Pardi dan Ego Pardi
*Ali Ahsan
Al-Haris
Dan pada
hari itu puncak-puncaknya si Pardi emosi kepada Noto, bagaimana tidak, sebagai sesama
penghuni rumah harusnya sedikit banyak harus menghargai penghuni lainya. Namun yang
dilakukan Noto bukan, cenderung seenaknya sendiri. Perlu diketahui pembaca,
karakter Pardi ini orangnya selalu bersikeras dalam semua hal yang ingin ia
capai, tak terkecuali untuk memaksa orang
menghargai orang lain meskipun hal ini menyangkut pribadi.
Terkadang Pardi
kalau sedang sendiri berfikir mendalam mengenai tingkah yang sering dilakukan
oleh Noto, apakah memang karakter itu sudah tidak dapat dirubah lagi, atau
memang Noto itu adalah orang yang tak punya rasa rendah hati maupun terimakasih
kepada orang lain. Hal-hal yang paling Pardi tidak suka dari Noto adalah gaya
bicaranya yang asal ceplos saja, sok paling benar dan cenderung melebih-lebihkan
dengan apa yang sebenarnya menurut Pardi tidak diketahui betul oleh Noto.
Pardi bersama
ke lima temanya mengkontrak satu rumah, hal-hal yang dilakukan maupun peraturan
tersirat apa saja yang harus dilakukan oleh penghuni di rasa Pardi sudah
diketahui, namun kedatangan Noto yang akhir-akhir ini sering numpang atau
memang gabung tanpa sepengetahuan Pardi membuat kondisi semua berubah. Tentu perubahan
yang tidak disukai oleh Pardi adalah sikapnya yang kurang sopan dihadapan
penghuni asli. Cenderung menguasai dan tidak mau tahu atau mengurusi perabotan
rumah, apa mungkin hal tersebut ia lakukan karena terlalu akrab dengan
teman-teman Pardi sehingga membuatnya nampak tak punya beban mau melakukan apa
saja, entahlah.
Pardi yang
orangnya cenderung defense dan tak mau membuat konflik ini akhirnya memilih
diam dan meunggu saja, Pardi lebih memposisikan dirinya sebagai pembantu rumah
tangga di kontrakanya –meskipun kenyataanya Pardi juga bayar. Hal ini dilakukan
Pardi demi sesuatu yang Pardi anggap adalah benar.
No comments:
Post a Comment