Monday, August 7, 2017

Upaya Meruntuhkan Sekolah (Puisi)

Sastrawan Jalanan Part. I

Aku mengenal penulis tak lebih satu tahun, pertemuanku berawal dari warung kopi langgananku. Saat aku sibuk dengan handphoneku yang rusak selama dua bulanan, aku sibuk mengutak atik, berharap dia kembali normal demi menyebarkan virus baca lewat instagram dan blog yang sedang anda baca ini. penulis berasal dari Madura, aku tak begitu faham dia sebenanrya siapa, kerja atau sekolahpun tidak. Malang menjadi tempat persinggahanya setelah Yogyakarta, saat itu dia sedang membaca buku karangan sang maestro, Pramoedya Ananta Toer, Arus Balik. Aku tahu buku setebal itu akan membutuhkan waktu yang lama hanya untuk sekedar membaca dan memahaminya. Terakhir aku bertemu denganya saat mengambil sepeda motor temanku yang dia pinjam, dia bekerja menjadi tukang juru parkIr di salah satu caffe di Kota Batu. Entahlah, manusia sebrilian dia menjadi juru pakir yang tentu ganjinya tak seberapa, belum lagi cemoohan dari para kawan-kawan kerjanya sendiri.
Tulisan ini hanya sebatas pengantar, aku memang berniat mempublish karya-karya dia yang mayoritas puisi, ada beberapa cerpen namun belum aku baca lagi. Aku membuat label khusus dia, aku sendiri bingung mau memberi nama apa. Mungkin sastrawan jalanan lebih tepat. Selamat membaca.

Upaya Meruntuhkan Sekolah
*Sastrawan Jalanan

(orang tuaku petani. mereka selalu ingin berangkat ke ladang pagi sekali. maka aku yang waktu itu masih bocah, selalu disuruh ikut kakakku ke sekolah, sebagaimana juga kakakku sewaktu masih bocah ikut kakakku yang lain atau temannya mungkin, yang sudah lebih dulu masuk sekolah. katanya, biar aku punya banyak teman dan bermain sama teman-temanku itu.” di ladang banyak nyamuk gunung dan hewan buas lain yang suka memangsa anak kecil”  tambahnya pula. lama-lama akupun dengan senang ikut ke sekolah. sampai beberapa waktu kemudian aku resmi “didaftarkan” menjadi murid sekolah. ini awal mula secara sekilas dari apa yang kuungkapkan dalam fragmen beberapa lirik jengkel di bawah ini)

Perang yang kau datangkan
Lewat siasat lamis romantis
Namun mengandung jerit tangis
Telah membuatku ingin cukup sekali
Menubrukmu hancur sambil tidur
Membuatku ingin cukup sekali
Merubuhkanmu lebur di medan kasur

Sebab perang yang kau datangkan
Mungkin beginilah akhirnya
Aku akan menegang di luar pagar
Kau bergeletak berantakan
Dalam kabut zaman yang kusut hangus

Dalam perang dan perang  
Kita mungkin sama akan lunglai tiada daya
Namun tak seperti kecemasan para penonton
Aku segera bangkit di saat yang tepat
Membawa kabar bahagia untuk orang tua
Akan mengolah hidup dengan usaha dan doa sendiri
Seperti mereka telah dengan indah dan gigih
Mencontohkan dalam sepanjang hidupnya

Maret 2016-2017


Ulasan tentang si penulis akan saya bahas dalam setiap postingan saya selanjutnya, tentu masih seputar tulisan-tulisan si Sastrawan Jalanan.
Salam hangat untukmu kawan, semoga kau juga membaca tulisan ini.

1 comment: