BERZINA
DENGAN AKAL
Aku
sadar, pengharapanku selama ini hanya bisa bertemu dengan kenyataan jikalau
kondisi mau mengerti. Aku juga sadar, setiap langkah kecil ini hanya mampu
membuat sedikit perubahan di kancah yang tak tahu akan mengarah kemana. Terkadang
di malam yang sunyi seperti ini aku tiba-tiba merasa sendiri dan sangat
kesepian. Aku jadi teringat ibuku, aku jadi teringat sosoknya yang sangat
memotivasiku. Tapi terkadang aku juga malas untuk melanjutkan hidup ini. Pertanyaan
demi pertanyaan tentang selama ini yang aku perjuangkan untuk mencari sebuah
kemurnian diri yang ada hanya lumut dosa mengerak menjadi sebua onak belaka. Tarikan
nafas seorang hamba yang hina ini hanya mampu mencoba bersandar pada sang
pencipta tentang rekayasa pertanyaan dan alibi dari perlakuan yang nyata-nyata
hanya tipuan bagi sang kalam.
Kamu
tahu, rintihan tangisan hujan yang mencoba memberiku maksud kedatanganya
terkadang membuatku bertanya kembali tentang esensi adanya sosokmu dan negeri
ini. kau juga mengerti bukan, bahwa negara ini hadir di tengah-tengah kita
bukan hanya untuk kau injak dan kau penuhi dengan ludah-ludah dosamu. Kau mengerti
juga kan, kau tahu bahwa aku bersikap seperti ini hanya untuk mencari tahu
tentang apa yang sebenarnya kau fikirkan!! Apakah aku hanya bermasturbasi
pertanyaan belaka!! Apakah senggama yang telah kulakukan selama ini hanya
berujung sia-sia karna kau malu menjawab apa guratan pendosa ini. Kau tunjukan
aku sebuah wanita, kau bimbing aku di organisasi, kau berikan aku teman;
sahabat; senior yang selalu mengarahkanku tapi kenapa tak kau sendiri saja yang
membimbingku? Apakah ada sebuah konspirasi di balik semua ini!! apakah aku
termasuk orang yang banyak meragukan atas keberadaanmu!!
Asal
kau tahu. Aku meragukan keberadaanmu karena aku sangat ingin mengerti kamu. Aku
bersikap seperti ini karena aku sangat mencintaimu. Aku bisa berbicara seperti
ini karena akal yang kau anugrahkan kepadaku. Lantas, apakah aku termasuk hamba
yang dosa? Apakah aku tidak boleh menggunakan akal ini untuk bertanya tentang
eksitensimu. Aku hanya memanfaatkanya untuk mencoba memahamimu. Aku bosan
mendengar para ustadz saling tuduh dan membenarkan antara agama satu dan yang
lain. Sungguh aku merasa marah mendengar celotehan para kiyai berdebat tentang
NU dan Muhamadiyah. Apakah aku hanya Islam keturunan? Apakah aku engkau takdirkan
hanya untuk menonton debat kusir para pemuka agama negeri ini yang tak ada
habisnya. Islam mana lagi yang benar? Referensi mana lagi yang harus
kupercayai. Al-quran dan Hadis tafsiran siapa lagi yang kau tunjukan untuk para
hamba pencari jawaban sepertiku.
Apakah
aku harus pasrah. Apakah aku harus menerima Islam yang seperti ini. apakah
tujuan Agama dan Filsafat hanya untuk mendidik para manusia menuju kebodohan? Aku
harap tidak. Aku percaya padamu. Aku percaya agama utusanmu. Aku percaya
malaikatmu dan aku percaya apa yang kau sampaikan dalam Al-Qur’an.
Satu
pertanyaan yang ingin kutujukan padamu. Apakah orang selain Islam apa benar
akan masuk nerakamu padahal dia sangat-sangat yakin pada agama yang dia anut
terlepas itu agama Samawi atau Buatan. Kalau benar hanya islam yang akan masuk
surga dan penganut agama lain tidak, sungguh betapa tidak adilnya hidup ini.
Sekian beberapa pendapat dari saya semoga
bermanfaat, jangan lupa untuk mempraktekanya agar pemahaman yang sudah ada
makin lama makin padat dan bulat, agar tercapailah suatu gambaran diri yang
konsisten.
Jika ada yang kurang tepat mari kita diskusikan, bukan hanya mencari
kesalahan hanya untuk eksistensi diri semata. Salam hangat dari saya, Budayakan Membaca dan Menulis.
#Go AHead Indonesia
#Cintai Indonesia Dengan Kreatif
#Yang Penting Bagiku Adalah Dialoq
Behind The Gun: @aliahsanID
No comments:
Post a Comment