Sastrawan Jalanan Part. I
Aku mengenal penulis tak lebih satu tahun, pertemuanku berawal
dari warung kopi langgananku. Saat aku sibuk dengan handphoneku yang rusak
selama dua bulanan, aku sibuk mengutak atik, berharap dia kembali normal demi
menyebarkan virus baca lewat instagram dan blog yang sedang anda baca ini. penulis
berasal dari Madura, aku tak begitu faham dia sebenanrya siapa, kerja atau
sekolahpun tidak. Malang menjadi tempat persinggahanya setelah Yogyakarta, saat
itu dia sedang membaca buku karangan sang maestro, Pramoedya Ananta Toer, Arus
Balik. Aku tahu buku setebal itu akan membutuhkan waktu yang lama hanya untuk
sekedar membaca dan memahaminya. Terakhir aku bertemu denganya saat mengambil
sepeda motor temanku yang dia pinjam, dia bekerja menjadi tukang juru parkIr di
salah satu caffe di Kota Batu. Entahlah, manusia sebrilian dia menjadi juru
pakir yang tentu ganjinya tak seberapa, belum lagi cemoohan dari para
kawan-kawan kerjanya sendiri.
Tulisan ini hanya sebatas pengantar, aku memang berniat mempublish
karya-karya dia yang mayoritas puisi, ada beberapa cerpen namun belum aku baca
lagi. Aku membuat label khusus dia, aku sendiri bingung mau memberi nama apa. Mungkin
sastrawan jalanan lebih tepat. Selamat membaca.
Upaya Meruntuhkan
Sekolah
*Sastrawan Jalanan
(orang tuaku
petani. mereka selalu ingin berangkat ke ladang pagi sekali. maka aku yang waktu itu masih bocah, selalu disuruh ikut kakakku
ke sekolah, sebagaimana juga kakakku sewaktu masih bocah ikut kakakku yang lain
atau temannya mungkin, yang sudah lebih dulu masuk sekolah. katanya, biar aku
punya banyak teman dan bermain sama teman-temanku itu.” di ladang banyak nyamuk
gunung dan hewan buas lain yang suka memangsa anak kecil” tambahnya pula. lama-lama akupun dengan
senang ikut ke sekolah. sampai beberapa waktu kemudian aku resmi “didaftarkan”
menjadi murid sekolah. ini awal mula secara sekilas dari apa yang kuungkapkan
dalam fragmen beberapa lirik jengkel di bawah ini)
Perang yang kau datangkan
Lewat siasat lamis romantis
Namun mengandung jerit tangis
Telah membuatku ingin cukup sekali
Menubrukmu hancur sambil tidur
Membuatku ingin cukup sekali
Merubuhkanmu lebur di medan kasur
Sebab perang yang kau datangkan
Mungkin beginilah akhirnya
Aku akan menegang di luar pagar
Kau bergeletak berantakan
Dalam kabut zaman yang kusut hangus
Dalam perang dan
perang
Kita mungkin sama akan lunglai tiada daya
Namun tak seperti kecemasan para penonton
Aku segera bangkit di saat yang tepat
Membawa kabar bahagia untuk orang tua
Akan mengolah
hidup dengan usaha dan doa sendiri
Seperti mereka
telah dengan indah dan gigih
Mencontohkan
dalam sepanjang hidupnya
Maret
2016-2017
Ulasan tentang si penulis akan saya bahas dalam setiap postingan saya selanjutnya, tentu masih seputar tulisan-tulisan si Sastrawan Jalanan.
Salam hangat untukmu kawan, semoga kau juga membaca tulisan ini.
Ulasan tentang si penulis akan saya bahas dalam setiap postingan saya selanjutnya, tentu masih seputar tulisan-tulisan si Sastrawan Jalanan.
Salam hangat untukmu kawan, semoga kau juga membaca tulisan ini.
Haha... Motor legenda.
ReplyDelete