Naskah sederhana ini kutunjukan untuk gadis pujaanku, tahu bukan
mengerti.
Sebuah confessions yang jujur, berharap kau membaca ini dengan
suasana hati yang nyaman.
Salam dariku.
MEMAKSA
UNTUK ADA
“Hanya Dengan
Hati Orang Dapat Melihat Dengan Tepat; Sesuatu Yang Sejati Tak Dapat Dilihat Dengan
Mata”
Ternyata selama ini aku jadi
tersadar bahwasanya kamu hanyalah bayangan semata, sosokmu yang selama ini ku
idam-idamkan hanyalah ilusi yang menyapa di saat kalutnya perasaan hidup ini
menyapa. Aku baru tersadar setelah sekian lama kau hiraukan hubungan yang tak
tentu arah ini, kesadaran tersebut perlahan muncul dengan sendirinya saat aku
mulai merasa benar-benar memilikimu. Aku tak menyesal dengan hal tersebut,
justru aku menjadi senang bahwa selama ini yang kulakukan hanyalah hal bodoh.
Aku menanti seorang yang sebenarnya tak pernah mengharapkan aku berada di
kehidupanya. Aku tak menyalahkanmu, justru karena sikapmu selama ini membuatku
sadar bahwa memang seharusnya aku tak boleh dan tak sepatutnya untuk hadir di
kehidupanmu.
Aku selalu mencoba bersembunyi dari kenyataan pahit ini, akan
tetapi ku akui senyummu selalu mengikutiku. Aku mengakui kenyataan tersebut
agar kelak kau membaca tulisanku ini –tentunya agar kau tahu betapa hati ini
mengharapmu. Aku tak mau menjadi manusia yang selalau menghantuimu dengan
memaksa kau menerimaku, betapa bodohnya aku jikalau hal ini memang terjadi
padamu. Entah mengapa pula aku memiliki sikap yang terlalu percaya diri bahwa
kau akan menerimaku –padahal hal tersebut tak mungkin terjadi. Aku rasa kau
cukup tahu bahwa aku pernah mencintaimu, hal itu aku rasa cukup untuk mengobati
rasa sakit ini.
Sedikit bernostalgia tentangmu, sewaktu pertama kali
mengenalmu, aku memang sudah jatuh hati padamu. Perasaan tersebut makin hari makin
membesar seperti menjelma sebagai dentuman asmara. Lama kita saling mengenal
membuatku semakin percaya bahwa kau akan menerimaku, perasaan tersebutlah yang
memberanikanku untuk mengutarakan rasa cintaku padamu. Sosokmu yang selalu
membayangiku di tidurku tak dapat kulupakan dengan mudah, aku selalu berusaha
untuk menyadarkan nurani ini bahwa itu hanya bayangan belaka –bayangan yang
belum tentu menjadi kenyataan.
Dalam hati kecil ini, aku mengakui memang kau menganggapku
tak serius, nuraniku juga telah memberitahu bahwa kau takkan pernah mencoba
merespon bahkan menerimaku, aku tahu itu –sungguh. Namun entah kenapa nurani
dan hati ini serasa konflik, permainan tersebut hanya berujung yang mungkin
lebih tepat untuk dikatakan tepukan palsu. Aku sengaja bicara jujur padamu,
meski terkesan konyol namun itulah modalku untuk mendapatkan tepukan
perasaanmu.
Akupun pernah berusaha untuk membencimu agar rasa sakit ini
terkikis karena terlalu mengharapmu, usaha tersebut hanya dapat bertahan
beberapa hari, selanjutnya kaupun tahu sendiri. Meski tak bisa dibilang
berhasil dengan cara tersebut, tapi secara tak sadar kau telah membantuku untuk
melupakanmu. Kau membantuku dengan berjalanya waktu. Kini kubenar-benar sadar
bahwa selama ini aku telah memaksamu ada di hatiku, sungguh betapa bodohnya
aku.
Semoga aku mampu menghilangkan wajahmu di hatiku, aku harap
hal ini takkan mengganggu hidupku, kusadari memang saat ini aku masih
mencintaimu –tapi sudahlah, cukup.
No comments:
Post a Comment