TIPE
SEDIMEN PERMUKAAN DASAR LAUT
SELATAN
DAN UTARA KEPULAUAN TAMBELAN
PERAIRAN NATUNA
SELATAN
Berdasarkan pembagian laut menurut Nybakken (1992),
wilayah perairan sekitar Kepulauan Tambelan termasuk laut lepas dan pesisir.
Berdasarkan faktor fisik dan sebaran komunitas biotanya, kedalaman laut daerah
ini termasuk dalam zona litoral dan neritik. Pada zona litoral, daerah
peralihan antara kondisi daratan dan lautan, sedimentasi dipengaruhi oleh proses
alami laut (seperti pasang surut dan angin laut) maupun darat (seperti
sedimentasi akibat penggundulan hutan dan aliran air tawar dari sungai). Zona
neritik berada pada kisaran kedalaman saat surut terendah sampai kedalaman yang
dapat ditembus matahari (±200 meter). Secara geografis, perairan Tambelan
termasuk wilayah paparan (continental shelf).
Sedimen
Permukaan Dasar Laut
Sedimen adalah material bahan padat, berasal dari
batuan yang mengalami proses pelapukan; peluluhan (disintegration);
pengangkutan oleh air, angin dan gaya gravitasi; serta pengendapan atau
terkumpul oleh proses atau agen alam sehingga membentuk lapisan-lapisan di
permukaan bumi yang padat atau tidak terkonsolidasi (Bates dan Jackson, 1987).
Boggs (1986) menyebutkan sedimen permukaan dasar laut umumnya tersusun oleh:
material biogenik yang berasal dari organisma; material autigenik hasil proses
kimiawi laut (seperti glaukonit, garam, fosfor); material residual; material sisa
pengendapan sebelumnya; dan material detritus sebagai hasil erosi asal daratan
(seperti kerikil, pasir, lanau dan lempung).
Batuan
Penyusun
Supandjono
(1955) telah memetakan Kepulauan Tambelan dan sekitarnya, dan menyebutkan bahwa
litologi daerah ini terdiri atas:
a.
Batuan Gunungapi Raya (Kvr): berupa lava andesik-basaltik dan breksi; kehitaman
memperlihatkan kekar-kekar yang terisi kuarsa; dengan umur pentarikhan K-Ar 106
juta tahun.
b.
Kerabat Granit Sukadana (Kgs): tersusun oleh granit, granodiorit putih
kotor-coklat muda, setempat merah muda; umumnya terkekarkan; mengandung batuan
asing andesit-basalt; menerobos Batuan Gunungapi Raya; umur pentarikhan K-Ar 84
juta tahun.
c.
Kerabat Intrusif Sintang (Toms): berupa retas andesit dan dasit berwarna kelabu
muda-kelabu tua; terkekarkan; tampak menerobos satuan granit Sukadana dan
Batuan Gunung api Raya; umur pentarikhan K-Ar 20-37 juta tahun
d.
Terumbu karang.
e.
Aluvium (Qa): berupa lumpur, lempung, pasir, kerikil dan kerakal; umumnya masih
lepas; merupakan hasil endapan sungai dan pantai.
Litologi
Kepulauan Tambelan
Dari penelaahaan geologi regional menurut Supandjono
(1955), diketahui pulau-pulau bagian selatan, meliputi Menggirang Kecil,
Menggirang Besar, Benua, Lipi, Jelak, Tamban dan Ibul; tersusun oleh batuan
granit Sukadana (Kgs), terumbu karang, dan aluvium. Adapun di pulau-pulau
bagian utara, meliputi Uwi, Sendulang Kecil, Sedua Besar, Bungin dan Tambelan,
selain ketiga batuan tersebut, dijumpai lava dan breksi Batuan Gunungapi Raya (Kvr)
dan Kerabat Intrusif Sintang (Toms) yang keras.
Faktor
Fisik Oseanografi
Faktor oseanografi mempengaruhi proses pengendapan
di bagian selatan dan utara. Sistem arus regional dipengaruhi oleh dua sistem
arus besar, yaitu arus regional dan musiman (monsoon). Arah arus dominan dari
baratlaut ke timurlaut sekaligus mengisi perairan selat, dan arus surut dominan
dari tenggara ke barat laut. Rejim pengendapan dengan arus turbidit cenderung
terjadi di bagian selatan, berbeda dengan sedimentasi arus tenang di bagian
utara. Hal ini ditunjukkan oleh indeks kekeruhan yang lebih tinggi di selatan
dibandingkan utara daerah penelitian. Tingkat kecerahan yang diukur pada 7
stasiun sekitar pulau karang dan terumbu karang di selatan Kepulauan Tambelan
menunjukkan kisaran 5,03 sampai 9,4 M (rata-rata = 7,05 M), sedangkan tingkat
kecerahan pada 4 stasiun di bagian utara menunjukan kisaran 8,46 sampai 10,73 M
(rata-rata = 9,31 M). Salinitas menunjukkan kisaran antara 30 sampai 33 ppm
(rata-rata = 31,9 ppm).
Metoda
Penelitian
Objek penelitian adalah sampel-sampel sedimen
permukaan dasar laut sekitar Kepulauan Tambelan berupa box core, gravity
core maupun sampel yang diambil langsung dari dasar perairan dangkal di
lingkungan terumbu karang, pantai berpasir, dan hutan bakau (mangrove).
Metoda
Sampling
Di perairan lepas pantai sampai laut terbuka,
sampel sedimen diambil pada 12 stasiun pengamatan dengan cara diderek (dredging)
untuk mendapatkan box corer sample berukuran 50 x 60 x 40 cm. Sampel
yang diambil tidak dipengaruhi oleh aliran/pergerakan air sewaktu box diangkat
dari dasar laut ke atas kapal. Hal ini ditunjukkan oleh jernihnya bagian air permukaan
yang ada di dalam box sampel yang berarti sedimen tidak mengalami perubahan
susunan (rusak). Pada 5 lokasi terpilih, pengambilan sedimen lunak maupun keras
dari dasar laut dilakukan dengan metoda coring atau jatuh bebas untuk
mendapatkan gravity corer atau penginti jatuh bebas. Dengan cara ini,
dasar laut ditembus secara vertikal hingga 3 meter panjang untuk sampling
sedimen-sedimen oseanik yang masih gembur dan jenuh air. Selain sampel box
corer dan gravity corer, dilakukan pengambilan sampel permukaan dasar
laut secara langsung atau dengan cara menyelam di perairan dangkal. Pada zona
litoral dan sekitar terumbu karang dengan kedalaman < 12 meter diambil 11
sampel sedimen; di pantai berpasir diambil 7 sampel, dan di hutan bakau diambil
5 sampel.
No comments:
Post a Comment