Membaca buku ini membuat kita rindu atas tulisan-tulisan review pasca pertandingan di Tabloid Bola hari Selasa era 90-2000 an. Kita dapat membaca review ciamik Dwi Widijatmoko, Rob Hughes, Sapto Harjo, ataupun Bung Wesh. Ya, review dlm buku ini belum selevel tulisan mereka. Buku ini lebih mirip momen-momen sepakbola yang diceritakan secara kronologis oleh Sindhunata. Sekali lagi, buku ini memang berbeda.
Sepakbola Tak Akan Pulang
Penulis menyindir Inggris sebagai
negara pencetus sepakbola dimulai dan pemilik liga yang di klaim terbaik di
muka bumi yang tak akan pernah membawa pulang tropi Piala Dunia. Selain itu,
penulis juga memaparkan beberapa cerita dan data yang dibalut dalam romansa
sastrawi.
Bekas
Membaca kumpulan esai tentang sepakbola yang ditulis oleh Cak Mahfud serasa
membaca esai-esai di Pandid Footbal. Bedanya jika di Pandit, saya dapat
membacanya secara gratis dan dapat di akses di mana saja dan kapan saja, hanya
bermodal kuota dan gawai. Sedangkan membaca kumpulan esai ini harus membeli
buku dan menentengnya kemana saja. Apakah ini semacam keluhan? Tentu tidak.
Banyak alasan idiologis dan komersialis yang membelakangi semua itu. Hehe
Esai berjudul bekas ini membahas
bagaimana klub-klub besar di Eropa seperti Juventus, City, MU, Barca dan Madrid
bongkar pasang pemain demi meraih trofi. Selain kepamoran yang ingin digapai,
omset yang meningkat berlipat-lipat dari penjualan jersey dan tiket penonton,
ada luka yang diam-diam menjadi borok. Yakni nasib pemain akademi yang sulit
memasuki skuat utama dan rawannya pemecatan seorang pelatih karena tak kunjung
mengisi trofi di almari klub.
Leeds
Pandid yang nyastra. Saya rasa itu julukan yang sangat cocok dikenakan Cak
Mahfud. Ia dengan ciamik menulis esai sepakbola tidak hanya perihal tak tik dan
statistik pemain. Melainkan gaya bercerita yang sederhana dan mengena dengan di
barengi kutipan wawancara membuat pembaca dibawa ke sisi zaman yang berbeda
untuk mengetahui apa yang sedang terjadi dan apa yang dilakukan oleh seorang
pelatih "Sinting" bernama Marcelo Bielsa. Dengan metode latihan aneh,
tak tik menyerang super buas namun sering kehabisan bensi diparuh musim dan
mitos-mitos yang meliputi dirinya membuatnya sosok pelatih yang legendaris dari
Amerika Latin yang kini sedang membuktikan tuahnya di tanah Ratu Elisabet.
Mendes
Ada yang pernah mendengar nama Jorge Mendes? Hmmm, mungkin pembaca kurang familiar dengan nama tersebut. Tapi apakah pembaca pernah mendengar nama Jose Mourinho? Nah, saya yakin nama tersebut tidak asing lagi di telinga teman-teman. Sosok pelatih dari Portugal yang berhasil membawa Chelsea menapaki dekade kajayaannya termasuk membawa Inter Milan menjadi satu-satunya klub dari negeri Pizza dan Kopi meraih Tribble Winner di tahun 2010. Jorge Mendes adalah agen dari Jose Mourinho, Cristiano Ronaldo, Zlatan Ibrahimovic, Mathias Delight dan banyak nama pemain-pemain besar yang berada dalam agen naungannya.
Agen pemain sepakbola kelas kakap
dengan segudang prestasi dan mitosnya ini juga memiliki segudang hal yang
kontroversial. Termasuk yang menjadikan Wolverhampton Wonderes alias Wolves
dijuluki Timnas Portugal Cabang Liga Inggris. Mengapa dapat seperti itu? Adanya
tujuh pemain lebih yang membela Wolves tak ayal ada peran Mendes dibalik itu
semua. Nuno Espirito Santo yang menjadi Manajer Wolves adalah agen dari Mendes.
Hal tersebut yang di sinyalir banyaknya migrasi pemain Timnas Portugal dan/
pemain yang pernah bermain di Liga Portugal merumput di klub berlogo serigala
tersebut.
Masih teringat jelas saat
Mourinho menukangi Chelsea, Madrid dan Inter. Di saat itu juga banyak pemain
Portugal dan/ pemain yang dibawah naungan Mendes membela klub yang ditukangi
Mourinho. Meski hal tersebut tidak menjadi temuan masalah di Federasi liga berada.
Sistim yang Mendes terapkan ini sudah seperti KKN saja.
Apakah salah jika Gibran maju dan
sukses menjadi Wali Kota Solo? Tentu tidak. Karena proses pemilihannya
berlangsung secara demokratis, rakyat yang memilihnya. Tapi lapisan masyarakat
lain menilai apa yang dilakukan Gibran tidak etis karena memanfaatkan jabatan
serta akses orangtuanya, Joko Widodo. Begitu juga apakah kita dapat
mempersalahkan Jorge Mendes, Mourinho dan Nuno Santo banyak menggunakan jasa
pemain yang di ageni Mendes? Hayoooo.
Melihat Sepakbola Dengan
Kacamata Sastra
Sudah banyak buku yang membahas
tentang sepakbola. Olahraga yang digandrungi lebih setengah penduduk bumi,
termasuk Indonesia yang tata kelolanya acak kadut. Dari pelbagai buku yang
sudah terbit di Indonesia, Cah Mahfud menyajikan bacaan sepakbola yang bukan
hanya sekedar tak tik, statistik dan olok-olokan semata. Cah Mahfud ciamik
sekali dan memadu pandankan data dan narasi yang membuat pembaca yang hanya
mengerti bola dengan pemahaman dangkal menjadi paham - sepakbola bukan sekedar
olahraga. Membaca buku "Sepakbola Tak Akan Pulang" adalah sebuah oase
bagi penikmat sepakbola layar kaca seperti saya. Membayangkan banyak buku &
film yang membahas olahraga dalam bidang lain tentu akan sangat menyenangkan.
Lari, naik gunung, catur, sepeda dll.
Selain itu, saya membayangkan
jika pandidfootball.com segera menerbitkan esai-esai menariknya yang selama ini
hanya dapat dinikmati pembaca lewat gawai. Kenapa tidak? Toh ini bukan hanya
masalah efisiensi atau alasan idiologis minat baca dan penebangan pohon untuk
membuat kertas. Segeralah, segera terbitkan.
Ujian Chelsea dan Fans
Kardusnya
Sejak kedatangan Abrahamovic
menjadi Presiden klub London biru, praktis sudah ada 15 Manajer yang menjadi
korban pemecatan. Dengan dalih tidak diperpanjangnya kontrak atau menghadiahi
si Roman Emperor dengan piala. Banyak pundit yang mengatakan bahwa kekurangan
Chelsea hanya satu, kesabaran. Termasuk saat ini, legenda hidup Chelsea, Frank
James Lampard yang nihil prestasi saat menjadi pelatih ditunjuk menukangi
Chelsea. Sebagai fans, kembalinya top skor sepanjang masa menjadi Manajer harus
segera mendapatkan gelar jika tidak ingin nasibnya seperti para Manajer hebat yang
sempat menukangi Chelsea pula. Di pecat dan dilupakan.
Terimakasih
Malang, 19 Desember 2020
Ali Ahsan Al Haris
No comments:
Post a Comment