Wednesday, November 6, 2019

Berbahagia dan Mati Dalam Budaya Konsumerisme

~ Berbahagia dan Mati Dalam Budaya Konsumerisme ~

Kemarin saya sempat membaca utass di twitter yg membahas kenaikan saham cleo, sebuah merk air demineral yg tahun ini mengalami lima belas kali kenaikan saham selama satu tahun.

Cleo banyak mendapat tanggapan positif dari pelbagai coffee shop, rumah tangga pun perusahan yang menjadi konsumennya. Ciri khas cleo yang memiliki kesegaran dan rasa agak pahit ini mulai menggeser Aqua selaku demineral seniornya.
Berbahagia dan Bersyukur

Lantas apa yang menarik dari kenaikan saham cleo? Jika kita berbicara bisnis, tentu pelaku investor akan senang dengan kenaikan saham perusahaan dengan ikon warna orange itu, akan tetapi saya lebih suka memandang dari segi pola konsumsi masyarakat yang hari ini lebih suka mengkonsumsi air demineral daripada air dari sumur atau pet rumahnya.

Ada sebuah anekdot dikalangan para juragan penjaja minuman bahwa, "Tidak ada yang namanya rugi soal menjual air". Hal ini secara tidak langsung menginterpretasikan bahwa produsen penjual minuman tidak pernah merasa rugi jika hanya menjajakan air.

Pernyataan di atas sedikit banyak saya amini, sebagai seorang yg bergelut dalam bidang F&B, reveneu tertinggi saya memang paling banter ada di air, terlepas itu kopi, ice blend, mocktail dll. Berbeda sekali dengan laba yg saya dapatkan saat menjual main course dan desert.

Hmm nulis apalagi ya.
Oh iya.

Perubahan lingkungan yg ekstrem dan matra kehidupan sosial hari ini yg bergeser turut mempengaruhi tata nilai kehidupan, sekaligus secara nyata menggeser platform dunia kesehatan. Misalnya ya seperti yg saya tulis ini, air -yang kita ketahui bersama jika tiga dekade silam dirasakan sebagai anugrah Illahi yg gratis dan dapat dikonsumsi langsung- kini air menjadi barang mewah dan cenderung langka di pelbagai daerah Indonesia. 

Coba kita amati sejenak, harga air demineral dengan berbagai merk dan varian harga itu hari ini bersaing betul dengan harga bahan bakar minyak. Orang-orang semacam kita (Terlepas yg tinggal di desa ataupun Kota) sudah enggan menenggak air yg berasal dari sumurnya sendiri.

Kita serasa dihadiri keraguan terhadap kemungkinan-kemungkinan pencemaran logam berat atau mikroorganisme berbahaya yang terkandung di tanah, sumur atau pet rumah kita.

Ulasan saya di atas hanya membahas air, belum mutu udara, radiasi elektromagnetik, junk food, pola makan atau kesehatan mental kita yg setiap hari mengkonsumsi pemberitaan-pemberitaan yang membuat psikis kita tidak sehat.

Atau, bisa jadi saya yang terlalu lebay menanggapi fenomena ini. Karena hal-hal yang seperti di atas sudah lumrah kita alami, menjadi biasa dan sebuah keharusan di pikiran kita.

Sepertinya kita tidak butuh detoksifikasi pada diri kita, yang kita butuhkan hanya berbahagia menerima fenomena ini dan mati dalam budaya konsumtif.




No comments:

Post a Comment