PESTA
DEMOKRASI, PESTA PARA TIKUS
)*Ali Ahsan
Pasca pemungutan suara Capres-Cawapres yang dilaksanakan pada
9 Juli kemarin membuat semua orang tak luput mahasiswa menjadi ahli dalam
komentator politik. Kisruh pra pemungutan di media social, cetak dan stasiun televisi
yang memiliki jagoan masing-masing membuat pendidikan politik di negeri ini
memanglah tak patut untuk di contoh. Para mahasiswa yang merasakan betul dampak
dari pilpres termasuk aku menjadi terenyuh dengan keadaan bangsa ini, aku
merasa masing-masing calon presiden tahun ini sama sekali tak diajukan oleh
rakyat, melainkan mereka semua di usung oleh media. Keburukan salah satu
kontestan pilpres menjadi buah bibir setiap stasiun televisi yang dengan
sengaja ingin mengahancurkan sosok salah satu kontestan pilpres.
Banyak hal yang perlu di ungkapkan dalam momen pilpres tahun
ini, yang pertama tentunya peran stasiun televisi dalam kancah perpolitikan
nasional. Aku mengamati stasiun televisi seperti Metro, TV One, MNCTV group,
Trans Corp memiliki andil penting dalam mengumbar pemberitaan yang merugikan
khayalak umum. Masyarakat yang seharusnya diberikan pendidikan politik dan
demokrasi yang baik tak ayal malah di ombang-ambingkan dengan pemberitaan yang busuk.
Hal ini tentunya membuat masyarakat secara umum menjadi bingung dan tak percaya
dengan adanya media massa, mereka yang seharusnya diberikan informasi yang
jujur dan independen malah di berikan informasi yang merusak pendidikan
demokrasi negeri ini. Kepemilikan stasiun televisi oleh politikus menjadi akar
rumput masalah ini. Banyaknya stasiun televisi di Indonesia kurang lebih hanya
dimiliki oleh Sembilan orang dan empat diantaranya adalah politikus.
Selain stasiun televisi, media cetak dan online juga tak
luput dari pemberitaan pilpres. Kompas salah satunya, sebagai media cetak
(Koran) terkemuka di Indonesia nyata-nyatanya mendukung calon presiden Jokowi
Widodo, hal ini mengakibatkan setiap pemberitaanya selalu dan selalu menilai
baik Jokowi dan menjelekan Prabowo. Konsumen media cetak yang tak jeli dalam
mencerna hal ini bisa-bisa menjadi korban dari penggiringan opini publik.
Demokrasi yang terlampau batas di negeri ini sepatutnya kita kawal dengan
kritis dan tanpa toleran agar apa yang di sampaikan dapat memberi dampak baik
bagi masyarakat umum.
Lembaga survey, hal inilah yang menurutku harus bertanggung
jawab terhadap pesta demokrasi di negeri ini. Hasil-hasil survey yang di
publishnya nyata-nyata tak jauh beda dengan stasiun televisi yang selalu dan
selalu memberitakan kebaikan Capres yang didukungnya. Memang kalau di kaji
secara mendalam, lembaga-lembaga survey di Indonesia ini hanya sebatas tender
semata. Kalau memang tendernya di peggang oleh salah satu kandidat Capres tak
elak survey yang di publishnya akan memberitakan kenaikan elektabilitas calon
tersebut meski hasil yang sebenarnya tak berkata seperti itu.
Kita sebagai masyarakat wajib dengan sadar mencerna
pemberitaan di media massa dengan kritis, pemberitaan demi pemberitaan yang
merugikan kita hendaknya di buang jauh-jauh, ketidak independensian media massa
di Indonesia hendaknya membuat kita sadar bahwa demokrasi di negeri ini memang
layak untuk di rekonsiliasi kembali agar terciptanya demokrasi yang baik. Jikalau
kita tak dapat mencernanya dengan kritis
dan progresif yang ada hanya menimbulkan tindak kekerasan di akar rumput, dan
hal ini sedikit demi sedikit telah terbukti menjelang pengumuman resmi oleh KPU
pada 22 Juli mendatang.
Kalau mengutip KYAI NUSANTARA, momen Pilpres tahun ini akan
di penuhi dengan seruan dari alam dan banyaknya pertumpahan darah di akar
rumput, prediksi yang jauh-jauh hari sudah di lontarkan oleh KYAI NUSANTARA
memang telah terbukti di tambah lagi pada momen Pilpres tahun ini tak akan ada
bala bantuan dari bangsa halus (Jin & Setan) seperti momen-momen politik
sebelumnya, jadi bisa disimpulkan bahwa Pilpres tahun ini memang murni
pemikiran dan tindakan manusia. Kontestan pilpres yang hanya dua calon memakasa
bangsa Indonesia di pecah dalam dua kubu yang memiliki calon presiden sama kuat
dan terlihat sama baik. Hal seperti inilah yang membuat keteggangan di akar
rumput menjadi besar.
Aku sendiri memilih cuek saja dalam momen pilpres tahun ini,
menjadi warga negara yang baik tidak hanya dengan mencoblos semata. Toh jikalau
aku mencoblos yang hanya akan memilih pemimpin yang dzalim terhadap
rakyat-rakyat negeri ini. Aku bukanlah warga Negara yang baik, maka dari itu
aku Golput. Hal inilah yang sebenarnya akan menentukan arah Indonesia kedepan
menjadi lebih baik. Percuma aku memilih presiden yang ujung-ujungnya akan
menindas Petani lokal dengan meng-Impor beras di saat masa panen tiba, percuma
saja aku memilih pemimpin yang suka menipu para nelayan Ibu Pertiwi dengan
menaikan harga BBM dan membiarkan Bank merampas kehidupan mereka, aku lebih
setuju untuk tetap konsisten membantu mereka secara langsung, dengan aksi nyata
bukan hanya gombalan janji manis dari surga seperti yang mereka lontarkan saat
kampanye.
Jikalau para akademisi dan politikus bersuara bahwa Golput
tak menyelesaikan masalah, yang benar bahwa banyaknya akademisi dan
politikuslah yang membuat masalah-masalah di Bumi Pertiwi ini tak kunjung selesai
karena mereka semua sibuk berdebat demi kepentingan golongnya, mereka tak mau
dengan ikhlas memikirkan nasib-nasib kaum proletar negeri ini. Demokrasi negeri
ini hanya di peruntungkan untuk para pembohong-pembohong seperti para politikus
dan akademisi yang berwatak seperti tikus dan babi.
Pesta demokrasi tahun ini hanya untuk memilih para Asu, Tikus
dan Babi yang rakus merampas kekayaan negara dan hak orang lain, orang-orang
berwatak hewan seperti meraka lebih tepat untuk di sembelih pada saat Idul
Adha, akan tetapi daging mereka juga kharam untuk di makan, bukan karena ia
manusia melainkan percuma memakan daging-daging yang semasa hidupnya memakan
hak orang lain dan membuat bangsa ini semakin hari semakin terpuruk.
Aku
tak rela bangsa ini di pimpin oleh para ASU, TIKUS dan BABI. Buat kalian yang
telah mencoblos salah satu diantara keduanya, sadarlah sebelum kalian menjadi
ASU, BABI ataupun TIKUS. Sungguh, segeralah sadar dan berdo’a semoga yang
kalian pilih tak seperti apa yang kupikirkan.
HIDUP
RAKYAT INDONESIA!
No comments:
Post a Comment