat hal yang perlu diamati yaitu warna, struktur, tekstur dan komposisi dari sedimen tersebut.
Menurut definisi Raymond (1995), dalam Minarto (2008) mnegatakan bahwa, batuan sedimen dapat didefinisikan sebagai batuan yang terbentuk dari akumulasi dan solidifikasi sedimen, yang mana terangkut oleh media air maupun oleh angin yang berasal dari partikel hasil dari pelapukan batuan, material biologi, endapan kimia, debu, materian sisa tumbuhan dan daun.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi sedimen diperairan Selat Sunda dan menentukan kandungan suspensinya. Selanjutnya dari kedua besaran tersebut ditinjau keterkaitannya dengan aktifitas vulkanik di perairan Selat Sunda.
Pengambilan sampel sedimen dalam penelitian meliputi 10 titik pengamatan (stasiun). Posisi (koordinat) masing – masing stasiun pengamatan ditentukan menggunakan serial di GPS secara real time dan data kedalaman didaapat menggunakan multibeam echosounder tipe EM 10021. Pengambilan sampel menggunakan Gravity Coredengan menggunakan kapal Baruna Jaya VIII.

Selanjutnya,dari sampel yang diperoleh dari Gravity Core dilakukan deskripsi visual yang meliputi: warna, bau, kandungan sedimen dan jenis sedimennya. Uji kuantitatif dilakukan di laboratorium, lalu sedimen dikeringkan , ditimbang, diayak dengan ayakan bertingkat ukuran 16, 8, 4, 2, 1, 0.5, 0.25, 0.063 mm dan ditadah di ember untuk ukuran butir yang lolos dari ayakan 0.063 mm. Sedimen yang melayang dibuang airnya (lempung) dan yang tertinggal di ember adalah lanau. Selajutnya masing – masing ukuran butir disimpan pada trei almunium dan dikeringkan dan dikeringkan untuk ditimbang dan dihitung prosentase masing – masing penyusun sedimen yang meliputi kerikil, pasir, lanau dan lempung. Beri nama jenis sedimen berdasarkan segitiga Sheppard.
Dari hasil tabel prosentase penyusun sedimen selanjutnya dibuat peta tematik dengan menggunakan program Surfer, sehingga dari peta tematik dapat dilakukan analisa dari sebaran jenis sedimen tersebut. Hasil analisa selanjutnya bisa dihubungkan dengan faktor lain yang mempengaruhi sebaran sedimen, diantaranya: kecepatan arus, pengaruh  sungai yang deka dengan lokasi penelitian serta faktor – faktor lain.
Dari hasil analisa TSS (Total Suspended Solid) yang digambarkan dalam bentuk peta tematik, terlihat bahwa Perairan Selat Sunda mempunyai pola sebaran suspensi yang cukup seragam di permukaan. Suspensi sebesar 25 gr/l merupakan nilai terbesar yang ditemui disekitar titik pengamatan (stasiun) 6. Hal ini mengindikasikan pengaruh vulkanik yang cukup besar dari Gunung Krakatau. Sedangkan suspensi di dasar perairan mengindikasikan adanya pengaruh daratan yang cukup besar. Suspensi sebesar 19 gr/l merupakan nilai terbesar yang dapat ditemui di stasiun 7. Arga suspensi stasiun 2 juga memperlihatkan harga yang cukup tinggi yaitu sekitar 14 gr/l. Yang mengindikasikan pengaruh daratan yang cukup besar. Hl ini didukung dengan data distribusi salinitas yang memperlihatkan nilai yang cukup kecil.
Pada stasiun 7 (Teluk Miskam) pergerakan arus tidak terlalu kuat dengna kondisi arus yang melemah sehingga terjadi proses pengendapan sedimen lempung dengan sedikit lanau. Secara umum terliat bahwa TSS pada stasiun ini menunjukkan nilai yang tinggi dibandingkan dengnan stasiun lain, kecuali pada stasiun no 6 yang TSS juga tinggi. Ada pola yang menunjukkan bahwa pada wlayah ini lebih banyak dipengaruhi oleh daratan dan adanya aliran Ciliman dan Cibungur yang cukup besar yang mengalir ke arah Utara. Pengamatan tak langsung  selama kapal berlayar menunjukkan arus yang agak tenang. Hal ini juga mengakibatkan material sedimen terakumulasi pada wilayah ini. Asumsinya bahwa  bila dipengaruhi oleh daratan , maka sedimen yang ada dan diendapkan jauh ke Utara, maka makin Utara dari teluk ini, butiran endapan akan semakin halus. Pada teluk Miskam ini yang terlindung dan kecepatan arus yang lemah akan mengakbatkan muatan sedimen yang melayang ini akan mengumpul dan mengendap di dasar perairan.
Dari tabel prosentase kandungan sedimen diperoleh bahwa perairan Selat Sunda terdiri dari: lanau lumpuran, pasir, kerikil pasiran, lumpur lanauan , lanau pasiran, lumpur, lumpur pasiran dan pasir lumpuran. Sebaran lumpur dapat terlihat jelas padastasiun 6 yang mengindikasikan pengaruh aktivitas vulkanik Krakatau.

Sumber:         
Minarto, Eko et al. 2008. Kaitan Aktivitas Vulkanik Dengan Distribusi Sedimen dan Kandungan Suspensi di Perairan Selat Sunda

STUDI SEBARAN SEDIMEN BERDASARKAN UKURAN BUTIR DI PERAIRAN KUALA GIGIENG, KABUPATEN ACEH BESAR, PROVINSI ACEH


STUDI SEBARAN SEDIMEN BERDASARKAN UKURAN BUTIR DI PERAIRAN KUALA GIGIENG, KABUPATEN ACEH BESAR, PROVINSI ACEH

Muara sungai merupaka alur penghubung antara laut dan sungai, sehingga  digunakan sebagai alur transportasi menuju daerah pedalaman..secara umum kawasan muara juga mempunyai peran penting , yaitu sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi arus harian dan pasang surut,penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan yang bergantung pada estuaria sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makanan dan sebagai tempat untuk bereproduksi atau tempat tumbuh besar terutama bagi sejumlah spesies ikan dan udang.

            Kuala Gigieng merupakan salah satu muara yang secara administratif berada pada kecamatan baitussalam, kabupaten aceh besar, propinsi aceh.letak kuala gigieng  sangat strategis karena diapit oleh tiga desa yaitu Gampong, Lembada Lhok,Gampong Lamnga,dan Gampong Baro serta berhubungan langsung dengan Selat Malaka dan Krueng Neuheun. Namun demikian berdasarkan informasi dari peta satelit menunjukkan bahwa proses penumpukan sedimen yang ada di daerah ini cenderung berubah dan tidak stabil. Oleh karena itu diperlukan suatu kajian untuk mengetahui dan mengkaji sebaran seedimen di kuala gigieng.

Bahan Dan Metode
Penelitian ini dilakukan pada perairan Kuala Gigieng, kecamatan Baitussalam, kabupaten Aceh Besar.pengumpulan sampel sedimen dilakukan sebanyak empat kali pengulangan selama bulan mei – juni 2011 pada 9 stasiun yang terbagi dalam 3 kawasan yaitu pada kawasan hilir ( menghadap ke laut )tegah dan hulu (menghadap sungai).

Analisis Distribusi Ukuran Butiran Sedimen Dan Arus
Pengambilan sampel sedimen dilakukan dengan coring dengan menggunakan tube core sampler diameter 3,5 inci dengan kedalaman sampel 15 cm. Sampel sedimen yang telah diperoleh dikeringkan selama enam hari. Selanjutnya dari setiap sampel diambil 200 gram untuk dianalisis menggunakan metode ayak basah pada san=ringan bertingkat ( sieve analysies) berukuran 4,75 mm, 1,70mm,  850 μm, 250 μm, 150 μm .dan ditadah menggunakan media penampung. Setelah di ayak sampel sedimen yang tertinggal pada setiap ukuran saringan dikeringkan kembali untuk ditimbang  masing masing beratnya sehinnga diperoleh distribusi  berat sedimen berdasarkan rentang ukuran kerapatan jaring saringan.
 
Hasil Dan Pembahasan
Karakteristik Sedimen
            Hasil analisa sampel sedimen di kuala gigieng menunjukkan tiga fraksi sedimen yang ada pada daerah tersebut yaitu kerikil, pasir, dan lumpur yang memiliki persentase berat yang berbeda di setiap titik dan periode pengambilan.secara umum sedimen yang dominan pada tiga kawasan tersebut adalah pasir sedang (0,25-0,85mm). Hal ini menunjukkan pengaaruh lautan sangat dominan pada perairan Kuala Gigieng, khususnya pada kawasan hilir yaitu pada stasiun 1, 2 dan 3 yang berbatasan langsung dengan kawasan laut.Nyabakken (1992) menyatakan bahwa perairan yang berarus kuat, umumnya tekstur sedimen berpasir. Transport sedimen pada kawasan hilir dapat disebabkan oleh arus sejajar pantai atau diistilahkan dengan transport sedimen sepanjang pantai (longshore sedimen transport). Koesoemadinata (1980) menyebutkan bahwa transport sedimen sepanjang pantai . terjadi apabila pasir terangkat oleh turbulensi yang disebabkan oleh geliombang pecah.sedhingga menyebabkan terjadinya erosi dan akresi didaerah pantai.

            Kawasan hulu didominasi oleh jenis sedimen pasir sedang (0,25-0,85mm) meskipun memiliki kandungan pasir halus ( 0,15-0,25mm) dan lumpur (<0,15 mm) yang lebih tinggi dari pada kawasan tengah dan hilir. Hal ini disebabkan karena letaknya yang lebih jauh dari pantai dan terlindung dari pengaruh gelombang laut, serta banyaknya bahan organik dan detritus yang dibawa air sungai menumpuk pada perairan ini, terutama pada saat arus melemah.bahan organik dan detritus yang terdapat pada kawasan hulu dapat disebabkan oleh input yang dibawa oleh air sungai yang berasal dari kawasan mangrove yang terdapat pada kawasan kuala gigieng. Denn dan dalrymple menyatakan pada umumnya sedimen berpasir bersifat terrigenous yang komposiinya dipengaruhi oleh lokasi asli dimana ia berad. Lebih lanjut nyabakken menyatakan bahwa jenis sedimen dan ukurannya merupakan salah satu faktor ekologi dan mempengaruhi kandungan bahan organik, dimana semakin halus tekstur substrat semakin besar kemampuannya menjebak bahan organik.

Pengaruh Arus Terhadap Distribusi Sedimen Di Muara Kuala Gigieng
            Analisa ukuran butir rata rata sangat dipengaruhi oleh proses proses oseanografi di sekitar lokasi sedimen ditemukan. Data sampel sedimen yang diambil dari kawasan hilir menunjukkan nilai butir ratarata sebesar 0,50 mm sedangkan ukuran butir rata rata di kawasan tengan dan kawasan hulu masing masing adalah sebesar 0,65 mm dan o,56 mm.

            Salah satu faktor oseanografi yang penting dalam distribusi sedimen di suatu perairan adalah arus, khusus nya pada sedimen bersuspensi ( suspended sedimen ). Kecepatan arus yang tercatat dibagian menghadap laut adalah sebesar 0,25 m/ detik sedangkan arus yang tercatat di bagian tengah dan hulu masing masing memiliki kecepatan sebesar 0,23 m/ detik dan 0,19 m/ detik.

            adanya kecenderungan peningkatan ukurran butiran rata rata yang ditemukan pada daerah yang memiliki arus yang lebih tinggi disebabkan oleh sifat arus yang menyeleksi ukuran butir yang dipindahkannya dalam proses sedimentasi.hal ini senada dengan darlan (1996) menyebutkan bahwa distribusi fraksi fraksi sedimen dipengaruhi oleh arus. Pada daerah turbulensi tinggi, fraksi yang memiliki kenamppakan makroskopis seperti kerikil dan pasir akan lebih cepat mengendap dibandingkan fraksi yang berukuran mikroskopis seperti lumpur. Lebih lanjut Dyer ( 1986) menjelaskan bahwa sedimen yang berukuran lebih halus akan lebih mudah berpindah dan cenderung lebih cepat dari pada ukuran besar. Fraksi halus terangkut dalam bentuk suspensi sedangkan bentuk kasar terangkut pada dekat dasar laut. Selanjutnya partikel yang lebih besar akan tenggelam lebih cepat dari pada yang berukuran kecil.

Kesimpulan
            Kaarakteristik sedimen d kuala gigieng terdiri atas butir pasir sedang ( medium sand ) dengan nilai persentase 63,42%, pasir halus sebesar 23,40%, pasir kasar 5,59% , pasir sangat halus sampai lumpur 4,13%,kerikil halus sebesar 2,6% dan kerakal sebesar 0,17%. Ukuran butir  rata rata pada kawasan hilir adalah sebesar 0,50 mm sedangkan ukuran butir rata rata di bagian tengah dan kawasan hulu masing masing adalah sebesar 0,65 mm dan 0,56 mm. Kecepatan arus rata rata tertinggi terdapat pada kawaasan hilir yang mencapai 0,25 m/s diikuti oleh kawasan tengah sebesar 0,23 m/s dan kawasan hulu sebesar 0,19 m/s. Kecepatan arus mempengaruhi distribusi sebaran sedimen, dimana butiran sedimen yang lebih besar ditemukan pada daerah yang memiliki kecepatan arus yang lebih tinggi

Daftar pustaka
Darlan, y. 1996. Geomorfologi wilayah pesisir. Aplikasi untuk penelitian wilayah pantai. Pusat
            pengembangan geologi kelautan. Bandung
Dyer, k.r.1986. coastal and estuary sediment dinamic. John willey & sons. New york
Koesoedineta, r.p. 1980. Prinsip prinsip sedimentasi. Departemen teknik itb. Bandung.
Nybakken,j.w.1992.biologi laut.suatu pendekatan ekologis. Gramedia, jakarta. Penerjemah : eidman
 dkk.459 hal.

DISTRIBUSI SEDIMEN DASAR DI PERAIRAN PESISIR BANYUASIN, SUMATERA SELATAN


DISTRIBUSI SEDIMEN DASAR DI PERAIRAN PESISIR
BANYUASIN, SUMATERA SELATAN

           Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji distribusi sedimen dasar di perairan Pesisir
Banyuasin. Sampel sedimen yang diperoleh selanjutnya dianalisis di laboratorium untuk penentuan besar ukuran butir dan dilakukan perhitungan statistik untuk menganalisis sebaran sedimen Hasil penelitian menunjukkan bahwa sedimen yang terdistribusi di perairan Banyuasin umumnya didominasi oleh ukuran kecil yaitu dalam kelompok lanau (silt).

          Perairan pesisir Banyuasin merupakan bagian dari perairan Selat Bangka dan merupakan kawasan strategis dalam pengembangan kawasan pesisir. Daerah tersebut dimanfaatkan sebagai areal kegiatan perikanan, pemukiman, dan direncanakan sebagai areal pelabuhan. Peningkatan pemanfaatan areal pantai tersebut berdampak pada terganggunya keseimbangan dinamika pantai. Masalah yang dapat timbul di daerah pantai yakni abrasi dan sedimentasi. Sebagai daerah yang banyak mendapat masukan sedimen melalui sungai-sungai besar di sekitarnya, maka morfologi perairan pesisir Banyuasin akan berubah secara dinamis. Perubahan morfologi ini sangat dipengaruhi oleh respons yang diberikan oleh kekuatan pasang surut, arus dan angin serta kondisi  dan suplai sedimen. Perubahan morfologi akan merujuk kepada aktivitas pengendapan sedimen (sedimentasi) yang terjadi di pantai.

          Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2007 – Mei 2007 berupa pengambilan dan analisis data sedimen dasar. Pengambilan contoh sedimen dilakukan di 40 stasiun menggunakan Bottom Grab Sampler (Peterson Grab).Sampel sedimen yang diperoleh selanjutnya dianalisis di laboratorium untuk penentuan besar ukuran butir. Analisis ukuran butir sedimen menggunakan metode ayak sieve net untuk ukuran sedimen pasir dan metode pipet untuk ukuran lempung dan lanau.

          Secara umum berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan data lapangan diperoleh bahwa nilai rata-rata fraksi sedimen di lokasi penelitian berkisar 22.77 – 175.35 μm (berada pada kategori lanau sedang hingga pasir halus). Berdasarkan analisis data muara sungai banyuasin karakterisitik sedimen dasar dalam bentuk lanau. Berdasarkan nilai kemencengansedimen, maka butiran sedimen cenderung bervariasi dari butiran halus hingga kasar,Kondisi ini mengindikasikan terjadinya percampuran butiran yang kasar dan halus pada lokasi pengambilan sampel Berdasarkan hasil perhitungan maka fraksi sedimen di muara Sungai Banyuasin memiliki kecepatan mengendap sebesar 0.073 – 0.30 cm/s. Dengan kedalaman lokasi 1 – 6 m maka fraksi sedimen tersebut dapat mengendap hingga kedalaman 6 m dengan waktu endap 5.26 menit – 2.28 jam.

          Nilai rata-rata fraksi sedimen di sekitar muara Sungai Musi berkisar 21.89 μm – 99.98 μm. Kondisi ini menunjukkan bahwa tipe fraksi sedimen dasar cenderung bervariasi dalam bentuk lanau sedang hingga pasir sangat halus. Nilai pemilihan sedimen diperoleh gambaran kondisi pemilahan sedimen dalam kondisi poorly sorted hingga moderately sorted. Berdasarkan nilai pemilahan sedimen juga diperoleh bahwa daerah yang berada pada bagian tengah muara akan memiliki kondisi sedimen yang lebih tersortir dengan baik dibandingkan dengan stasiun pengamatan yang berada pada sisi tepi muara sedimen dasar di sekitar muara Sungai Musi didominasi oleh pasir sangat halus.

           Hasil analisis data pengukuran di sekitar muara Sungai Upang, seluruh stasiun pengamatan memiliki karakterisitik sedimen dasar dalam bentuk lanau sedang hingga lanau kasar dengan nilai rata-rata ukuran butir berkisar 22.87 μm – 51.11 μm. fraksi sedimen dalam bentuk pasir sangat halus dominan padas tasiun yang terletak pada bagian tengah muara, sedangkan pada bagian tepi lebih didominasi oleh fraksi lanau kasar. Fraksi sedimen dalam bentuk pasir sangat halus yang dominan pada lokasi ini memiliki kecepatan mengendap sebesar 0.3 – 0.83 cm/s.Dengan kedalaman lokasi  1.2 – 5.6 mmaka fraksi sedimen tersebut dapatmengendap dengan waktu endap 5.26 menit – 2.28 jam.

             Berdasarkan hasil pengamatan di sekitar muara Sungai Air Saleh, seluruh stasiun pengamatan tersusun dari jenis sedimen dasar lanau sedang dengan kisaran nilai rata-rata ukuran butir adalah 21.23 – 28.78 μm. Berdasarkan nilai rata-rata fraksi sedimen, diperoleh indikasi bahwa energy gerak air di muara Sungai Musi dan Sungai Upang jauh lebih tinggi disbanding dengan dua muara sungai yang lain sehingga butiran sedimen fraksi liat dan debu selalu berada dalam bentuk suspensi. Kondisi yang menunjukkan bahwa sedimen dengan fraksi halus telah mengendap dapat dilihat dari nilai skewness atau kemiringan ukuran butiran.

             Sedimen yang terdistribusi di perairan Banyuasin umumnya didominasi oleh ukuran kecil yaitu dalam kelompok lanau (silt) dengan kisaran sorting pada kategori poorly sorted dan moderately sorted serta skweness yang dominan simetris. Berdasarkan karakteristik sedimen yang diperoleh dari penelitian di perairan pesisir Banyuasin, dapat disimpulkan bahwa terdapat indikasi energi gerak air di muara Sungai Musi dan Sungai Upang jauh lebih tinggi disbanding dengan dua muara sungai yang lain sehingga butiran sedimen fraksi liat dan debu selalu berada dalam bentuk suspensi. Sedangkan pada muara Sungai Banyuasin dan Air Saleh, daerahnya relatif terlindung sehingga energi gerak air di lokasi ini jauh lebih rendah, sehingga sedimen fraksi lanau dapat terendapkan.

Refrensi:
Azhar Kholik Affandi dan Heron Surbakti .2012. Distribusi Sedimen Dasar di Perairan Pesisir
Banyuasin, Sumatera Selatan. Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya.Palembang

ANALISIS PARAMETER STATISTIK BUTIRAN SEDIMEN DASAR PADA SUNGAI ALAMIAH (STUDI KASUS SUNGAI KRASAK, YOGJAKARTA)


ANALISIS PARAMETER STATISTIK BUTIRAN SEDIMEN DASAR PADA SUNGAI ALAMIAH
(STUDI KASUS SUNGAI KRASAK, YOGJAKARTA)
Sungai mempunyai alur yang tidak tetap dan ukuran butiran sedimen dasar yang bervariasi. Ukuran sedimen merupakan faktor penting dalam teknik perhitungn sedimen. Bentuk butiran sedimen sangat tidak teratur dari bulat pipih hingga tidak teratur. Karakter fisik sedimen merupakan slh satu variable yang sangat mempengaruhi perilaku aliran sedimen sehingga dapat memberi msukn terhadap pengelolaan sungai. Materi sedimen yng mempunyai fraksi kecil atau sm sering dinamakan materi uniform sedangkan materi yang tidak sama dan mempunyai persebarab luas dinamakn non uniform. Frekuensi sedimen biasanya  terdapat satu puncak kurva dan beberap puncak sampai nilai maksimum (lebih dari dua). Penyebab ketidak seragman ini dapat dikarenakan terdiri dari dua tau lebih populasi dari sampel berbeda yang terbentuk karena trnspot berbeda juga. 

Distribusi partikel dapat dihitung dengan empat cara :   
   1)    Mean ( Rata-rata) , untuk menghitung sekumpulan data dengan distribusi normal atau tidak miring
   2)    Standart Deviasi, suatu sedimen memiliki rentang atau jarak
   3)    Skewnes, dengan persamaan persamaan rnge dan ruang dari distribusi kumulatif distribusi
   4)    Kurtosis , menunjukkan kedatarn distribusi pada distribusi normal.

Berdasarkan analisi data nilai- niai parameter statistik material dasar dan klasifikasi ukuran butir .dicirikan dengan model very poorly sorted, platikurtic dan distribusi skewness negative menunjukkan persebaran melebar menunjukkan sungai dengan dasar kerikil didaerah pegunungan. Penyebaran luas ,degradsi jelek dan menunjukkan dua puncak kurva berdistribusi skewness positif. Menunjukkan sungai dengan dasar pasir keriki dengn persebarn yang melebar. Kemudian persebaran yang mempunyai kurva lebih dari dua dan pesebarannya cenderung melebr dan makin tidak seragam bergradasi dengan baik menunjukkan partikel yang berpasir.  


Sumber : Junaidi, Restu Wigati.2011. Analisis Parameter Statistik Butiran Sedimen Dasar Pada Sungai Alamiah. WAHANA teknik Sipil. Vol 16 No 2 46- 57