Warga Negara Yang Baik (Nipu)
*Ali Ahsan
Al Haris
Mungkin aku
perlu belajar lebih dalam lagi untuk menjadi warga negara yang baik. Mungkin
aku yang terlampau bodoh sehinga tidak faham apa yang telah pemerintah hari ini
kerjakan, bekal ilmu jurnalistik yang tidak kunjung aku kuasai membuatku selalu
muak atas pemberitaan media masa sekarang. Ya bagaimana tidak, kalau aku pintar
dalam hal tersebut tentu aku takan memiliki keinginan untuk menjadi warga
negara yang baik.
Aku coba memahami saat ada media
mainstream, offline maupun online memberitakan tentang presiden kita.
Bayangkan, hanya mau mengantri kopi, sekedar jajan dan makan gorengan di
pedagang kaki lima, naik kereta api klas ekonomi menjadikan beliau artis pemenuh
headline media-media kita.
Terbayangkan gak sih kalau itu
semua kadang membuat kita merasa konyol dan cenderung berfikir itu adalah hal memalukan,
seperti halnya status facebook kawanku “Bisa gak sich setiap apa yang kita
lakukan tidak berujung status di facebook?”
Apa presiden dan petinggi negeri
ini gak tahu atau memang gak mau tahu tentang kerusakan hutan di negerinya
sendiri, rusaknya terumbu karang, banyaknya pungutan liar, proyek jalan yang
cenderung asal jadi, terlebih naikya bahan pokok, komoditas utama pula.
Hai bapak dan ibu yang terhormat
di negeri ini, bisa kan membeli kopi dengan meminta tolong staff kalian, makan
gorengan masakan cheff pribadi kalian tanpa harus susah antri demi liputan
berita semata. Waktu yang ada pada kalian dapat dipergunakan untuk memikirkan
masalah-masalah negeri ini. Cari solusi yang tepat agar negeri ini tak tercekik
hutang yang makin tahun makin bertambah, masa anak baru lahir saja sudah
menanggung hutang negara. Meyedihkan bukan.
Akh tapi ya sudahlah.
Rasa-rasanya aku memang kudu belajar menjadi warga negara yang baik kok, Pak.
Dulu aku berfikiran bahwa menghargai dan mebela kalian itu adalah hal yang
menjijikan, posisi kita lho sama sebagai warga negara.
Tapi mulai sekarang, aku akan
menjadi warga negara yang baik. Setidaknya aku akan berusaha mempercayai
pemberitaan Bapak dan Ibu, entah apapun itu. Begitu ya, Pak.
No comments:
Post a Comment