KEDUA IBU SAYA BERTEMU DI ALAM MIMPI
Saya memiliki dua orang Ibu, termasuk dua orang Ayah juga. Beda pernikahan, beda pula silsilah keluarganya. Yang tidak berbeda hanya satu, kedua Ibu saya sangat sayang dan mencintai saya. Dan kedua orang yang saya sayangi tersebut, semalam bertemu di alam mimpi. Tentu tulisan ini sangat emosional, saya tidak tidak dapat menahan tangis dan merinding di sekujur tubuh. Saya ingin membagi apa yang saya rasakan, dan saya ingin menyebut hal ini sebagai gelombang energi ikatan batin antara seorang Ibu dengan anaknya.
Selasa pagi, selepas menandaskan kopi dan membereskan beberapa dokumen saya langsung berangkat kerja. Sesampainya di kantor, sudah ada tumpukan nota hutang, surat masuk dan beberapa revisi kerjaan hari kemarin. Mbak Alida, akunting partner saya bekerja memberitahu jika Ibuk-ibuk bendahara di kantor pusat nyariin saya, katanya laporan perjalanan dinas yang saya kerjakan ada revisi dan selepas jam makan siang harus sudah beres semua. Padahal, selepas jam makan siang saya hendak survei ke toko besi dan printing untuk membuat neon box baru. Saya berniat menghubungi beliau, siapa tahu bisa di selesaikan lusa.
Waktu hendak menghubungi emak-emak bendahara, ada wa ibu saya dari kampung. Waktu saya baca, katanya semalem ibuk bermimpi bertemu Ma'e (Panggilan Ibu kandung saya), pertemuan dalam mimpi itu terbilang singkat. Keduanya bertatap muka, Ma'e senyum-senyum ke Ibuk tanpa berkata sepatah kata pun. Pandangan matanya Ma'e ke Ibuk sangatlah dalam, seperti ingin mengutarakan sesuatu tapi tak sanggup. Hanya bisa melempar senyum saja dan Ibuk paham senyuman tersebut adalah senyuman bahagia (Ya Rabb, saya sangat merinding sekali menuliskan hal ini). Ibuk lantas bangun dari tidurnya, beliau sadar jika yang di alami tadi hanyalah mimpi. Ibuk langsung bergegas mengambil wudhu dan shalat tahajud lalu di pungkasi dengan membacakan Surat Al Baqarah dan Al Fatihah yang pahalanya di hadiahkan untuk Ma'e, untuk Mbak kandungnya Ibuk.
Selesai membaca pesan dari Ibuk, tangis saya pecah. Saya tidak dapat menyembunyikan apa yang saya rasakan, campur aduk. GM yang duduk di depan saya bertanya mengapa menangis, saya hanya diam dan wa dari Ibuk lama tidak saya balas.
Saat kondisi batin saya mulai tenang, saya mengingat apa hari ini tanggal meninggalnya Ma'e? Apa hari ini adalah hari ulang tahun Ma'e? Bukan semua. Lantas, ada apa dengan hari ini? Tentu ini menjadi penting mengingat saya memiliki pengalaman yang mendebarkan se isi rumah. Begini kisahnya:
Waktu itu saya masih SMP, kalau tidak salah waktu itu kelas satu. Pintu kamar yang biasa saya kunci, kisaran jam dua dinihari tiba-tiba ada yang mendobrak. Kencang sekali, sampai saya kaget dan terbangun. Waktu saya lihat tidak ada orang di depan pintu, sumpah. Di tengah keheranan itu tiba-tiba ada yang menggandeng tangan saya, di tuntunnya saya ke ruangan depan menuju kalender di samping dispenser. Saya membuka kalender itu ke bulan Desember. Jemari saya menunjuk-nunjuk beberapa tanggal di bulan Desember, naas saya lupa saat itu menunjuk tanggal berapa.
Saya di bangunkan Bapak untuk shalat subuh. Selepas shalat saya baru sadar, pintu kamar saya terbuka lebar saat bangun. Berarti kejadian semalam memang benar terjadi, batinku. Waktu itu hari minggu, se isi rumah libur dan Bapak sama Ibuk banyak menghabiskan waktu di dapur untuk memasak. Saya bingung mau menceritakan kejadian semalam ke Ibuk atau tidak, saya khawatir kalau kejadian semalam hanya imajinasiku saja alias Ngelindur.
Selepas menyapu rumah, rasa penasaran itu tak dapat saya sembunyikan dan saya putuskan menceritakan apa yang saya alami semalam ke Bapak dan Ibuk. Tanggapan beliau berdua datar, mereka mengira saya Ngelindur. Diam-diam saya meng amini apa yang saya alami, mungkin semalam saya memang sedang Ngelindur, batinku.
Selesai menyapu ruangan di dalam rumah, gantian halaman depan yang saya sapu. Rumput dan dedaunan saya bersihkan sampai bersih. Tak lama kemudian, saya mendengar suara tangis dari dalam rumah, ternyata itu suara Ibuk. Langsung saya berlari ke dalam rumah memastikan kondisi Ibuk. Waktu saya tanya kenapa menangis, Ibuk menjawab kalau hari ini adalah hari meninggalnya Ma'e. Sontak saya ikut menangis, ternyata apa yang saya alami semalam terjawab semua. Entah siapa yang mendobrak kamarku dan menggandeng tanganku ke kalender itu adalah Ma'e atau bukan, yang jelas sosok ghaib itu ingin memberitahu jika ada anggota keluargaku yang perlu di doakan.
Kembali ke awal cerita, saya berpikir ada pesan apa yang ingin Allah SWT sampaikan lewat (Impen) yang Ibuk alami. Praktis selepas kejadian pendobrakan pintu kamar saya saat SMP, saya tidak pernah lupa untuk Hajatan memperingati meninggalnya Ma'e.
Lama saya tidak membalas pesan wa nya Ibuk, beliau wa lagi. Katanya, Ibuk semalem di wa istri saya, diberitahu kalau sedang mengandung cucunya. Ibuk sangat bahagia dan menangis atas kabar tersebut. Beliau berpesan agar saya ikut menjaga kesehatan dan mengontrol asupan makanan istri saya.
Selesai membaca pesan dari Ibuk, saya coba mengaitkan apa yang saya dan istri alami dengan apa yang Ibuk alami. Ada satu titik di mana kita merasakan hal yang sama, yaitu Bahagia. Saya dan istri bahagia karena di usia pernikahan yang belum lama ini telah di titipi calon anak, dan cucu yang Ibuk harapkan, sedang di kandung oleh istri saya.
Apa jangan-jangan Almarhumah Ma'e ikut merasa bahagia juga ya, sehingga rasa bahagia itu di tunjukan dengan menemui Ibuk di dalam mimpi. Apa benar seperti itu cara kerja Allah SWT membuat hambanya tahu kalau ada banyak elemen yang ikut bahagia atas kehamilan istriku?
Apa ini namanya gelombang energi ikatan batin antara seorang Ibu dengan anaknya?
Malang, 18 Februari 2020
Ali Ahsan Al Haris
No comments:
Post a Comment