Saturday, November 26, 2016

Mencium Belahan Pantat Nabi Palsu

Mencium Belahan “Pantat” Nabi Palsu
*Ali Ahsan Al Haris

Cukup mudah dan sangat mudah untuk diterima dalam lingkungan baru. Alih-alih lingkungan tersebut di isi oleh para kalangan penggila nama. Cukup kau usik mereka dengan cerita humor karanganmu akan kebaikanmu, cukup sudah bagimu merebut hati mereka atas jasa cerita bohongmu.

Cerita itu aku temui sejak aku masih menyusu pada payudara ibuku, toh hal-hal semacam itu memang sudah layak dan patut di sandang oleh orang semacam dirimu. Yang kini ponggah menatap calon kerajaan baru dengan raja dan nabi palsu.

Tapi mana ada aku terang-terangan untuk mau berselisih denganmu (aku pecundang), terlebih mereka yang aku anggap sebagai kalangan nomaden yang haus akan ilmu untuk menjadi nabi palsu. Semacam halnya para penganut komunis-sosialis di Kuba yang menganggap Che Guevara sebagai nabi karena aksi heroiknya, dan kamu ingin seperti Che yang mencoba mempraktikan marxist ala gayamu namun gagal menurut pemahamanku (aku bodoh).

Aku akan kembali pada maksut tulisanku, namun apa daya karena aku terlalu emosi melihat tingkahmu sehingga membuatku tak konsen menulis tentangmu. Semoga saja emosiku ini menularkan dan memahamkan apa yang aku maksut, terkhusus pada kamu dan kaum-Mu.

Seperti halnya patung Multatuli di jalan Koerjespoortsteeg yang sedang memandangi para pelacur, bagiku kau seperti pelacur  yang dimaksut Sigit Susanto dalam buku yang sedang aku baca. Ya, pelacur Borjuis. Apa yang kau kerjakan dan apa yang kau alami sehari-hari sangatlah jauh berbeda, kau terlalu memaksa demi sebuah Nama.

Setelah dongenganmu berhasil menaklukan para nabi-nabi mu, sedikit lagi kau akan menerima fatwa dari mereka untuk menjadi kalimat legitimasimu dalam berdakwah. Itu sah-sah saja, tapi bolehkan aku tersenyum manis rasa sinis di depan layar laptopku? Aku harap nabimu mengizinkanku.

Akh sudahlah, mengapa aku harus membuang waktu untuk memikirkanmu. Aku rasa aku sudah teracuni oleh sifat kikir dan dengki sesuai fatwamu [Kalian semua suci, dan aku penuh dosa(DN. Aidit)]. Atau bisa jadi, aku telah masuk perangkapmu. Kau perlu tahu [Idealismeku tiada batasanya(Ernesto Che Guevara)].


Malang, 26 Nov 2016

Ali Ahsan Al Haris



No comments:

Post a Comment