Thursday, April 24, 2014

MAHAMERU MENGAJARIKU



Pintu Masuk Mt. Semeru

Hujan rintik-rintik malam 27 Desember 2013 mengantar saya pulang dari gunung Penanggungan di Mojokerto, baju kotor penuh lumpur dan pegalnya badan telah mencumbu, mandi dulu. Selesai mandi, terdengar suara handphone berbunyi -Doni telfon. Karena masih males angkat telfon saya biarkan dulu. Tok-tok-tok-tok suara penjual nasgor (Nasi Goreng) terdengar, saya panggil untuk memesan satu porsi dengan telur setengah matang. Sembari nunggu nasgor selesai saya ambil hanphone untuk mengecek siapa aja yang sms, terlihat di inbox ada pesan baru dari Doni; Dinda; Gaiyok; Maul; Ucil dan Mas Zam, sms dari doni yang membuat saya kaget –mene budal Semeru (Besok berangkat ke Semeru). Karna tak percaya dengan apa yang saya baca, sampai-sampai saya harus berulang kali membaca berulang kali sms dari doni.

Ranukumbolo

Tok-tok-tok menandakan nasgor yang saya pesan tadi sudah selesai, saya turun ke lantai satu untuk mengambil nasgor yang telah saya pesan, saya ambil tujuh ribu rupiah untuk membayarnya ke tukang nasgor. Kembali ke lantai dua untuk makan sambil berfikir apa saya sanggup besok pagi berangkat ke Semeru padahal saya baru saja turun dari Penanggungan!! Hal tersebut saya fikir  terus pada saat saya makan, karena saya pusing sendiri akhirnya saya balas langsung sms doni –ok besok berangkat, belanja logistic jam sepuluh siang.   Selesai makan saya langsung cuci sepatu dan jaket gunung saya berharap besok ketika akan berangkat kering. Jam handphone menunjukan dua belas lewat sepuluh dinihari, saya harus bergegas tidur agar pegal-pegal ini agak mendingan.

Ranukumbolo

Terik matahari menyorot kamar kecil ini, udara dingin khas kota Malang masuk menyelinap menemani tidurku, suara petikan senar guitar semakin jelas terdengar di luar kamar, kedua kaki yang coba saya gerakan ini terasa sakit di bagian paha. Perasaan ini merasa psimis apakah sanggup ke Semeru dengan kondisi seperti ini. hanphone saya cari untuk mengecek jam berapa   –jam sepuluh.   Degup jantung berdetak kencang karena saya telat janji sama doni kalau jam sepuluh ini beli logistic buat bekal nanjak ke Semeru. Keluar kamar dengan tergesa-gesa, ambil handuk serta peralatan mandi agar cepat ketemu doni untuk beli logistic. Selesai mandi ternyata doni sama antok uda di depan kontrakan menungguku, haha dengan wajah malu saya coba mengalihkan pembicaraan untuk langsung pergi ke pasar dekat kontrakan membeli logistic apa saja yang harus kita beli.

Ranukumbolo

Selepas membeli logistic kami kembali ke kontrakan, dinda dan ucil sudah menunggu kita. Satu syarat yang belum lengkap dari kita yakni surat kesehatan  karna pada saat itu hari sabtu jadi banyak puskesmas yang tutup, kebetulan di ruang tunggu kontrakan yang bersebelahan dengan parkir ada Gilang Triyono sama pacarnya sedang makan siang, dia adalah guru saya masalah teknis pendakian  –dialah ahlinya.  Kami di beri surat kesehatan untuk lima orang dengan biaya gratis hehe.   

Ranukumbolo

Ya persyaratan administrasi sudah clear semua, mulai dari foto copy kartu tanda penduduk; surat kesehatan; materai 6.000; tiket masuk di tambah peralatan wajib yakni Tenda; matras; trangia, cariell dan logistic buat empat hari. Jam menunjukan pukul dua belas siang, saya berangkat ke kontrakan doni untuk packing terakhir. Kaki ini sakitnya semakin terasa, fikiran psimis tak dapat sampai puncak semakin membayangi diriku. Perasaan psimis ini saya bawa sampai kontrakan doni, disana sudah menunggu dinda; antok dan ucil, mereka pada sibuk update status dan twitt kalau mereka akan mendaki puncak tertinggi Jawa –mahameru . Sesampainya di kontrakan doni, ada bunyi sms di handphoneku, setelah saya baca dari mas zam –bulanan saya kirim minggu depan ya, saya sedang ada kerjaan di luar kota. Pusing, praktis pendakian ini saya tak punya uang sama sekali, uang dua puluh ribu terakhir di dompet telah saya gunakan untuk pendakian ke Gunung Penanggungan hari sebelumnya, perasaan ini semakin tak beraturan, saya harus ganti oli sepeda motor sebelum mulai perjalan ke Semeru, belum lagi isi bensin dll. Dengan malu saya bilang ke dinda untuk hutang lima puluh ribu dulu, suntingan dana dari dinda saya pergunakan untuk ganti oli dan beli bensin –lumayanlah untuk menenangkan perasaan ini.

Ranupani

Urusan dengan sepeda motor sudah beres, saatnya packing terakhir. Semua barang yang hendak di bawa mendaki di keluarkan terlebih dahulu kemudian di sesuaikan dengan tas dan jenis barang. Semua perlengkapan sudah siap, mahameru menunggu kita.
Tanjakan Cinta

Jam dua siang tepat kita berangkat, kita menuju desa terakhir yang berada di kaki Semeru untuk mengurus perizinan –ranupani. Selama dalam perjalanan menuju ranupani, kaki saya sebelah kanan terasa sakit jika di buat mengerem, hal ini menandakan engkel kaki terasa sakit jika di buat jalan –perasaan psimis membayangiku kembali.

Oro-oro Ombo

Kita berhenti sejenak di daerah Jemplang untuk beristirahat, yakni daerah masuk ke Bromo-Semeru via Tumpang. Di jemplang kita di sungguhi pemandangan luar biasa hebat, ke arah barat kita melihat lautan pasir dan lekukan gunung bromo sedangkan jika kita melihat kearah timur kita melihat mahameru yang begitu indah dan menantang. Pemandangan ini kami nikmati sambil nyemil makanan ringan yang kami bawa dari kontrakan, berfoto-foto sejenak untuk mengabadikan momen kemudian kita langsung ciyus ke ranupani.

Oro-oro Ombo

Perjalanan dari jemplang ke ranupani ini memakan waktu lumayan lama, jalanya yang berkelok tajam dan berlubang membuat kami harus hati-hati agar tidak jatuh ke jurang yang dalam di kanan maupun kirinya. Di tengah-tengah perjalan sepeda motor yang saya tumpangi bersama dinda tak kuat nanjak, dengan tertawa terbahak dinda turun terlebih dahulu agar sepeda yang kita naiki dapat nanjak dengan mudah di tanjakan yang curam ini. Hal ini terjadi beberapa kali sehingga dinda beralih membonceng doni.

Oro-oro Ombo

Sekitar jam delapan malam kita sampai di ranupani  –desa terakhir.  Suhu di ranupani sekitar 10 derajat celcius yang cukup membuat kami kedinginan. Di sekitar pos pendaftaran kami lihat para calon pendaki yang lalu lalang, jeep yang naik turun mengantar pendaki serta tenda-tenda yang penuh terisi pendaki menunggu pos pendaftaran di buka. Saya beristirahat tepat di depan loket pendaftaran sambil meluruskan kaki yang masih terasa sakit, hal ini saya sembunyikan ke taman-teman karena khawatir mempengaruhi psikologis mereka. Sambil memakan coklat terlihat dari arah selatan ada teman saya yang ternyata juga berencana nanjak  –dimas. Saya senang sekali dan tak menyangka bisa bertemu dia, ternyata dimas bersama teman-teman akrab saya yang lain; miftah, syafiq  dan udin; inilah yang membuat motivasi saya bertambah, pendakian ini saya ditemani teman-teman akrab saya sehingga rasa sakitpun takan menjadi kendala buat saya untuk mengantar doni; dinda; antok dan ucil untuk singgah di rumah para dewa jawa.

Kalimati

Lama bercanda dengan dimas saya disarankan untuk camp bersama meraka, karena memang kita tak ada tempat camp apa salahnya jika kami terima tawaran dimas. Kami menuju jalur ayak-ayak (salah satu jalur ke semeru) menuju camp kelompok dimas, ternyata meraka camp di Pondok Pendaki, disana terlihat banyak pendaki yang beristirahat sampai penuh sesak tak ada tempat untuk istirahat buat kami. Alhasil kami tetap membuka tenda untuk istirahat, kami pilih posisi berada di sebelah timur pondok pendaki karena terhalang oleh tembok sehingga angin gunung yang kencang tidak menerpa tenda kami.

Sumber Mani

Pukul enam pagi kami bangun, di luar tenda terlihat para pendaki sudah mulai packing kembali barang bawaanya, dinda keluar tenda terlebih dahulu melihat pemandangan di sekitar pondok pendaki yang menyuguhkan pemandangan kebun warga tertata rapi. Saya membuatkan kopi terlebih dahulu untuk menghangatkan badan dilanjut masak agar selama pendakian kami mempunyai tenaga.

Kalimati

Selesai makan kami packing dan turun ke pos pendaftaran, di sana sudah terlihat penuh sesak para leader kelompok antri regristrasi. Saya mengambil formulir pendaftaran kemudian mengisi sesuai petunjuk dan membayar uang sebagai tiket masuk dan asuransi.

Mahameru

Jam Sembilan kami mulai pendakian, jalan setapak yang kami lewati penuh sesak sampai tak bisa di serobot karna banyaknya pendaki. Hal inilah yang membuat saya stress, jalan pelan ditambah berat cariell yang saya bawa membuat emosiku naik. Hal ini berlansung terus sampai di Ranukumbolo, kami berisitirahat sebentar sambil minum kopi, sekitar pukul empat sore kami lanjutkan perjalan menuju campingside pertama –kalimati. Setelah melewati tanjakan cinta dan oro-oro ombo kami beristirahat di Cemoro Kandang Area, ujian pertama saya berada di sini, engkel kaki kanan yang sakit akan beradu di jalur yang terkenal di kalangan pendaki sebagai ujian pertama menuju puncak. Trekiking malam adalah keberuntungan bagi saya, pengalam beberapa kali ke semeru membuat saya faham betul jalur yang kami lalui, ke empat teman saya yang pertama kali ke semeru ini hanya menuruti apa yang saya lakukan, trekking malam menguntungkan mereka karena tak akan melihat betapa sulitnya jalur ini, jalur yang terus menanjak membuat salah satu diantara kita mengeluh karena tak kunjung sampai di campingside. Di tengah perjalan menuju kalimati, ucil tak tahan sehingga menangis, antok pasrah dan terus mengeluh, dinda hampir pingsan sedangkan doni ngotot untuk terus jalan ke kalimati, tapi saya putuskan untuk istirahat sejenak sambil tertawa melihat tingkah aneh mereka, sembari istirahat saya putuskan sesampainya di kalimati untuk istirahat saja di kalimati karena melihat kondisi yang tak memungkin, selain itu dalam hati ini juga menahan rasa sakit kaki yang semakin parah, akan tetapi salah satu mengiginkan untuk trekking ke puncak malam ini juga, perasaan emosi mulai menghampiriku kembali karena hanya mementingkan ego semata tanpa mau melihat kondisi temanya, tapi dengan tenang saya ajak mereka untuk kembali jalan ke kalimati agar emosiku larut di bawa oleh kencangnya angin gunung.

Mahameru

Kami tiba di kalimati sekitar jam Sembilan malam, suhu yang menusuk tulang membuat kondisi kita semakin berantakan, dengan sabar kami mulai pasang tenda dan masak, alhasil setelah makan kondisi teman-teman malah semakin parah, dinda wajahnya memucat, doni muntah-muntah, ucil setia dengan tangisanya sedangkan antok pasrah, kondisi yang menguntungakan buatku, rasa sabar yang saya tahan membuahkan hasil, kaki yang seharian tadi terasa sangat sakit dapat saya istirahatkan dengan membatalkan trekking puncak dinihari ini.
Mahameru

Ketika bangun tidur, sakit yang awalnya hanya engkel kaki sebelah kanan sekarang malah menyebar ke paha kanan dan kiri. Betapa sakit rasanya jika digerakan, kondisi dinda semakin parah, wajahnya semakin pucat dan demam. Dengan kondisi seperti ini sebenarnya dalam hati saya ingin cancel pendakian dan berbalik pulang akan tetapi semangat teman-teman mengurungkan niatku. Pukul sebelas malam kami mulai pendakian, perjalan lancar sampai Arcopodo, kaki sakit tak membuatku menyerah karena motivasi muncul melihat dinda dengan kondisi seperti itu masih tetap lanjut ke puncak. Sesampainya di batas vegetasi tugas saya semakin berat, trek berpasir yang licin ketika di injak membutuhkan treatmen khusus padahal saya harus menggandeng dinda ke puncak meski kaki ini sakitnya semakin menusuk hati. Di tengah perjalan ke puncak kami masih bisa bergerombol, tapi di tengah-tengah team mulai terpecah, doni sudah jauh di atas sedangkan saya bersama dinda dan ucil dan antok jauh berada di belakang.
Mahameru

Emosi saya mulai tak tertahan sewaktu persedian air saya habis, hal ini menyebabkan dinda; ucil dan antok tak bisa minum, padahal perjalan ke puncak masih jauh. Doni yang membawa logistic sudah jauh meninggalkan kami. Perasaan pengen marah coba saya tahan-tahan, kaki yang terasa sakit dan tangan kram karna mengandeng dinda membuat raga ini hanya bisa berdzikir. Motivasi saya hanya ada di dinda, saya tak tega melihat dinda dengan kondisi yang sakit parah ingin mencapai puncak harus batal karna saya cancel demi rasa sakitku.

Mahameru

 Kesabaran ini terjawab, kami sampai puncak setengah delapan pagi. Perasaan senang dan syukur menghampiri kita semua terlebih lagi saya karena saya bisa mengalahkan rasa sakit dan egoku. Kami membuat kopi dan berfoto-foto sejenak kemudian turun karena semburan asap beracun di puncak mulai mengarah ke spot foto.

SAR Gimbal Alas Indonesia at Mahameru

Dalam perjalanan turun saya harus menggandeng dinda kembali agar dapat mengikuti tempo jalanku, tapi dalam perjalan turun di tengah-tengah arcopodo persedian air kami habis, kami tak dapat minum lagi, keadaan kami semua berantakan, saya putuskan untuk meninggalkan rombongan dan lari ke campingside membuatkan makan dan minum agar setelah mereka sampai campingside bisa langsung istirahat.

Mahameru

Saya turun terlebih dahulu, kesendirian tersebut membuat saya berfikir. Emosiku yang tak tertahan, egoku yang besar akhirnya bisa saya kalahkan dengan melihat perjuangan teman-temanku yang walau sakit tapi niat untuk mencapai puncak sangat besar sehingga niat dan usaha itulah mengalahkan rasa sakit dan egoku. Yakin Usaha Sampai. 



Mahameru



Mr. Jono SAR Gimbal Alas Indonesi at Mahameru
With KPG Chapter Bandung at Mahameru
Mahameru
Mahameru
Mahameru
Mahameru
Mahameru

Berbagi waktu dengan alam, kau akan tahu siap dirimu yang sebenarnya.

Go AHead INDONESIA

@aliahsanID

1 comment: