135 Anak Bangsa Merenggang Nyawa/Ali Ahsan Al Haris/2023. Sumber Gambar: dw(dot)com |
Karjo tiba-tiba terbangun dari tidurnya, ia merasa berada di sebuah dunia yang aneh. Di sekitarnya, ia melihat gedung-gedung dengan menara yang tinggi, jalan-jalan yang kosong, dan langit yang berwarna abu-abu. Namun, hal paling aneh adalah ia tidak dapat merasakan tubuhnya. Ia merasa hampa dan kosong, seperti ada di dunia yang bukan miliknya.
Karjo kemudian berjalan melalui jalan-jalan kosong itu, mencari tahu di mana ia berada. Tiba-tiba, ia melihat sosok misterius yang berlari di hadapannya. Sosok itu memakai jubah panjang dan topi yang menutupi wajahnya. Ia merasa penasaran dan memutuskan untuk mengikutinya.
Baca juga: Suporter Indonesia Rusuh, Salah Siapa?
Sosok misterius itu membawa Karjo ke sebuah gedung yang besar, dengan pintu-pintu yang terbuka lebar. Di dalam gedung itu, ia melihat manusia-manusia yang memakai topeng hewan, berdansa dan bernyanyi di tengah kerumunan. Ada yang memakai topeng harimau, tikus, kucing, dan berbagai binatang lainnya. Ia terkejut dan bingung, tidak tahu apa yang sedang terjadi.
Ketika Karjo mencoba mendekati salah satu orang yang memakai topeng, ia tersentak kaget ketika topeng itu terlepas dan menunjukkan wajah yang mirip dengan dirinya sendiri. Ia merasa bahwa ia mungkin sedang bermimpi, atau bahkan berada di dunia lain.
Ketika Karjo mencoba untuk keluar dari gedung itu, ia menemukan bahwa ia tidak dapat menemukan jalan keluar. Karjo berputar-putar di dalam gedung itu, mencari pintu keluar yang tak kunjung ditemukan. Akhirnya, ia berhenti di tengah kerumunan, membiarkan dirinya tersesat dalam keanehan yang ia sendiri tidak mengerti.
Baca juga: Resensi Novel “Negeri Para Bedebah”
Karjo terus berada di dalam gedung itu, mengamati orang-orang yang berdansa dan bernyanyi dengan topeng hewan. Beberapa di antaranya menunjukkan gerakan yang aneh dan menjijikkan, sementara yang lain menari dengan indah dan anggun.
Ketika Karjo mulai merasa lelah, ia duduk di salah satu sudut ruangan dan merenung. Ia mempertanyakan semua yang ia alami dan mencoba mencari jawaban atas keanehan dunia ini.
Tiba-tiba, Karjo merasa sesuatu yang aneh terjadi di tubuhnya. Tubuhnya mulai membelah menjadi dua bagian, dan bagian tubuhnya yang satu terlihat mulai mengambang di udara. Ia merasa terkejut dan takut, tetapi pada saat yang sama ia merasa penasaran.
Baca juga: Sepakbola Tak Akan Pulang
Tubuhnya terus terbelah menjadi dua, dan bagian tubuhnya yang mengambang di udara semakin jauh. Karjo melihat tubuhnya dari sudut pandang yang berbeda, seolah-olah dia sedang menonton dirinya sendiri dari luar tubuhnya.
Setelah beberapa saat, tubuhnya yang terbelah itu kembali menyatu. Namun, ketika Karjo mencoba berdiri, ia merasa tubuhnya menjadi sangat berat dan tidak bisa bergerak. Ia merasa terjebak dalam keanehan yang lagi-lagi tak bisa ia mengerti.
Setelah berjuang untuk keluar, Karjo menemukan jalan keluar dari gedung itu. Ketika ia keluar ke jalan raya, ia melihat bahwa dunia di luar sana tetap aneh dan tidak bisa ia mengerti, tapi ia merasa lega bahwa ia dapat kembali ke dunianya sendiri.
Karjo mengambil napas panjang dan memutuskan untuk tidak memikirkan keanehan itu lagi. Ia memulai langkahnya, menuju ke rumah untuk bertemu anak istrinya, ia kangen pada mereka, rasa kangen yang ia rasakan begitu aneh. Jarang sekali ia alami.
Baca juga: “CATATAN SEORANG DEMONSTRAN”
Sesampainya di ruang tamu rumahnya, muncul keanehan baru. Karjo mendapati tubuhnya sudah terbujur kaku dengan balutan kain kafan. Wajahnya pucat hitam dan dari kedua lubang hidungnya tampak bekas darah segar mengalir. Karjo semakin bingung dengan dirinya. Ia lari ke kamar mencari istrinya. Maimunah, Ibu Karjo sedang memeluk istrinya. Keduanya berpelukan sambil menangis.
Arjuna anak semata wayangnya Karjo memasuki kamar, "Uti, di TV ada berita. Selain Bapak, ada 134 suporter yang meninggal efek dari gas air mata yang ditembakkan polisi ke tribun suporter". Pungkas Arjuna ke Uti nya.
Baca serial tulisan Ramadhan di sini
No comments:
Post a Comment