Thursday, February 13, 2020

RESENSI BUKU CINTA LAMA KARYA PUTHUT EA


RESENSI BUKU CINTA LAMA KARYA PUTHUT EA


  
Ini adalah buku ke sekian dari Kang Puthut yang saya baca. Perjumpaan pertama kali saya dengan karya Kang Puthut di tahun 2009 saat membaca buku “Makelar Politik”. Dari sekian banyak judul yang ada di buku tersebut, yang masih saya ingat hanya tulisan Kang Puthut tentang rasan-rasannya di Yogya yang terlalu banyak polisi tidur dan judul Makelar politik itu sendiri.


Selain itu, sebelum mengudaranya situs yang kita sayangi Bersama, mojok.co saya sudah membaca tulisan-tulisan Kang Puthut di web pribadi dan sesekali menegok di dinding facebooknya.


Perjumpaan pertama saya dengan Kang Puthut saat di Malang (Kafe Pustaka), waktu iu sedang ada talk show buku yang membahas sastrawan kenamaan Jerman “Franz Joseph Kafka” yang dihadiri Kang Sigit Susanto (Penerjemah Buku Franz Kafka The Trial Proses). Sebelumnya saya memang tidak tahu kalau Kang Puthut berencana hadir di acara tersebut, beruntung malam itu di tas saya membawa buku “Mengantar Dari Luar” yang tebal itu untuk kemudian saya mintakan tanda tangan ke penulisnya langsung.


Baca Tulisan Saya Yang Lain: Seorang laki-laki Yang Keluar Dari Rumah


Perjumpaan kedua saya waktu mojok.co menggelar ulang tahunya yang kedua di Malang, tepatnya di Komika Coffee. Selain Kang Puthut, saya juga bertemu Mbak Kalis, Kang Agus, Edward, Totok dan crew mojok lainnya. Acara yang sangat meriah itu yang membuat saya mengenal perempuan sangar dan cantik bernama Endah, salah satu kontributor mojok yang kebetulan satu sekolah dengan saya.


Oke coba saya bahas buku ini dengan enggak serius-serius amat.


Buku “Cinta Lama” terbitan Diva Press ini adalah lanjutan dari novel Kang Puthut “Cinta Tak Pernah Tepat Waktu” terbitan buku Mojok tahun 2017. Saya sudah membaca buku Cinta Tak Pernah Tepat Waktu di tahun 2017, hasil meminjam kawan saya Kang Aviv Mudhar yang sekarang bekerja di Bali. Yang saya suka dari buku tersebut selain Kang Puthut banyak melibatkan tokoh-tokoh semasa kuliahnya seperti Eka Kurniawan, kelihaian Kang Puthut dalam bertutur lewat tokoh utama dalam mencari cinta sejatinya menjadikan novel pertama Kang Puthut membuat saya terharu dan dibuat ngakak so hard.


Baca Tulisan Saya Yang Lain: Resensi Novel Dunia Sophie


Saya mendapatkan buku Cinta Lama hasil dari Pre Order di Twitter buku mojok, saya memilih paket CLBK LAGI yang isinya ada buku (Cinta Tak Pernah Tepat Waktu, Cinta Lama dan Mereka Yang Tidak Berbahagia) paket itu berhadiah sebuah Buket dan Pin lucu bertuliskan Bude Sumiyati. Saya mendapatkan paket buku tersebut seharga Rp. 155,200. Sangat murah untuk tiga buku dan aksesoris lainnya.


Buku Cinta Lama ini memiliki 142 halaman, cukup tipis daripada karya-karya Kang Puthut sebelumnya. Halaman awal, Kang Puthut langsung membawa pembaca lokasi di mana kejadian dua mantan pacar yang selama dua puluh tahun tidak pernah bertemu ini mengadakan janji di resto sebuah hotel tempat tokoh utama menginap. Setiap halaman tidak memiliki tulisan yang penuh, dalam artian setiap halamanya dapat kita temukan ilustrasi dari setiap kejadian. Mungkin bertujuan membuat pembaca dapat berimajinasi lebih leluasa. Saya membaca buku Cinta Lama kurang lebih satu jam, itu pun karena saya sambi dengan mengerjakan laporan aset perusahaan. Bagi pembaca yang sudah selesai membaca Cinta Tak Pernah Tepat Waktu, tentu akan paham dengan plot cerita yang Kang Puthut bangun, tapi jika pembaca belum menyelesaikan buku pertama. Mungkin pembaca akan membuat kesimpulan kenapa buku Cinta Lama plot nya simpel banget. Kenapa saya katakan simpel? Plot cerita hanya pada satu lokasi, yakni Resto di sebuah hotel. Obrolan yang terjadi fokus pada dialog tokoh utama bertemu dengan mantan pacarnya yang diketahui sudah memiliki dua anak dan tampak tua daripada umurnya. Sudah itu saja.


Baca Tulisan Saya Yang Lain: Resensi Buku Panduan Ringkas Gerilya Kota


Awal cerita memang serasa kita melihat tokoh utama yang grogi, was-was bahkan terkesan begok karena ketidaksiapannya bertemu dengan mantan pacarnya itu. Lucunya, atau saya sendiri anggap ini adalah obat mujarab bagi para mantan yang selalu gelisah, resah memikirkan mantan pacar. Solusinya adalah bertemu kembali dengannya meskipun kita sudah berkeluarga. Tentu metode ini perjudian besar bagi keberlanjutan rumaha tangga, tapi apa salahnya di coba. Lha wong tujuan utamanya adalah berkata jujur tentang apa yang selama ini dirasakan kok. Toh, Kang Puthut dengan jelas membuat batas jika kedua tokoh ini sama-sama sudah memiliki pemikiran yang dewasa. Jadi, kalian jangan berharap ada plot cerita perselingkuhan.


Oh iya, mungkin pembaca setia blog saya ada yang pernah membaca buku karangan Kang Puthut berjudul “Laki-laki Yang Keluar Dari Rumah”, di buku tersebut Kang Puthut juga membahas tentang tokoh bernama Mas Budiman dan Mbak Rukmi. Mas Budiman yang berprofesi sebagai konsultan bangunan itu pada suatu waktu suka menyendiri tanpa sebab sehingga membuat bingung dan sedih Mbak Rukmi istrinya. Singkat cerita ternyata Mas Budiman teringat dengan mantan pacarnya meski sama-sama sudah menjalin rumah tangga. Klimaks dari buku tersebut saat kang Puthut dengan piawai membuat plot cerita dengan mengskenario Mas Budiman yang di saksikan istrinya bertemu dengan mantan pacarnya di sebuah vila.


Baca Tulisan Saya Yang Lain: Resensi Buku Konsep Manusia Menurut Karl Marx 


Jadi, memang ada seikit kemiripan di buku “Cinta Lama” dan “Cinta Tak Pernah Tepat Waktu”. Selain itu yang membuat saya penasaran dengan buku Cinta Lama ini adalah, mengapa Kang Puthut tidak menerbitkannya di Buku Mojok saja, kok lebih memilih Diva Press? Apa karena tawaran nilai kontraknya yang menggiurkan? Hehe.


Salam hangat
Terimakasih banyak
Ali Ahsan Al Haris
Malang, 13 Februari 2020










4 comments:

  1. Wah sudah di spoiler aja ya. Btw makasih Bung.

    ReplyDelete
  2. Kebingungannya sama dengan apa yang saya rasakan. Ada apa dengan pilihan diva press ya wkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sudah saya tanyakan ke Mas Puthut lewat tweet, jawabannya sih biar gantian, biar gak di Buku Mojok terus.

      Tapi selain itu, mungkin ada tawaran yang lebih bagus secara nilai kalau diterbitkan di Diva Press, Mbak. hehehe.

      KIta penasaran benget ya dengan penulis kesayangan kita itu.

      Delete