Wednesday, April 5, 2023

Hutang dan Meninggalkan Hutang

 Hutang dan Meninggalkan Hutang/Ali Ahsan Al Haris/2023
Sumber Gambar: merdeka

Kurang tahu apakah sekarang masih ada SPP, atau mungkin diganti dengan uang gedung dan sejenisnya. Pernah dimintai tolong rekan menemaninya menghadap ke kepala sekolah lantaran memohon agar SPP nya dapat diturunkan. Alasannya karena Ayahnya sudah meninggal dan Ibunya hanyalah Ibu Rumah Tangga biasa (tidak ada pekerjaan). Rekan saya ini anak pertama dari tiga bersaudara. Sejak kepergian Ayahnya, ekonomi keluarga menjadi goyah lantaran sumber penghasilan hilang bersamaan dengan kepergian Ayahnya.

Saya tidak begitu mengenal dengan rekan saya ini, ya sekedar sering bertemu di kantin dan perpustakaan. Latar belakang keluarga termasuk profesi ayahnya dulu juga tidak saya ketahui. Karena iba dengan apa yang rekan saya alami, tawaran untuk menemaninya menghadap ke Kepala Sekolah tidak bisa saya tolak.

Sesampainya di ruang Kepala Sekolah, saya hanya mendengarkan keluhan yang ia sampaikan ke Bu Kepsek. Di ruang Bu Kepsek itulah saya baru tahu kalau Ayahnya dulunya seorang PNS. Singkatnya proses permohonan agar SPP rekan saya ini dapat diturunkan gagal. Bu Kepsek percaya bahwa masih ada uang pensiunan Ayahnya yang dapat digunakan untuk membayar SPP. Beliau memberi opsi jika rekan saya mau, agar mendaftar beasiswa yang kebetulan dua hari lalu baru dibuka.

Rekan saya ini mundur, ia cukup putus asa jika alasan Ayahnya meninggal tidak menggetarkan hati Bu Kepsek berkenan menurunkan SPP nya.

Saat di kantin, saya tanya apa masalah sebenarnya. Apakah uang pensiunan Ayahnya memang tidak cukup untuk operasional harian keluarganya, atau ada alasan yang lainnya.

Ternyata, ibunya baru tahu selama mendiang suaminya hidup banyak hutang disana sini. Ketahuannya saat slip gaji dan rekening koran mendiang suaminya memiliki banyak potongan yang ia tidak ketahui. Perasaan sedih dan curiga tentu ada, apakah suaminya dulu selingkuh? Apakah suaminya dulu membeli aset untuk orang lain? Pertanyaan pertanyaan semacam ini terus ada dibenaknya.

Dua bulan selepas kematian suaminya, ada rekan kerja suaminya datang rumah. Ia membawa amplop berisikan uang sebesar 1,5 Juta. Bukan sebagai sumbangan untuk keluarganya, ia memohon maaf kepada istri mendiang teman kerjanya ini lantaran bulan kemarin telat bayar hutang padanya.


Dari sinilah kecurigaan ibu rekan saya ini mulai terpecahkan. Menurut pengakuan orang yang membawa uang tadi, ayah rekan saya ini banyak menolong orang dengan cara menjaminkan nama dan SK nya untuk hutang di Koperasi dan Bank, setiap bulan ia dan orang yang ditolong oleh mendiang suaminya itu akan mengangsur setiap bulannya. Hal ini dilakukan karena beberapa orang yang ia tolong tidak memiliki jaminan yang nilainya cukup oke agar Koperasi dan Bank mau mencairkan pinjaman.

Naas, setelah ia meninggal. Angsuran tetap jalan, tapi tidak dengan orang-orang yang berhutang ini. Mereka merasa ini adalah kesempatan, kenapa harus pusing lha wong jaminan di Koperasi dan Bank bukan atas namanya.

Mendengar ceritanya, saya sangat jengkel kenapa tidak diceritakan saat menghadap Bu Kepsek. Siapa tahu dengan cerita itu hati kecil Bu Kepsek dapat tergerak dan menandatangani permohonan penurunan SPP nya.

Lain cerita lagi, saya pernah diajak untuk menyelidiki bakal ayah sambungnya (Ibunya akan menikah lagi). Bagiku cukup unik, ia tidak mau bakal ayah sambungnya ini memiliki banyak hutang saat menikah dengan ibunya.

"Aku emoh nek Ibuku mben diporoti bojoe seng anyar kamergo wonge kakean utang", ujar temanku.

Ya, lagi-lagi masalah hutang dan meninggalkan hutang. Semoga kita semua dilindungi dari hal semacam itu. Aminn

Baca serial tulisan Ramadhan 2023 di sini

No comments:

Post a Comment