-Ali Syariati-
(Aku Tidak Mengenal Dia, Tapi
Aku Mengenal Pemikiranya).
)*Ali Ahsan Al-Haris
Ali Syariati Sedang Berpose (Sumber Gambar: Leviyamani) |
Ali
Syariati adalah salah seorang tokoh yang membantu perjuangan Imam Khomeini
dalam menjatuhkan rezim Syah Iran yang lalim, untuk menegakkan kebenaran dan keadilan
menurut ajaran Islam. Doktor sastra lulusan Universitas Sorbonne Prancis ini
berjuang tak kenal lelah dan takut. Selama hidupnya, ia mengabdikan dirinya
untuk membangunkan masyarakat Islam Iran dari belenggu kezaliman.
Pikiran-pikiran dalam ceramahnya telah membuat para pemuda dan mahasiswa Iran
tergugah semangatnya untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan.
Syariati,
anak pertama Muhammad Taqi dan Zahra, lahir pada 24 November 1933, bertepatan
dengan periode ketika ayahnya menyelesaikan studi keagamaan dasarnya dan mulai
mengajar di sebuah sekolah dasar, Syerafat. Ali lahir dalam keluarga terhormat.
Dalam keluarga ini, ritual dan ritus keagamaan ditunaikan dengan seksama.
Pada masa
kanak-kanak, ketika teman-temannya asik bermain, Syariati asik membaca
buku-buku sastra seperti Les Miserable karya Victor Hugo. Kegemaran ini
terus berlanjut hingga masa remajanya. Sejak tahun pertamanya di sekolah
menengah atas, ia senang membaca buku-buku filsafat, sastra, syair, ilmu
sosial, dan studi keagamaan di perpustkaan pribadi ayahnya yang memiliki
koleksi 2000 buku kegemarannya inilah yang membuat ia jarang bermain dengan
teman-teman sebayanya.
Pada 1955,
Syariati masuk Fakultas Sastra Universitas Masyhad yang baru saja diresmikan.
Selama di universitas, sekalipun menghadapi persoalan administrative akibat
pekerjaan resminya sebagai guru full-time, Syariati paling tinggi
peringkatnya di kelas. Bakat, pengetahuan, dan kegemarannya kepada sastra
menjadikannya populer di kalangan mahasiswa.
Di
universitas, Syariati bertemu Puran-e Syariat Razavi, yang kemudian menjadi
istrinya. Karena prestasi akademisnya di universitas itu, dia mendapat beasiswa
untuk melanjutkan studi ke luar negeri. Pada April 1959, Syariati pergi ke
Paris sendirian. Istri dan putranya yang baru lahir, bernama Ehsan, menyusulnya
setahun kemudian.
Selama di
Paris, Syariati berkenalan dengan karya-karya dan gagasan-gagasan baru yang
mencerahkan, yang mempengaruhi pandangan hidup dan wawasannya mengenai dunia.
Dia mengikuti kuliah-kuliah para akademisi, filsuf, penyair, militan, dan
membaca karya-karya mereka, terkadang bertukar pikiran dengan mereka, serta
mengamati karya-karya seniman dan pemahat. Dari masin-masing mereka, Syariati
mendapat sesuatu, dan kemudian mengaku berutang budi kepada mereka. Di sinilah
Syariati berkenalan dengan banyak tokoh intelektual Barat, antara lain Louis
Massignon yang begitu dihormatinya, Frantz Fanon, Jacques Berque, dan
lain-lain.
Pribadi
Syariati penuh dengan semangat perjuangan menegakkan kebenaran dan keadilan. Walaupun
tidak berada di Iran, ia tetap berjuang menentang rezim Iran. Antara 1962 dan
1963, waktu Syariati tampaknya habis tersita untuk aktivitas politik dan
jurnalistiknya.
Setelah
meraih gelar doktornya pada 1963, setahun kemudian syariati dan keluarganya
kembali ke Masyhad, Iran. Di sini, ia mengajar di sekolah menengah atas. Pada
1965, dia bekerja di Pusat Penelitian Kementerian Pendidikan di Teheran.
Kemudian pada 1967, Ali Syariati mulai mengajar di Universitas Masyhad. Inilah
awal kontaknya dengan mahasiswa-mahasiswa Iran. Universitas Masyhad yang
relative tenang dan teduh, segera saja semarak. Kelas Syariati tak lama
kemudian menjadi kelas favorit. Gaya orator Syariati yang memukau, memikat
audiens, memperkuat isi kuliahnya yang membangkitkan orang untuk berpikir.
Salah Satu Buku Karya Syariati. (Sumber Gambar: Bukalapak) |
Sejak juni
1971, Syariati meninggalkan pekerjaan mengajarnya di Universitas Masyhad, lalu
dikirim ke Teheran. Ia bekerja keras untuk menjadikan Hosseiniyeh Ersyad
menjadi sebuah “Universitas Islam” radikal yang modernis.
Namun 12
Juni 2012 syariati ditemukan meninggal dunia di apartemenya, akan tetapi
menurut buku biografi Ali Syariati yang dikarang oleh Ali Rahnema , Syariati
dikabarkan meninggal di rumah sakit Southampton Inggris akibat serangan jatung.
Akan tetapi banyak pihak termasuk saya yang beranggapan bahwa syariati
meninggal karena dibunuh oleh sebuah agen rahasia Iran, SAVAK.karena wajar saja
pada saat itu adalah rezim Shah Reza Pahlevi dan gagasan syariati yang anti
feodalisme maupun antipemerintahan membuatnya dibunuh.
Terlepas
kabar tersebut benar atau tidak sampai sekarangpun belum ada bukti yang saya
temui, semoga saja pemikir modernis islam yang handal ini diterima di sisi
Allah SWT atas jasa-jasa pemikiranya yang melawan pemerintah lalim dan
subversive.
Salam
hangat dari saya, Ali Ahsan Al-Haris.
Jadikanlah
membaca sebagai budaya anda.
#AliSyariati
No comments:
Post a Comment