Sunday, July 6, 2014

INOVASI PERTANIAN MASA DEPAN

INOVASI PERTANIAN MASA DEPAN
)*M Aris Munandar


Pertanian telah menjadi dilematika pembangunan Pemerintah sebab terkait langsung dengan kelangkaan produksi pangan dan kemiskinan struktural mulai dari propinsi, kabupaten khususnya di pedesaan . Hal tersebut sangat memprihatinkan kita semua ditengah issu perubahan iklim dan pengaruh globalisasi, seperti kebijakan organisasi internasional seperti WTO yang cenderung lebih memihak pada negara kuat dan maju.
Sementara dinamika dunia semakin cepat dan implikasinya suka atau tidak suka kita sudah menjadi bagian dari masyarakat global dan terseret ketengah arus ekonomi global. Sangat mungkin petani kita telah gagal membangun organisasi petani yang kuat, kokoh dan modern untuk memenuhi kebutuhan pangan daerah maupun nasional selama beberapa dekade, membuat semakin terpuruknya nasib petani di Indonesia yang dipaksa berhadapan dengan petani asing yang memiliki menejemen dan modal yang kuat. Sehingga petani kita merelakan pasar domestiknya direbut oleh petani asing. Hal tersebut, membuat sektor pertanian kita semakin sulit untuk bisa mengantar petani menggapai cita-citanya, yaitu mensejahterakan keluarganya dan gagal memberikan kontribusi pada tersedianya pangan nasional secara berkesinambungan.
Sudah saatnya kita bangkit mewujudkan sebuah komitmen nasional didalam semangat kebersamaan bagi segenap komponen bangsa melalui konsep menejemen “Agro Mandiri Farm” pada gerakan pertanian rakyat, demi perbaikan nasib petani di Indonesia, agar sasaran kesinambungan pembangunan Nasional dan daerah serta sejalan dengan cita-cita Pemerintah Daerah dan tuntutan kesejahteraan petani.
Kenapa Harus “Agro Mandiri Farm” Nasib Petani selalu terkait langsung dengan kemiskinan pedesaan (rural poverty), walaupun sejumlah topik penelitian pembangunan pedesaan oleh para ahli, perencana serta pemerintah telah dilaksanakan dan menghasilkan banyak konsep seperti pendekatan dari atas kebawah (trickle down effect) serta beberapa pendekatan lainnya. Namun, pada saat kebijaksanaan dan program direkomendasikan, selalu ada pihak yang lebih mampu “memanfaatkan” dan membuat setiap kebijakan tidak efektif lagi. Selain itu, pembangunan ekonomi selalu memposisikan pembangunan perkotaan dan desa dalam neraca kompetisi yang cenderung lebih memihak kepada penduduk perkotaan.
 Walaupun pada kenyataannya akan mendorong urbanisasi semakin besar, sehingga masalah kemiskinan semakin meluas, bukan saja di desa tetapi berpengaruh langsung pada meningkatnya kemiskinan kota. Berbagai masalah menyangkut multi aspek yang saling kait-mengkait pada sektor rill, tidak dapat diselesaikan secara insidentil semata dan tidak cukup bila hanya dengan kebijakan makro seperti subsidi (pupuk, benih atau bunga bank) saja. Terbukti selama beberapa dekade kebijakan subsidi yang tidak didukung oleh menejemen organisasi petani yang kuat, tidak menjamin peningkatan produktifitas dan gagal menyelesaikan persoalan kemiskinan secara fundamental. Belajar dari pengalaman negara-negara yang pernah dibesarkan oleh pertanian seperti Amerika, Jepang, Korea dan Thailand justru didalam penyelesaian sektor rill, kebijakan makro ekonomimya selalu berperan mendorong dan mengamankan dinamika corporate pada sektor Pertanian. Bila kita mau belajar dari kenyataan yang ada, seharusnya kita tidak pernah membiarkan usaha pertanian diserahkan kepada petani yang masih dalam posisi terbelakang sendiri berhadapan dengan petani negara-negara maju yang diorganisir dengan menejemen korporasi yang sangat baik dan kuat pada era free trade.
Memahami apa yang sedang terjadi, sehingga mengambil inisiatif untuk berperan sebagai inisiator menejemen terhadap penyelesaian masalah daya saing, produktifitas, kualitas, penetrasi pasar, dan kemiskinan serta keterbelakangan petani. Yang diawali dengan menggagas sekaligus menggalang sejumlah investor baik pribadi maupun corporate sebagai Bapak Angkat untuk memainkan peran penting sebagai pemilik modal. Karena hanya melalui pendekatan langsung investor dan mampu mengimplementasikan makna kebersamaan didalam satu atap menejemen sebagai instrument yang dapat secara efektif menata kebijakan dan strategi petani untuk menjamin peningkatan produksi dan mutu secara terukur dan terkendali. Yang pada gilirannya dapat merebut kepercayaan (Trust) pasar dan para pemangku kepentingan lainnya. Setidaknya dengan menagement corporate yang baik, petani dapat berdaya saing tinggi dan dapat meningkatkan taraf hidupnya.

No comments:

Post a Comment