Tuesday, December 3, 2013

CARA PANDANG AWAL

CARA PANDANG AWAL !!
Cinta, Perasaan, Konflik, Bahagia, Perselisihan, Perang dan segala yang terjadi di belahan Bumi ini aku mencoba memahaminya. Memahami mengapa hal tersebut terjadi, ya mencoba memamahi apa yang sebenarnya sedang terjadi; bukan hanya apa yang terjadi semata. Menurut hemat saya itu salah kunci pasti kita memahami fenomena yang terjadi di sekiling kita dengan arif, tidak hanya diam termanggu. Pribadi ini telah banyak mengalami hal yang berdampak baik dan buruk, mulai dari yang di sengaja maupun tidak, semua itu membuat diriku kembali belajar. Belajar untuk berusaha memahami, dari sana saya faham bahwasanya berusaha memahami itu memang luar biasa sulit. Kalau anda merasa bahwa pendapat saya ini berlebihan maka saran saya anda tak usah berusaha, bagaimana anda dapat mengaggumi teman anda yang pandai dalam semua bidang mata kuliah kalau anda secara langsung tak tahu menahu apakah teman anda tersebut benar adanya mempunyai kepandaian dalam semua bidang mata kuliah. Sepele, sepertinya hanya mencoba berusaha memahami saja tapi hal sepele inilah yang sering membuat kita buta dalam cara pandang terhadap semua hal. kita akan tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi mengapa teman kita sering tidak hadir dalam rapat, dulunya kita sering menjustifikasi bahwasanya teman kita memang pemalas tapi kenyataan dibalik itu semua teman kita tidak hadir dalam rapat karena mempunyai pekerjaan yang hasil uangnya dibuat untuk membiayai kuliahnya. Kita tak akan pernah tahu kalau tak berusaha mencari tahu, kita tak akan tahu mengapa pemimpin sebuah organisasi sering marah-marah terhadap anggotanya, yang kita tahu hanya pemimpin sering marah karena karakternya memang pemarah, padahal pemimpin marah karena tanggung jawab kita tidak jalan, pemimpin memarahi kita karena tugas organisasi yang sering kita sepelekan sehingga berujung pada ketidak beresan. Begitupun sebaliknya, pemimpin sering tak mau tahu mengapa anggotanya sering tak jalan dalam roda organisasi, hal inilah yang perlu ditekankan agar tidak terjurumus dalam cara pandang awal.

Segala Sesatu itu mengalir, ya. Termasuk berusaha memahami itu mengalir dalam roh kehidupan yang hina ini. Mengapa mengalir? Hemat saya adalah dalam cara pandang sesuatu itu terpengaruhi oleh kondisi psikologi dan psikis kita. Jarang saya temui manusia yang benar-benar dapat memandang suatu peristiwa itu benar-benar memegang prinsip apa yang sebenarnya sedang terjadi. Jikalau kondisi mereka emosi maka yang terjadi hanya penilaian-penilaian negatif terus yang tiada habis. Hal ini menurut saya hukum alam, seseorang ketika pertama kali melihat kita pastinya yang dinilai adalah sisi jelek kita. Anda sadar? Anda melakukanya? Saya berharap anda sadar, mengapa hal ini terjadi? Inilah yang sedang kita bicarakan, kita sedang membahas mengapa penyakit cara pandang negative ini mengidap diri kita.

Tidak ada yang muncul dari ketiadaan, itu prinsip. Prinsip yang mendasari saya mengapa cara pandang negative seperti diatas ada pada diri kita, penyakit ini perlu kita buang jauh-jauh agar tak merugikan orang lain serta pribadi kita. Kita harus merasakan lapar jikalau ingin merasakan kenyang, kita harus merasakan sakit jikalau ingin merasakan luar biasanya sehat, kita harus merasakan tidak punya uang jika ingin merasakan betapa tenangnya mempunyai uang dan kita wajib merasakan dicerca, dimaki, dihina kalau kita ingin merasakan betapa damainya hidup ini jika saling menghormnati dan mengahargai. Pembelajaran sepele diatas perlu kita fahami terlebih dahulu. Kalau penyakit ini terwarisi dari orangtua kita maka segera buang jauh dari hidup kita, penyakit ini mengidap kita karena lingkungan maka kita harus jauh-jauh dari lingkungan tersebut dan jikalau penyakit ini ada karena bawaan diri kita maka segeralah sadar dan jangan sekali-kali mengulanginya.

Mari kita kembali ke awal topik pembicaraan kita, CARA PANDANG AWAL. Bagaiamana kita dapat menilai seseorang dari pandangan awal kita. Ingat, mengapa kita tidak berfikir bahwasanya diri ini sebenarya mempunyai banyak dosa, diri kita masih banyak kekurangan, diri kita juga hina bahkan melebihi dari orang yang kita nilai. Mengapa kita tidak intropeksi diri kita masing-masing? Coba lakukan hal ini, intropeksilah diri kita atas dosa-dosa dan kesalah kita satu tahun yang lalu; apa yang telah kita perbuat sudah benar, apakah satu tahun lalu kita tidak melakukan dosa. Coba kita intropeksi kesalahan kita satu bulan yang lalu, keseharian yang kita perbuat apakah masih suka menjelekan oranglain, senang memfitnah oranglain demi eksisitensi diri di mata manusia semata, berapa orang yang telah terbunuh karakternya karena ulah kita yang sering menjelekan orang lain?. Kita Tanya diri kita kembali salah apa saja yang telah kita perbuat satu minggu yang lalu, apakah minggu kemarin kita sudah merasa bersih dari dosa? Apakah kita merasa manusia yang paling suci? Ataukah kita masih tetap suka menjelek-jelekan orang lain akibat cara pandang awal kita yang belum tentu benar. Coba kita ingat-ingat kembali kesalahan dan kebaikan apa saja yang kita lakukan satu hari yang lalu, yang kita ingat hanya perilaku baik kita karena kita merasa hal tersebut benar dan melupakan banyak kesalahan kita karena terlalu sering melakukan pelbagai kesalahan. Anda sudah mulai sadar? Atau bahkan belum sama sekali? Coba kalian Tanya dengan serius diri kalian apa yang telah kau perbuat satu detik yang lalu, apakah itu benar? Apakah semua yang telah kita lakukan itu bermanfaat bagi diri kita? Atau malah hal semacam itu membuat kita dibenci Tuhan. Mengapa kita tidak intropeksi diri kita? Mengapa kita sibuk dengan orang lain, mengapa kita sibuk dengan apa yang dilakukan orang lain sehingga kita lupa apa yang telah kita perbuat.

Kalau setiap tahun, bulan, minggu, hari dan detik kita intropeksi diri kita maka saya yakin kita tak akan sempat menilai orang lain. Kita akan super sibuk dengan diri kita, menilai diri kita, memohon maaf kepada Tuhan atas apa yang telah kita perbuat atas kesalahan cara pandang kita.

Tulisan ini akan banyak menuai kritikan, cacian dan makian. Kalian akan menganggap ini adalah hal biasa sama halnya ketika kita melakukan dosa tapi tak terasa karena sudah biasa. Saya mencoba menyampaiakan hasil renungan saya lewat tulisan ini, harapanya sedikit banyak dapat memberi pengalaman yang baik. Saya tidak tahu apakah tulisan ini akan merubah cara pandang awal kita terhadap suatu masalah atau bahkan malah membuat anda semua rancu dalam menilai peristiwa karena terlalu berhati-hati.

Semua saya kembalikan kepembaca yang budiman, terakhir dari saya semoga bermanfaat “Jangan lihat apa yang terjadi, tapi lihatlah apa yang sebenarnya sedang terjadi”. Terimakasih banyak saya ucapkan, semoga hari esok adalah hari pencerahan buat kita semua.

Terimakasih banyak

No comments:

Post a Comment