Mencium Belahan “Pantat” Nabi Palsu
*Ali Ahsan Al Haris
Cukup mudah dan sangat mudah untuk diterima
dalam lingkungan baru. Alih-alih lingkungan tersebut di isi oleh para kalangan
penggila nama. Cukup kau usik mereka dengan cerita humor karanganmu akan kebaikanmu,
cukup sudah bagimu merebut hati mereka atas jasa cerita bohongmu.
Cerita itu aku temui sejak aku masih
menyusu pada payudara ibuku, toh hal-hal semacam itu memang sudah layak dan
patut di sandang oleh orang semacam dirimu. Yang kini ponggah menatap calon
kerajaan baru dengan raja dan nabi palsu.
Tapi mana ada aku terang-terangan untuk mau
berselisih denganmu (aku pecundang), terlebih mereka yang aku anggap sebagai
kalangan nomaden yang haus akan ilmu untuk menjadi nabi palsu. Semacam halnya
para penganut komunis-sosialis di Kuba yang menganggap Che Guevara sebagai nabi
karena aksi heroiknya, dan kamu ingin seperti Che yang mencoba mempraktikan
marxist ala gayamu namun gagal menurut pemahamanku (aku bodoh).
Aku akan kembali pada maksut tulisanku, namun
apa daya karena aku terlalu emosi melihat tingkahmu sehingga membuatku tak
konsen menulis tentangmu. Semoga saja emosiku ini menularkan dan memahamkan apa
yang aku maksut, terkhusus pada kamu dan kaum-Mu.
Seperti halnya patung Multatuli di jalan Koerjespoortsteeg yang sedang memandangi
para pelacur, bagiku kau seperti pelacur
yang dimaksut Sigit Susanto dalam buku yang sedang aku baca. Ya, pelacur
Borjuis. Apa yang kau kerjakan dan
apa yang kau alami sehari-hari sangatlah jauh berbeda, kau terlalu memaksa demi
sebuah Nama.
Setelah dongenganmu berhasil menaklukan
para nabi-nabi mu, sedikit lagi kau akan menerima fatwa dari mereka untuk
menjadi kalimat legitimasimu dalam berdakwah. Itu sah-sah saja, tapi bolehkan
aku tersenyum manis rasa sinis di depan layar laptopku? Aku harap nabimu
mengizinkanku.
Akh sudahlah, mengapa aku harus membuang
waktu untuk memikirkanmu. Aku rasa aku sudah teracuni oleh sifat kikir dan
dengki sesuai fatwamu [Kalian semua suci, dan aku penuh dosa(DN. Aidit)]. Atau
bisa jadi, aku telah masuk perangkapmu. Kau perlu tahu [Idealismeku tiada
batasanya(Ernesto Che Guevara)].
Malang, 26 Nov 2016
Ali Ahsan Al Haris
No comments:
Post a Comment