Makalah Sosial Budaya Pesisir
Kearifan Lokal Pantai Watu Ulo
Oleh :
Andaru Wiyogo
Dhe Ayu Batamia
Muhammad Fathoni Sya’bau
Fitria Ariyani
Nia Nurdiana
Rafaela Ronauli Gultom
Syakanov Murian Rizki
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kearifan lokal merupakan usaha untuk
menemukan kebenaran yang didasarkan pada fakta-fakta atau gejala-gejala yang
berlaku secara spesifik dalam sebuah budaya masyarakat tertentu. Definisi ini
bisa jadi setara dengan definisi mengenai indigenous psychology yang
didefinisikan sebagai usaha ilmiah mengenai tingkah-laku atau pikiran manusia
yang asli (native) yang tidak ditransformasikan dari luar dan didesain untuk
orang dalam budaya tersebut. Hasil akhir dari indigenous psychology.
Indonesia dengan
berbagai suku bangsa mempunyai keanekaragaman kearifan lokal, kearifan
tradisional, dan budaya yang didalamnya terkandung nilai-nilai etik dan moral,
serta norma-norma yang sangat mengedepankan pelestarian fungsi lingkungan.
Nilai-nilai tersebut menyatu dalam kehidupan masyarakat setempat, menjadi
pedoman dalam berperilaku dan berinteraksi dengan alam, memberi landasan yang
kuat bagi pengelolaan lingkungan hidup, menjadikan hubungan antara manusia
dengan alam menjadi lebih selaras dan harmoni sebagaimana di tunjukkan dalam
pandangan manusia pada fase pertama evolusi hubungan manusia dengan alam. Pada
saat itu kondisi alam dengan berbagai unsur sumberdayanya dapat terpelihara dan
terjaga keseimbangannya, sehingga alam benar-benar berfungsi mendukung
kehidupan manusia atau masyarakat di sekitarnya sebagian contoh kearifan lokal
yang sangat ramah lingkungan dan berdampak positif bagi kehidupan warga
masyarakat di sekitarnya. Hal tersebut sebenarnya menunjukkan realitas sosial
yang tidak saja membuktikan bentuk-bentuk tanggung jawab etika dan moral, wujud dari keserasian dan
keselarasan hubungan antara manusia dengan alam, akan tetapi juga menunjukkan
bahwa secara naluriah manusia memiliki kecenderungan untuk selalu memahami
lingkungannya, menjalin ikatan yang sedemikian dekat dengan alam.
Tradisi larung sesaji di pantai Watu Ulo Jember salah satu kearifan
lokal yang merupakan kekayaan budaya yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat, dan mampu mempertebal kepaduan sosial warga masyarakat, serta
secara empiris mampu mencegah terjadinya kerusakan. Pantai Watu Ulo mungkin sudah menjadi maskot tujuan
wisata, sehingga jika dalam acara-acara tertentu seperti tahun baru atau
malam takbir menjelang Idul Fitri dan Idul Adha pantai ini selalu dipadati
pengunjung. Biasanya, selama 10 hari sejak hari pertama Lebaran digelar
berbagai hiburan dan penjualan produk kerajinan lokal.
Seiring dengan pandangan
antroposentris yang mulai mewarnai sikap dan perilaku manusia, maka hubungan
yang harmoni antara manusia dengan alam mulai berubah. Ilmu pengetahuan
dipandang sebagai satu-satunya sumber kebenaran, sedangkan pemikiran dan
nilai-nilai tradisional yang tidak memiliki otoritas ilmiah tidak dianggap
sebagai sumber kebenaran. Bahkan dengan gencarnya pembangunan yang menggunakan
teknologi tinggi dan cenderung eksploitatif, dan kuatnya pengaruh budaya
modernisme, seringkali mengakibatkan semakin pudarnya penghayatan nilai-nilai
budaya tradisional disatu sisi, namun disisi lain diduga masih terdapat
kearifan-kearifan lokal yang mampu mempertahankan eksistensinya, mampu
memelihara, menjaga, dan melestarikan sumberdaya alam (baik lahan, hutan,
maupun air) untuk mendukung kehidupan secara berkelanjutan.
1.2
Tujuan
·
Untuk lebih mengenal budaya-budaya yang ada
di Indonesia
·
Untuk mengetahui sejarah tentang Pantai Watu
Ulo, Jember
·
Untuk mengetahui tradisi budaya yang ada di Pantai
Watu Ulo, Jember
1.3
Rumusan Masalah
·
Mengapa disebut Pantai Watu Ulo?
·
Apa saja tradisi yang dilaksanakan di Pantai
Watu Ulo?
·
Bagaimana upacara Larung Sesaji berlangsung?
PEMBAHASAN
Pantai
Watu Ulo
adalah sebuah pantai yang terletak di pantai selatan Jawa Timur, tepatnya di desa Sumberejo,
kecamatan Ambulu,
Jember, kira-kira 40
km di sebelah selatan kota Jember. "Watu Ulo" berarti "batu ular"
dalam bahasa Jawa. Nama ini mengacu pada rangkaian batu karang yang memanjang dari pesisir pantai ke
laut.
Pada saat
musim air pasang, ombak pantai Watu Ulo cenderung ganas dan pihak pengelola
melarang pengunjung untuk mandi di pantai. Sebab, laut selatan Jawa ini
terkenal ganas dan memiliki ketinggian ombak yang bisa mengancam keselamatan
jiwa.
Konon, pantai
ini memiliki legenda tersendiri. Menurut Kepala Kantor Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Jember, Arief Tjahjono SE, justru legenda itulah yang bisa
menjual bersamaan dengan potensi alamnya itu sendiri. Wisata pantai Watu Ulo,
berasal dari suatu legenda besar Indonesia, yaitu seekor ular besar yang
menguasai bumi Mataram dulu. Karena mengganggu, maka ular itu dibunuh kemudian
dipotong menjadi tiga, kepala ada di Pelabuhan Ratu (Jawa Barat), badannya ada
di Parangtritis (Jogjakarta) dan ekornya di Jember. Ekor ini seakan berupa ekor
ular naga yang menjorok ke laut dan seperti ada sisiknya.
Keunggulan
lain Watu Ulo adalah dari segi fisiknya karena punya nuansa mistis dengan Nyi
Roro Kidul-nya. Tidak ada legenda pantai utara, tetapi yang ada adalah legenda
pantai selatan. Ini adalah daya tarik sendiri, karena laut selatan Jawa
memiliki banyak cerita rakyat. Lantaran punya predikat legenda pantai selatan,
konon pengunjung tidak boleh memakai pakaian warna hijau jika bermain di pantai
Watu Ulo. Pakaian hijau akan menarik perhatian penguasa laut selatan bernama
Nyi Roro Kidul, dan akan disambar ombak yang diyakini akan dijadikan salah satu
pelayan penguasa pantai selatan tersebut. Bahkan, penduduk yang tinggal di
pesisir selatan Jawa sebagian percaya tahayul tersebut. Nyi Roro Kidul adalah
sosok yang dipercaya memberikan rezeki di laut selatan. Larung sesaji
menjadi bagian ritual untuk menghormati sang penguasa laut itu.
Panorama alam keindahan pantai dengan gugusan
karang di tengah laut yang merupakan ciri khas Pantai Watu Ulo. Acara tradisi
yang dilakukan disini adalah pada setiap 1 Syawal sampai dengan 10 Syawal yang
merupakan acara tradisi dalam rangka memberikan hiburan bagi masyarakat Jember
pada umumnya yang disebut dengan Pekan Raya Watu Ulo. Ada lagi acara lainnya
yaitu Larung Sesaji Pantai Watu Ulo, yang diselenggarakan pada tanggal 7 Syawal
atau pada saat hari raya ketupat, ditujukan sebagai maksud untuk melampiaskan
rasa syukur bagi penduduk Sumberrejo sendiri. Dalam upacara
ini masyarakat nelayan setempat melemparkan sesaji ke laut. Setelah agama Islam masuk,
budaya larung sesaji mendapat sentuhan warna agama.
Pada zaman kependudukan Jepang, pegunungan di
sekitar pantai ini dijadikan benteng pertahanan dan pengintaian bala serdadi
sekutu yang mau menyusup ke daratan melalui pantai. Benteng Jepang yang
berjumlah lima buah demikian disebut dengan Goa Jepang dan sekarang dijadikan
obyek wisata juga yang banyak dikunjungi di sekitar Pantai Watu Ulo. Di samping
Goa Jepang sendiri, sebelahnya Pantai watu Ulo juga terdapat Goa Lowo yang
dihuni ratusan ribu kelelawar. Goa ini bisa dimasuki oleh wisatawan dengan
menyusuri dan melewati pantai berpasir karena tempatnya yang sunyi dari
keramaian, apalagi mengingat goa ini mempunyai kedalaman 100meter.
Obyek
wisata Watu Ulo dapat ditempuh dengan menggunakan segala jenis transportasi,
kendaraan pribadi roda dua dan roda empat pun juga bisa, karena jalan menuju
kolasi ini sudah beraspal semua. Banyak fasilitas yang disediakan disini,
seperti area berkemah, taman bermain, kios souvenir, kamar mandi, musholla,
tempat parkir, warung makan, dan juga tempat penginapan mulai dari penginapan
yang disediakan penduduk sekitar ataupun hotel-hotel.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil
makalah ini adalah kearifan lokal dapat diartikan nilai-nilai budaya yang baik
di dalam suatu masyarakat dengan budaya tertentu dan mencerminkan cara hidup
suatu masyarakat tertentu, serta memiliki nilai-nilai tradisi atau ciri
lokalitas. Sebagai contoh mitos pantai Watu Ulo di Jember yang juga memiliki
legenda tersendiri. Menurut legenda
besar Indonesia, mitos itu dimulai dengan seekor ular besar yang menguasai bumi
Mataram dulu. Karena mengganggu, maka ular itu dibunuh kemudian dipotong
menjadi tiga, kepala ada di Pelabuhan Ratu (Jawa Barat), badannya ada di
Parangtritis (Jogjakarta) dan ekornya di Jember. Ekor ini seakan berupa ekor
ular naga yang menjorok ke laut dan seperti ada sisiknya. Keunggulan lain Watu Ulo adalah dari segi fisiknya karena
punya nuansa mistis dengan Nyi Roro Kidul-nya.
Selain
dari mitos legenda pantai Watu Ulo tersebut, terdapat juga acara tradisi yang
biasa disebut Larung Sesaji dimana memiliki arti untuk melampiaskan rasa syukur
bagi penduduk setempat. Dalam upacara ini masyarakat nelayan setempat
melemparkan sesaji ke laut.
DAFTAR PUSTAKA
http://jawatimuran.wordpress.com/2012/03/27/pantai-watu-ulo-di-jember/
http://id.wikipedia.org/wiki/Pantai_Watu_Ulo
Eprints.undip.ac.id/28459/1/BAB1_SISWADI.pdf
http://www.1001wisata.com/watu-ulo-jember/
No comments:
Post a Comment