Apa Ada Yang Salah
Dengan Cara Saya Membaca Buku?
Saya sudah dua puluh tahun lebih
membaca buku, di mana banyak orang berkata buku adalah jendela dunia dan
membaca adalah salah satu proses paling penting dalam menulis. Ungkapan yang
merakyat, memang. Tapi benar adanya. Jendela tersebut hanya bisa dibuka ketika
kita punya kuncinya, dan kuncinya adalah membaca.
Disadari atau tidak, dengan
membaca buku selama beberapa jam yang berisi tentang pengalaman seseorang
selama bertahun-tahun, misalnya, akan membuat kita mendapatkan pengalaman yang
sama dengan waktu yang lebih relatif singkat.
Luar biasa, bukan? Tapi, untuk sebagian
orang akan ora di gugu. Hehe
Kegiatan membaca, berbanding
lurus dengan kemampuan menulis (Jare wong-wong seh ngunu). Semakin orang
banyak membaca, semakin luas wawasan dan pengetahuannya, sehingga ia memiliki
cukup referensi dan takkan kehabisan ide untuk menulis. Dalam kasus ini saya
banyak membenarkan, tapi di sisi lain kok saya geblek sekali soal babakan
tulis menulis.
Pembaca bukan berarti harus
menjadi penulis, akan tetapi untuk menjadi seorang penulis, seseorang harus
mutlak memiliki kebiasaan membaca. Kalau tidak melalui proses ini, tulisan yang
dihasilkan tidaklah beresensi dan cenderung ngambang ora jelas.
Jika membaca adalah proses
melihat wawasan melalui jendela yang terbuka dan menjadikannya sebagai
pengetahuan pribadi, maka menulis adalah suatu cara menyajikan kembali khazanah
yang telah diperoleh kepada masyarakat luas.
Bisa dibilang bahwa seseorang
akan kesulitan untuk menulis sesuatu di luar dirinya, di luar apa yang telah ia
miliki sebelumnya. Seseorang tentunya harus memiliki sesuatu terlebih dulu
sebelum membagikannya kepada orang lain. Nek seng bok duweni foto
jalan-jalan karo pacarmu, yo kuwi bekal seng dimaksud. Sedangkan untuk
menulis, modal itu bernama perbanyak membaca.
Dengan begitu, mau tidak mau,
suka tidak suka, membaca adalah sebuah proses yang harus dilakukan bagi kamu
yang memiliki keinginan untuk mejadi seorang penulis.
Jika selama ini kita sudah
mencoba menulis akan tetapi selalu mengalami kendala dan terhenti pada paragraf
atau bahkan kalimat pertama, penyebabnya bisa jadi karena terlalu sedikit stok
informasi yang kita miliki sebelumnya. Sampai kalimat ini, saya jadi terpikir
apakah sumber bacaan saya kurang banyak? Apakah ada yang salah dengan cara
membaca saya? Hmmm. Asu
Nah di bawah ini adalah ringkasan yang saya dapatkan dari
pelbagai sumber yang mengatakan manfaat membaca agar keterampilan menulis kita
terasah secara bagus.
1. Memperluas
Wawasan
Apapun genrenya,
baik fiksi maupun non-fiksi, setiap buku pasti memberikan pelajaran atau
pengetahuan yang bisa diambil oleh pembacanya. Setiap menulis, tentunya kita
harus menyajikan informasi yang sesuai atau mendekati realita. Misalnya ente menulis cerita tentang Babi,
terlebih dahulu ente kudu mengadakan observasi terhadap perilaku Babi
dan segala hal tentang Babi itu sendiri, salah satu caranya dengan membaca. Atau saat ente menulis mengenai suatu
obyek wisata, jika tidak bisa melakukan observasi secara langsung, maka ente
bisa mencari berbagai informasi dan membacanya.
2. Belajar
Teknik Menulis Yang Dipakai Oleh Penulis Buku Yang Sedang Kita Baca
Coba pikirkan
terlebih dahulu, siapakah penulis buku favoritmu yang karyanya paling sukses di
pasaran? Jika sudah, coba baca karyanya, dan lakukan analisa apa yang membuat
orang-orang bisa begitu mengidolakan karya-karyanya. Jika sudah membaca
karyanya, kita pasti bisa menentukan unique selling point dari karya
tersebut. Apa saja keunggulannya? Apakah
dari plotnya, atau dari gaya bahasa dan penokohannya serta masih banyak faktor
lain yang bisa kamu pikirkan dan kamu ambil sebagai contoh serta referensi
dalam menulis.
3. Memperkaya
Kosakata? Hmm Ada Benarnya Juga Sih.
Jika saat
menulis kita sering dihadapkan pada kebosanan kata yang itu-itu saja, atau dua
tiga padanan kalimat yang serupa, itu berarti kita harus lebih banyak membaca.
Dalam buku yang kita baca terdapat ribuan bahkan jutaan kata dan kalimat yang
bisa memperkaya diksi, pilihan kalimat dan cara penyampaian yang berbeda. Biasanya,
tiap penulis memiliki ciri khas dan karakteristik masing-masing, perbedaan
karakteristik tulisan tersebutlah yang akan membuat tatanan bahasa kita lebih
beragam, variatif dan tidak menjemukan untuk dibaca.
4. Membuat
Jalan Pikiran Lebih Lentur? Atau Malah Bisa Jadi Bebal Ya!
Seringkali kita
dihadapkan kesulitan untuk memulai sebuah tulisan, bahkan sejak di kata pertama
dalam paragraf.Hal tersebut tak jarang membuat kita merasa jenngkel dan
kebingungan. Terkadang, kita sudah
mempunyai konsep dan sudah memiliki gambaran mengenai inti tulisan, akan tetapi
begitu sulit untuk kemudian dituangkan. Kebuntuan ini biasanya bisa diatasi
dengan cara rajin membaca. Dengan rajin membaca, apa yang kamu pikirkan akan
lebih luwes untuk kemudian diuraikan dalam tulisan.
5. Ide
Melimpah Dan Banyak Bahan Untuk Menulis?
Pernah mendengar
istilah writer's block? Kebuntuan dalam menulis adalah salah satu tanda
kita kehabisan ide dalam tulisan. Tentunya, jika kita jarang membaca buku,
referensi kita begitu minim sehingga ide tak kunjung juga terlintas. Dengan membaca buku di satu waktu, otak kita
akan merangsang terbentuknya informasi baru di sistem daya ingat yang siap
dipanggil kapan saja. Sehingga, kemungkinan kehabisan ide dalam menulis akan
semakin sempit.
Sekali lagi, itu hanya kata
orang-orang yang saya dapatkan dari pelbagai sumber. Motivasi hanyalah
motivasi, bagus tidaknya kembali ke pembaca, ya termasuk saya sendiri yang
selalu gagal dalam menulis. Asu tenan, Kok.
No comments:
Post a Comment