Friday, March 24, 2023

Karjo Lupa Jika Pernah Berjanji

Saat membaca buku “Hikmah Al-Fatihah – Konsep Tuhan Dalam Al-Quran” karangan Maulana Abdul Kalam Azad, saya terinspirasi untuk membuat cerita ini. Meski ceritanya tidak bisa mewakili isi buku, saya ingin membagi ke pembaca bahwa kita secara sadar saban hari bersumpah kepada Allah SWT. Dan kisah Karjo di bawah ini adalah bukti bahwa Allah SWT tidak pernah jauh dengan kita, malah kita yang menjauh. Pergi, hilang dan tersesat.

 
Karjo Lupa Jika Pernah Berjanji

Suatu hari, Karjo, seorang pemuda yang tinggal di desa Sawo, bertemu dengan Nurman, seorang penceramah terkenal di daerah tersebut. Keduanya saling berkenalan dan mulai berbincang-bincang tentang agama Islam.

Nurman lalu menanyakan kepada Karjo, "Apakah kamu pernah berjanji dengan Allah?" Karjo terlihat bingung dan menjawab bahwa dia merasa belum pernah berjanji dengan Allah. "Mengapa?" tanya Nurman lagi. Karjo menjelaskan bahwa dia belum memiliki kesempatan atau alasan untuk berjanji dengan Allah.

Mendengar jawaban Karjo, Nurman menyadari bahwa Karjo mungkin belum memahami sepenuhnya arti dari berjanji dengan Allah. Oleh karena itu, Nurman menjelaskan bahwa setiap muslim seharusnya memiliki janji dengan Allah dalam menjalani hidupnya, seperti janji untuk selalu menjaga keimanan dan berusaha melaksanakan kewajiban dalam agama Islam.

Nurman lalu melanjutkan dengan menanyakan, "Apakah kamu pernah sholat, Karjo?" Karjo terlihat ragu dan mengaku bahwa dia jarang sekali sholat. Mendengar hal tersebut, Nurman pun mengingatkan bahwa sholat merupakan salah satu kewajiban dalam agama Islam dan penting untuk menjaga hubungan antara manusia dengan Allah SWT.


Nurman kemudian menambahkan, "Ingatlah ayat dalam Surat Al-Fatihah yang berbunyi, 'Hanya kepada Engkaulah hamba menyembah dan hanya kepada Engkaulah hamba memohon pertolongan'. Oleh karena itu, sholat menjadi salah satu bentuk ibadah yang dilakukan oleh umat muslim untuk menunjukkan penghormatan dan ketaatan kepada Allah."

Mendengar penjelasan dari Nurman, Karjo berjanji untuk memperbaiki kehidupannya dan mulai menjalankan sholat sebagai kewajiban dalam agama Islam. Keduanya kemudian berpisah dengan saling mengucapkan terima kasih atas percakapan yang bermanfaat tersebut.

Setelah pertemuan dengan Nurman, Karjo merasa terinspirasi dan mulai belajar lebih banyak tentang agama Islam. Dia mulai giat belajar membaca dan menulis Al-Quran Metode Manhal karangan Alm. Mbah Fuad Effendy dan menghadiri kajian-kajian tadabbur Al-Quran yang diselenggarakan di Rumah Maiyah Al-Manhal.


Karjo juga mulai menjalankan sholat lima waktu dengan tekun. Meskipun awalnya dia kesulitan dalam mempelajari gerakan-gerakan dalam sholat, dia terus berlatih dan akhirnya berhasil melakukannya dengan baik. Setelah beberapa waktu berlalu, Nurman kembali ke desa Sawo dan bertemu dengan Karjo lagi. Nurman sangat senang mendengar bahwa Karjo telah mulai menjalankan sholat dan memperdalam pemahamannya tentang agama.

Nurman lalu mengajak Karjo untuk menjadi relawan dalam program sosial yang diadakan oleh masjid setempat di dekat Rumah Maiyah Al-Manhal. Karjo merasa senang dan bersemangat untuk menjadi bagian dari program tersebut. Dia merasa bahwa menjadi relawan dalam program sosial merupakan cara yang baik untuk memperdalam pemahaman tentang agama dan memperlihatkan kepedulian pada sesama.


Seiring berjalannya waktu, Karjo semakin memperkuat keimanan dan menunjukkan perilaku yang baik sebagai seorang muslim. Dia terus berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan menyebarluaskan kebaikan kepada orang lain.

Dalam perjalanan hidupnya, Karjo menyadari bahwa pertemuan dengan Nurman telah memberikan banyak inspirasi dan membantunya memperdalam pemahaman tentang agama Islam. Dia merasa bersyukur telah memiliki mentor yang baik seperti Nurman dan berkomitmen untuk berbuat baik kepada sesama.

Karjo terus mengikuti kegiatan keagamaan di masjid. Dia juga semakin aktif dalam program sosial yang diadakan oleh masjid dan Rumah Maiyah Al-Manhal seperti memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan dan mengajar anak-anak untuk belajar dan menghafal Al-Quran.

Baca juga: Gadis Jeruk

Berkat tekad dan kerja kerasnya, Karjo juga berhasil mendapatkan kesempatan untuk belajar di pesantren. Di pesantren, dia belajar tentang Islam dengan lebih mendalam dan juga memperoleh keterampilan baru seperti tata cara menyembelih hewan yang halal dan membuat kue-kue kering yang biasa dijual pada momen-momen tertentu.

Setelah menyelesaikan pendidikan di pesantren, Karjo memutuskan untuk membuka usaha kue-kue kering. Usaha tersebut ternyata sukses dan terus berkembang. Karjo juga terus mengajar anak-anak di masjid dan memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan.

Karjo merasa bersyukur atas berbagai karunia yang diberikan oleh Allah SWT, termasuk pertemuan dengan Nurman yang telah menginspirasi dirinya untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Dia juga merasa senang karena bisa memberikan manfaat dan kebaikan kepada orang-orang di sekitarnya.

Baca juga: Sejarah Renaisans

Dalam perjalanan hidupnya, Karjo memperoleh banyak pengalaman dan pelajaran berharga. Dia belajar bahwa dengan tekad dan kerja keras, dia bisa mencapai cita-cita dan meraih kesuksesan. Karjo juga memahami bahwa menjadi seorang muslim sejati berarti harus selalu berbuat baik kepada sesama dan menjalankan ajaran Islam dengan sebaik-baiknya.

Akhirnya, Karjo merasa bahagia dan tenang karena dia telah berusaha menjalankan hidupnya dengan baik dan selalu mengikuti ajaran Islam. Dia berharap bisa terus menjadi pribadi yang lebih baik dan memberikan manfaat serta kebaikan kepada masyarakat di sekitarnya.


Kini ia mulai paham, jika ia senantiasa tunaikan janjinya kepada Allah. Maka Allah akan tunaikan pula janjinya kepadanya.

Serial kumpulan tulisan Ramadhan 2023 bisa anda baca di sini


No comments:

Post a Comment