Saturday, February 22, 2014

Keimanan Ibrahim Sebagai Penyatu Semua Agama Monoteisme



Keimanan Ibrahim Sebagai Penyatu Semua Agama Monoteisme

               
Umat Islam berkeyakinan bahwa leluhurnya berawal dari Adam dan Hawa, hal ini seperti yang diyakini oleh umat Yahudi dan Kristiani. Mengapa demikian? Al-Quran membenarkan bahwa kisah-kisah dalam kitab Taurat adalah wahyu Illahi yang secara nyata diwahyukan Tuhan kepada manusia. Bagi umat Islam, sosok sentral dalam Bibel adalah Nabi Ibrahim, bapak Monoteisme, yang menekankan keyakinan pada satu Tuhan. Ibrahim menonjol karena beberapa hal. Dalam Al-Quran, Ibrahim digambarkan sebagai nabi yang mencari Tuhan. Dia tidak mau menyembah berhala-berhala yang banyak dibuat oleh ayahnya sendiri, tentu pembaca tahukan?. Karena menolak tuhan-tuhan yang dibuat oleh ayahnya, dia pun betanya kepada ayahnya, apakah engkau menyembah patung-patung yang engkau pahat sendiri? (QS Al-Shaffat [37]: 95). Ibrahimpun mencari Tuhan yang disembah oleh orang lain, semisal Matahari, Bintang dan Rembulan, tetapi semua itu tidak membuat Ibrahim puas, karena Matahari tenggelam saat malam dan Bulan layu ketika Pagi datang. Ibrahim mencari Tuhan yang tidak dapat berubah dan dapat mencipta segala sesuatu. Pencariann Tuhan dan keluhuran Ibrahim mendapat balasan ketika Tuhan menyingkap tabir realitas keberadaanya, dan Ibrahim mendapat julukan khalilullah yang berarti ‘kekasih Allah’. Menurut hemat saya, pola pencarian Tuhan ala Ibrahim adalah sangai ideal.



                Selain itu, satu hal yang membuat umat islam menonjolkan Ibrahim adalah karena ia merupakan Ayah dari para Nabi dan Rasul yang luar biasa. beliau merupakan ayah Ismail dari istrinya Hajar, dan juga ayah Ishak yang lahir dari istri beliau yang lain yakni Sarah. Dari kedua putranya tersebut, Ibrahim menjadi ayah dari dua garis keturunan Nabi dan Rasul. Nabi Muhamad adalah keturunan Ismail, sementara Yakub, Musa, Harun, Sulaiman, Daud dan Isa adalah keturunan Ishak.



                Kisah Ibahim dan para nabi yang datang setelahnya adalah kisah tentang usaha manusia mengembangkan suatu masyrakat yang tunduk patuh kepada agama Allah. Lalu, apa tujuan Allah atas tujuan manusia sekarang? Bagaimana manusia menafsirkan perintah illahiah sesuai dengan konteks sekarang? Para Nabi memainkan peran kunci dalam cerita-cerita tersebut karena mereka menghadapi tantangan, ujian dan bencana yang luar biasa hebat. Sedangkan Nabi Muhamad mengajarkan pada ulama adalah pewaris cita-cita Rasullah. Hal ini yang membuat kita selayaknya untuk mengamalkanya.



                Tantangan yang dihadapi Nabi Musa menarik untuk direnungkan. Beliau menghadapi tantangan mulai dari Fir’aun hingga tepi Laut Merah  dengan berbagai perasaan marah, lapar, dan sakit dengan dikhianati kaumnya. Semua Nabi dan pengikutnya harus menghadapi kejahatan individual maupun kolektif, ancaman dari penguasa lalim dan musuh-musuh, hingga ketertarikan sebagai kaum pada masyrakat lain yang memesona padahal penuh dengan kefasikan-atau secara metamorphosis dikenal dengan daya tarik Mesir. Bahkan setelah mereka terbebas dari perbudakan dan melewati Laut Merah, Bani Israel memaksa Harun, saudara Musa, untuk membuat anak Sapi dari Emas sebagai objek sesembahan. Kisah tersebut teus berlangsung hingga hari ini sebab meskipun tidak secara nyata menyembah anak sapi, kita menyembah kekayaan ketenaran, pekerjaan, mobil, rumah, jabatan dan bakat yang kita miliki. Mengenai hal ini, Al-Quran menyebutkan bahwasanya penganut Monoteisme yang tidak setia dengan komitmenya bisa saja terkena dosa syirik, yaitu menyekutukan Allah.



                Bagi umat Kristiani, daya tarik yang sering memperdaya dan menggiring manusia pada perbuatan jahat terangkum dalam Tujuh Dosa Besar, yakni Amarah, Serakah, Malas, Sombong, Birahi, Dengki dan Tamak. Sedangkan dalam Islam hal ini disebut penyakit Hati, kesombongan dan egoisme adalah penyakit yang sangat berbahaya.



                Saya sebagai umat Islam merasa harus menjalin hubungan baik dengan umat Yahudi dan Kristiani karena kita memang bersaudara dalam sudut pandang perjalan agama Monoteistik ataupun dalam kitab suci AL-Quran, Allah sering menyebut para “Ahli Kitab”, umat Yahudi dan Kristiani, sebagai pihak yang harus kami anggap sebagai saudara sedarah. Akan tetapi hal ini tidak terfikirkan oleh umat Islam yang lain.



                Umat Islam menganggap semua nabi dan rasul sebelum Muhamad memiliki kelebihan masing-masing. Nabi Yusuf, misalnya, adalah seorang penafsir ulung dalam hal mimpi dan symbol; Musa pandai di bidang hukum; Daud dan Sulaiman menjadi Raja; dan Isa adalah guru spritualitas yang luar biasa. Nabi Muhamad adalah penutup kenabian, yang merengkuh, meliputi, dan menyarikan kualitas para nabi sebelumnya sehingga beliau mampu menafsirkan mimpi, menegakan hukum, menjadi pemimpin, dan meninggikan keyakinan yang mencerminkan ketinggian spritualitas.



                Dari sinilah mari kita lebih kembangkan pluralisme yang sangat erat dimana Indonesia adalah Negara Pancasila, Negara dengan Demokrasinya yang religius yang dapat dicontoh oleh umat beragama di seluruh dunia.

 

No comments:

Post a Comment