Tuesday, April 29, 2014

BERZINA DENGAN AKAL



BERZINA DENGAN AKAL

Aku sadar, pengharapanku selama ini hanya bisa bertemu dengan kenyataan jikalau kondisi mau mengerti. Aku juga sadar, setiap langkah kecil ini hanya mampu membuat sedikit perubahan di kancah yang tak tahu akan mengarah kemana. Terkadang di malam yang sunyi seperti ini aku tiba-tiba merasa sendiri dan sangat kesepian. Aku jadi teringat ibuku, aku jadi teringat sosoknya yang sangat memotivasiku. Tapi terkadang aku juga malas untuk melanjutkan hidup ini. Pertanyaan demi pertanyaan tentang selama ini yang aku perjuangkan untuk mencari sebuah kemurnian diri yang ada hanya lumut dosa mengerak menjadi sebua onak belaka. Tarikan nafas seorang hamba yang hina ini hanya mampu mencoba bersandar pada sang pencipta tentang rekayasa pertanyaan dan alibi dari perlakuan yang nyata-nyata hanya tipuan bagi sang kalam.

Kamu tahu, rintihan tangisan hujan yang mencoba memberiku maksud kedatanganya terkadang membuatku bertanya kembali tentang esensi adanya sosokmu dan negeri ini. kau juga mengerti bukan, bahwa negara ini hadir di tengah-tengah kita bukan hanya untuk kau injak dan kau penuhi dengan ludah-ludah dosamu. Kau mengerti juga kan, kau tahu bahwa aku bersikap seperti ini hanya untuk mencari tahu tentang apa yang sebenarnya kau fikirkan!! Apakah aku hanya bermasturbasi pertanyaan belaka!! Apakah senggama yang telah kulakukan selama ini hanya berujung sia-sia karna kau malu menjawab apa guratan pendosa ini. Kau tunjukan aku sebuah wanita, kau bimbing aku di organisasi, kau berikan aku teman; sahabat; senior yang selalu mengarahkanku tapi kenapa tak kau sendiri saja yang membimbingku? Apakah ada sebuah konspirasi di balik semua ini!! apakah aku termasuk orang yang banyak meragukan atas keberadaanmu!!

Asal kau tahu. Aku meragukan keberadaanmu karena aku sangat ingin mengerti kamu. Aku bersikap seperti ini karena aku sangat mencintaimu. Aku bisa berbicara seperti ini karena akal yang kau anugrahkan kepadaku. Lantas, apakah aku termasuk hamba yang dosa? Apakah aku tidak boleh menggunakan akal ini untuk bertanya tentang eksitensimu. Aku hanya memanfaatkanya untuk mencoba memahamimu. Aku bosan mendengar para ustadz saling tuduh dan membenarkan antara agama satu dan yang lain. Sungguh aku merasa marah mendengar celotehan para kiyai berdebat tentang NU dan Muhamadiyah. Apakah aku hanya Islam keturunan? Apakah aku engkau takdirkan hanya untuk menonton debat kusir para pemuka agama negeri ini yang tak ada habisnya. Islam mana lagi yang benar? Referensi mana lagi yang harus kupercayai. Al-quran dan Hadis tafsiran siapa lagi yang kau tunjukan untuk para hamba pencari jawaban sepertiku.

Apakah aku harus pasrah. Apakah aku harus menerima Islam yang seperti ini. apakah tujuan Agama dan Filsafat hanya untuk mendidik para manusia menuju kebodohan? Aku harap tidak. Aku percaya padamu. Aku percaya agama utusanmu. Aku percaya malaikatmu dan aku percaya apa yang kau sampaikan dalam Al-Qur’an.

Satu pertanyaan yang ingin kutujukan padamu. Apakah orang selain Islam apa benar akan masuk nerakamu padahal dia sangat-sangat yakin pada agama yang dia anut terlepas itu agama Samawi atau Buatan. Kalau benar hanya islam yang akan masuk surga dan penganut agama lain tidak, sungguh betapa tidak adilnya hidup ini.

Sekian beberapa pendapat dari saya semoga bermanfaat, jangan lupa untuk mempraktekanya agar pemahaman yang sudah ada makin lama makin padat dan bulat, agar tercapailah suatu gambaran diri yang konsisten.

Jika ada yang kurang tepat mari kita diskusikan, bukan hanya mencari kesalahan hanya untuk eksistensi diri semata. Salam hangat dari saya, Budayakan Membaca dan Menulis.
#Go AHead Indonesia
#Cintai Indonesia Dengan Kreatif
#Yang Penting Bagiku Adalah Dialoq

Behind The Gun: @aliahsanID

No comments:

Post a Comment