INOVASI PERTANIAN MASA DEPAN
)*M Aris Munandar
Pertanian telah menjadi dilematika
pembangunan Pemerintah sebab terkait langsung dengan kelangkaan produksi pangan
dan kemiskinan struktural mulai dari propinsi, kabupaten khususnya di pedesaan
. Hal tersebut sangat memprihatinkan kita semua ditengah issu perubahan iklim
dan pengaruh globalisasi, seperti kebijakan organisasi internasional seperti
WTO yang cenderung lebih memihak pada negara kuat dan maju.
Sementara dinamika dunia semakin
cepat dan implikasinya suka atau tidak suka kita sudah menjadi bagian dari
masyarakat global dan terseret ketengah arus ekonomi global. Sangat mungkin
petani kita telah gagal membangun organisasi petani yang kuat, kokoh dan modern
untuk memenuhi kebutuhan pangan daerah maupun nasional selama beberapa dekade,
membuat semakin terpuruknya nasib petani di Indonesia yang dipaksa berhadapan
dengan petani asing yang memiliki menejemen dan modal yang kuat. Sehingga
petani kita merelakan pasar domestiknya direbut oleh petani asing. Hal
tersebut, membuat sektor pertanian kita semakin sulit untuk bisa mengantar
petani menggapai cita-citanya, yaitu mensejahterakan keluarganya dan gagal
memberikan kontribusi pada tersedianya pangan nasional secara berkesinambungan.
Sudah saatnya kita bangkit
mewujudkan sebuah komitmen nasional didalam semangat kebersamaan bagi segenap
komponen bangsa melalui konsep menejemen “Agro Mandiri Farm” pada gerakan
pertanian rakyat, demi perbaikan nasib petani di Indonesia, agar sasaran
kesinambungan pembangunan Nasional dan daerah serta sejalan dengan cita-cita
Pemerintah Daerah dan tuntutan kesejahteraan petani.
Kenapa Harus “Agro Mandiri Farm” Nasib
Petani selalu terkait langsung dengan kemiskinan pedesaan (rural poverty),
walaupun sejumlah topik penelitian pembangunan pedesaan oleh para ahli,
perencana serta pemerintah telah dilaksanakan dan menghasilkan banyak konsep
seperti pendekatan dari atas kebawah (trickle down effect) serta beberapa
pendekatan lainnya. Namun, pada saat kebijaksanaan dan program direkomendasikan,
selalu ada pihak yang lebih mampu “memanfaatkan” dan membuat setiap kebijakan
tidak efektif lagi. Selain itu, pembangunan ekonomi selalu memposisikan
pembangunan perkotaan dan desa dalam neraca kompetisi yang cenderung lebih
memihak kepada penduduk perkotaan.
Walaupun pada kenyataannya akan mendorong
urbanisasi semakin besar, sehingga masalah kemiskinan semakin meluas, bukan
saja di desa tetapi berpengaruh langsung pada meningkatnya kemiskinan kota.
Berbagai masalah menyangkut multi aspek yang saling kait-mengkait pada sektor
rill, tidak dapat diselesaikan secara insidentil semata dan tidak cukup bila
hanya dengan kebijakan makro seperti subsidi (pupuk, benih atau bunga bank)
saja. Terbukti selama beberapa dekade kebijakan subsidi yang tidak didukung
oleh menejemen organisasi petani yang kuat, tidak menjamin peningkatan
produktifitas dan gagal menyelesaikan persoalan kemiskinan secara fundamental.
Belajar dari pengalaman negara-negara yang pernah dibesarkan oleh pertanian
seperti Amerika, Jepang, Korea dan Thailand justru didalam penyelesaian sektor
rill, kebijakan makro ekonomimya selalu berperan mendorong dan mengamankan
dinamika corporate pada sektor Pertanian. Bila kita mau belajar dari kenyataan
yang ada, seharusnya kita tidak pernah membiarkan usaha pertanian diserahkan
kepada petani yang masih dalam posisi terbelakang sendiri berhadapan dengan
petani negara-negara maju yang diorganisir dengan menejemen korporasi yang
sangat baik dan kuat pada era free trade.
Memahami apa yang sedang terjadi,
sehingga mengambil inisiatif untuk berperan sebagai inisiator menejemen
terhadap penyelesaian masalah daya saing, produktifitas, kualitas, penetrasi
pasar, dan kemiskinan serta keterbelakangan petani. Yang diawali dengan
menggagas sekaligus menggalang sejumlah investor baik pribadi maupun corporate
sebagai Bapak Angkat untuk memainkan peran penting sebagai pemilik modal.
Karena hanya melalui pendekatan langsung investor dan mampu mengimplementasikan
makna kebersamaan didalam satu atap menejemen sebagai instrument yang dapat
secara efektif menata kebijakan dan strategi petani untuk menjamin peningkatan
produksi dan mutu secara terukur dan terkendali. Yang pada gilirannya dapat
merebut kepercayaan (Trust) pasar dan para pemangku kepentingan lainnya. Setidaknya
dengan menagement corporate yang baik, petani dapat berdaya saing tinggi dan
dapat meningkatkan taraf hidupnya.
No comments:
Post a Comment