Resensi Novel “Negeri Para Bedebah”
Saat temen-temen baca buku ini pasti serasa yang diceritakan | itu pernah ada. |
Judul: Negeri Para
Bedebah
Pengarang: Tere Liye
Tahun Terbit: 2012
Penerbit: PT
Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 433
Kategori: Fiksi
Harga: Rp 60.000,-
)*Milawaddah
Satu
lagi novel karya Tere Liye beredar di toko-toko buku. Novel bersampul merah
dengan gambar lelaki berjas berhidung pinokio dan seekor musang berbulu domba
sukses menarik perhatian. Apalagi judulnya Negeri Para Bedebah. Dalam hati saya
berpikir apakah tidak ada judul yang lebih sopan dan tidak sesarkas ini. Demi
menghilangkan rasa penasaran, akhirnya saya membeli novel cetakan pertama Juli
2012 ini.
Kesan pertama yang melekat di benak saya ketika membaca novel
Negeri Para Bedebah seperti belajar teori ekonomi, dunia perbankan dan fananya
uang... Well, prolog yang menghentak, membuat saya ingin membacanya
sampai tuntas... :) Jangan khawatir bagi pembaca yang tidak berlatar fakultas
ekonomi. Penjelasan-penjelasan mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan
teori ekonomi dijelaskan dengan analogi yang mudah dan tidak membosankan.
Apalagi Tere Liye adalah dosen FE UI.
Novel
ini berlatar krisis ekonomi global tahun 2008 sebagai akibat subprime
mortgage yang membuat bank-bank, lembaga keuangan, dan bursa terbesar di
dunia tumbang satu per satu dan tinggal menunggu waktu untuk ditutup atau di-bail
out oleh pemerintah setempat. Katakanlah: Citigroup; Lehman Brothers;
Merril Lynch; Fannie Mae & Freddie Mac; AIG; General Motors; Ford;
Chrysler; Bursa New York, London, Frankfurt, Amsterdam, Paris. Hal ini membuat
heboh 0,2% penduduk bumi (prinsip pareto).
Novel
ini dimulai dengan sebuah wawancara dari wartawan majalah mingguan terbesar di
Asia Tenggara (Julia) kepada Thomas (Tommi) yakni tokoh utama di novel ini yang
berprofesi sebagai konsultan keuangan terkemuka bahkan menjadi pembicara di
sebuah konferensi internasional di London.
“…ketika
satu kota dipenuhi orang miskin, kejahatan yang terjadi hanya level rendah,
perampokan, mabuk-mabukan, atau tawuran. Kaum proletar seperti ini mudah
diatasi, tidak sistematis dan jelas tidak memiliki visi-misi, tinggal digertak,
beres. Bayangkan ketika kota dipenuhi orang yang terlalu kaya, dan terus rakus
menelan sumber daya di sekitarnya. Mereka sistematis, bisa membayar siapa saja
untuk menjadi kepanjangan tangan, tidak takut dengan apapun. Sungguh tidak ada
yang bisa menghentikan mereka selain sistem itu sendiri yang merusak mereka.”
(Halaman 18)
Tidak
bisa dipungkiri bahwa krisis ekonomi global telah membuat perekonomian
Indonesia fluktuaktif terutama berpengaruh terhadap bank, lembaga keuangan, dan
bursa. Namun, karena fundamental ekonomi Indonesia yang berbeda dengan
perekonomian dunia membuat Indonesia bisa bertahan dari krisis walau ada salah
satu bank yang terkena dampak krisis ekonomi global yakni Bank Semesta yang
dipimpin oleh Om Liem.
Bank
Semesta kalah kliring LIMA MILYAR! Padahal hanya lima Milyar namun hal ini
sudah membuat rush dan dampak sistemis bagi perbankan di Indonesia. Di
sisi lain, tak banyak pihak yang bisa menolong bahkan partner bisnis Om Liem
selama ini yakni Tuan Shinpei pun tidak bisa membantu. Bahkan para penguasa dan
orang-orang yang berkepentingan atas kekuasaan serta uang sibuk mengais
keuntungan di tengah situasi kacau balau dengan melakukan rekayasa-rekayasa.
Novel
ini juga dipenuhi dengan flashback yang mengisahkan asal muasal bisnis
keluarga Om Liem. Cikal bakal bisnis Om Liem dimulai dari toko tepung terigu
Opa. Lalu Om Liem yang cerdik mempunyai ide membuat arisan berantai untuk
memperbesar modalnya dengan berhutang kepada pihak-pihak yang ingin
berinvestasi. Om Liem menjanjikan pengembalian uang tersebut dengan ditambah
bunga. Bisnis Om Liem dan Papa Edward (ayah Thomas) berkembang dengan pesat.
Mereka bisa membeli kapal-kapal dan mengimpor barang-barang dagang untuk
dijual. Om Liem dan Papa Edward berpartner dengan Tuan Shinpei dalam bisnisnya.
Bisnis
yang pesat itu pun hancur dalam sekejap. Terlalu banyak sabotase. Hal tsb
membuat limbung bisnis Om Liem dan Papa Edward. Investor meminta uangnya
dikembalikan. Mereka berdemo di depan rumah Opa sekaligus rumah Om Liem dan
Papa Edward. Lalu datanglah Wusdi (polisi) dan Tunga (jaksa) yang dibayar untuk
mengamankan situasi. Wusdi dan Tunga berjanji akan mengurus semua
dokumen-dokumen penting dan akan menjual aset untuk membayar hutang kepada investor.
Saksikanlah, mereka berkhianat! Dengan tawa licik mereka puas telah menguasai
dokumen-dokumen penting tsb dan tentu saja tidak akan memenuhi janjinya kepada
Opa dan Papa Edward. Wusdi dan Tunga menyuruh para preman yang telah ikut
berbaur berdemo dengan para investor arisan berantai untuk segera melakukan
provokasi. Tinggal menunggu waktu, mereka membakar apa saja. Tak terkecuali
rumah itu. NAHAS! Papa Edward beserta istrinya tidak bisa melarikan diri dan
terbakar. Sementara itu, Opa dan Tante Liem bisa melarikan diri dan selamat.
Lalu, dimana Om Liem dalam situasi genting seperti ini? Lalu dimana Thomas?
Mulailah
Thomas hidup di asrama, belajar apa saja. Petugas asrama menghapus nama
keluarganya demi keamanan. Beberapa bulan kemudian Opa dan Tante Liem datang
berkunjung untuk membujuk supaya Thomas pulang. Namun Thomas bersikukuh tak mau
kembali. Thomas membenci Om Liem. Tanpa sikap serakah dan keras kepala Om Liem,
mungkin tak akan pernah ada kejadian memilukan ini. Di samping itu, Om Liem tak
kenal kata menyerah. Akhirnya Om Liem mengakuisisi Bank Semesta 6 tahun lalu.
Om Liem juga memiliki tangan kanan yang sangat bisa dipercaya sekaligus
Direktur Bank Semesta yakni Ram.
Bank
Semesta tak kuasa menghadapi krisis ekonomi global, limbung dan tinggal
menunggu waktu untuk ditutup. Sebenarnya sudah sejak lama seharusnya bank ini
harus ditutup karena bank ini banyak melanggar prinsip kehati-hatian dan kepatuhan perbankan. Dalam situasi genting, Ram
menghubungi Thomas dan mengabarkan kalau rumah Om Liem—perumahan elit di
Jakarta—dikepung oleh polisi. Namun belum ditangkap karena kesehatan Tante Liem
memburuk. Sebenarnya Thomas sangat membenci Om Liem dan tak pernah bertemu
dengan Om Liem semenjak kejadian memilukan itu.
Akhirnya Thomas pun datang dan merencanakan sebuah strategi
untuk melarikan Om Liem dengan menempatkan seolah-olah yang ada di ranjang
darurat adalah Tante Liem dan segera buru-buru menaikkannya ke ambulans. Lalu
bagaimana kelanjutan kisahnya? Gak asik dong kalo dikasitahu semua. Jadi baca novelnya
ya….
Selanjutnya,
cerita berpilin dari satu pesawat ke pesawat yang lain dan novel ini bergerak
hanya dalam waktu DUA HARI! Jadi bisa dibayangkan alurnya benar-benar membuat
pembaca menjadi tak sabar untuk segera menuntaskannya.
Apakah Bank Semesta bisa diselamatkan? Lalu, siapa sejatinya
pengkhianat Om Liem sekaligus otak dibalik semua sabotase dan kejadian
memilukan? Penasaran? Buruan beli novelnya di toko buku terdekat, hehehe….
Overall, Novel Negeri Para
Bedebah karya Tere Liye ini recomended banget, keren isinya, penuh
kejutan di setiap babnya, klimaks. Kisahnya
dipenuhi dengan para mafia dan kayak film action. Keren jika difilmkan! Happy
reading :)
Sekuel dari
Novel karya bang Tere Liye ini adalah Negeri di Ujung Tanduk, jangan lupa baca
ya.
@aliahsanID
No comments:
Post a Comment