Friday, July 11, 2014

PESTA DEMOKRASI, PESTA PARA TIKUS

PESTA DEMOKRASI, PESTA PARA TIKUS
)*Ali Ahsan


Pasca pemungutan suara Capres-Cawapres yang dilaksanakan pada 9 Juli kemarin membuat semua orang tak luput mahasiswa menjadi ahli dalam komentator politik. Kisruh pra pemungutan di media social, cetak dan stasiun televisi yang memiliki jagoan masing-masing membuat pendidikan politik di negeri ini memanglah tak patut untuk di contoh. Para mahasiswa yang merasakan betul dampak dari pilpres termasuk aku menjadi terenyuh dengan keadaan bangsa ini, aku merasa masing-masing calon presiden tahun ini sama sekali tak diajukan oleh rakyat, melainkan mereka semua di usung oleh media. Keburukan salah satu kontestan pilpres menjadi buah bibir setiap stasiun televisi yang dengan sengaja ingin mengahancurkan sosok salah satu kontestan pilpres.

Banyak hal yang perlu di ungkapkan dalam momen pilpres tahun ini, yang pertama tentunya peran stasiun televisi dalam kancah perpolitikan nasional. Aku mengamati stasiun televisi seperti Metro, TV One, MNCTV group, Trans Corp memiliki andil penting dalam mengumbar pemberitaan yang merugikan khayalak umum. Masyarakat yang seharusnya diberikan pendidikan politik dan demokrasi yang baik tak ayal malah di ombang-ambingkan dengan pemberitaan yang busuk. Hal ini tentunya membuat masyarakat secara umum menjadi bingung dan tak percaya dengan adanya media massa, mereka yang seharusnya diberikan informasi yang jujur dan independen malah di berikan informasi yang merusak pendidikan demokrasi negeri ini. Kepemilikan stasiun televisi oleh politikus menjadi akar rumput masalah ini. Banyaknya stasiun televisi di Indonesia kurang lebih hanya dimiliki oleh Sembilan orang dan empat diantaranya adalah politikus.

Selain stasiun televisi, media cetak dan online juga tak luput dari pemberitaan pilpres. Kompas salah satunya, sebagai media cetak (Koran) terkemuka di Indonesia nyata-nyatanya mendukung calon presiden Jokowi Widodo, hal ini mengakibatkan setiap pemberitaanya selalu dan selalu menilai baik Jokowi dan menjelekan Prabowo. Konsumen media cetak yang tak jeli dalam mencerna hal ini bisa-bisa menjadi korban dari penggiringan opini publik. Demokrasi yang terlampau batas di negeri ini sepatutnya kita kawal dengan kritis dan tanpa toleran agar apa yang di sampaikan dapat memberi dampak baik bagi masyarakat umum.

Lembaga survey, hal inilah yang menurutku harus bertanggung jawab terhadap pesta demokrasi di negeri ini. Hasil-hasil survey yang di publishnya nyata-nyata tak jauh beda dengan stasiun televisi yang selalu dan selalu memberitakan kebaikan Capres yang didukungnya. Memang kalau di kaji secara mendalam, lembaga-lembaga survey di Indonesia ini hanya sebatas tender semata. Kalau memang tendernya di peggang oleh salah satu kandidat Capres tak elak survey yang di publishnya akan memberitakan kenaikan elektabilitas calon tersebut meski hasil yang sebenarnya tak berkata seperti itu.

Kita sebagai masyarakat wajib dengan sadar mencerna pemberitaan di media massa dengan kritis, pemberitaan demi pemberitaan yang merugikan kita hendaknya di buang jauh-jauh, ketidak independensian media massa di Indonesia hendaknya membuat kita sadar bahwa demokrasi di negeri ini memang layak untuk di rekonsiliasi kembali agar terciptanya demokrasi yang baik. Jikalau  kita tak dapat mencernanya dengan kritis dan progresif yang ada hanya menimbulkan tindak kekerasan di akar rumput, dan hal ini sedikit demi sedikit telah terbukti menjelang pengumuman resmi oleh KPU pada 22 Juli mendatang.

Kalau mengutip KYAI NUSANTARA, momen Pilpres tahun ini akan di penuhi dengan seruan dari alam dan banyaknya pertumpahan darah di akar rumput, prediksi yang jauh-jauh hari sudah di lontarkan oleh KYAI NUSANTARA memang telah terbukti di tambah lagi pada momen Pilpres tahun ini tak akan ada bala bantuan dari bangsa halus (Jin & Setan) seperti momen-momen politik sebelumnya, jadi bisa disimpulkan bahwa Pilpres tahun ini memang murni pemikiran dan tindakan manusia. Kontestan pilpres yang hanya dua calon memakasa bangsa Indonesia di pecah dalam dua kubu yang memiliki calon presiden sama kuat dan terlihat sama baik. Hal seperti inilah yang membuat keteggangan di akar rumput menjadi besar.

Aku sendiri memilih cuek saja dalam momen pilpres tahun ini, menjadi warga negara yang baik tidak hanya dengan mencoblos semata. Toh jikalau aku mencoblos yang hanya akan memilih pemimpin yang dzalim terhadap rakyat-rakyat negeri ini. Aku bukanlah warga Negara yang baik, maka dari itu aku Golput. Hal inilah yang sebenarnya akan menentukan arah Indonesia kedepan menjadi lebih baik. Percuma aku memilih presiden yang ujung-ujungnya akan menindas Petani lokal dengan meng-Impor beras di saat masa panen tiba, percuma saja aku memilih pemimpin yang suka menipu para nelayan Ibu Pertiwi dengan menaikan harga BBM dan membiarkan Bank merampas kehidupan mereka, aku lebih setuju untuk tetap konsisten membantu mereka secara langsung, dengan aksi nyata bukan hanya gombalan janji manis dari surga seperti yang mereka lontarkan saat kampanye.

Jikalau para akademisi dan politikus bersuara bahwa Golput tak menyelesaikan masalah, yang benar bahwa banyaknya akademisi dan politikuslah yang membuat masalah-masalah di Bumi Pertiwi ini tak kunjung selesai karena mereka semua sibuk berdebat demi kepentingan golongnya, mereka tak mau dengan ikhlas memikirkan nasib-nasib kaum proletar negeri ini. Demokrasi negeri ini hanya di peruntungkan untuk para pembohong-pembohong seperti para politikus dan akademisi yang berwatak seperti tikus dan babi.

Pesta demokrasi tahun ini hanya untuk memilih para Asu, Tikus dan Babi yang rakus merampas kekayaan negara dan hak orang lain, orang-orang berwatak hewan seperti meraka lebih tepat untuk di sembelih pada saat Idul Adha, akan tetapi daging mereka juga kharam untuk di makan, bukan karena ia manusia melainkan percuma memakan daging-daging yang semasa hidupnya memakan hak orang lain dan membuat bangsa ini semakin hari semakin terpuruk.

Aku tak rela bangsa ini di pimpin oleh para ASU, TIKUS dan BABI. Buat kalian yang telah mencoblos salah satu diantara keduanya, sadarlah sebelum kalian menjadi ASU, BABI ataupun TIKUS. Sungguh, segeralah sadar dan berdo’a semoga yang kalian pilih tak seperti apa yang kupikirkan.

HIDUP RAKYAT INDONESIA! 

No comments:

Post a Comment