Saturday, June 6, 2015

Sebuah Hikayat Bahiscara Gatra



Sebuah Hikayat Bahiscara Gatra

“Kisah yang di ambil dari kenyataan ini adalah Hikayat seorang pemuda yang mencoba memperjuangkan cintanya, perlakuan yang menurut dia tak adil dan di luar batas akal sering ia alami demi tegaknya hubungan cintanya dengan perempuan yang ia kasihi –semoga kita dapat mengambil makna hidup dari kisah sedrhana di bawah ini”
[ed] Ali Ahsan Al – Haris 27

Dulu kita saling acuh dalam menanggapi permasalahan kita masing-masing. Kalau membayangkan dirimu saja jelas yang kurasakan hanyalah senyum-senyum semata yang memang aku sendiri rasakan hal itu hanyalah buaian atas bayangmu. Berselang lama aku merasakan bahwa kau tak serius denganku, yang aku rasakan kau menganggapku hanya sebatas teman semata - (Ya, mungkin aku yang terlalu percaya diri denganmu) – padahal selama ini aku menganggapmu lebih, sungguh.

Bukan maksutku untuk menghakimi dirimu, tulisan ini ada karena momentum yang memang tepat untuku bernostalgia dengan masa lalu.

Kau mulai terang-terangan telfon laki-laki lain di sampingku, saat itu kau menganggapku bukanlah siapa-siapa  – sebatas teman saja –  dan itu terbukti dengan raut wajahmu yang senang sekali karena kau di telfon laki-laki tersebut, namun aku melihat ada hal lain yang tersirat di wajahmu – iya sungguh - , wajahmu menuliskan bukti bahwa kau ketakutan pada laki-laki yang menelfonmu saat dia bertanya –siapa laki-laki yang di sampingmu ?-  dan kau spontan menjawab bahwa aku hanyalah temanmu. Saat kau menjawab seperti itu pada laki-laki yang menelfonmu, hatiku terasa bingung mau berkata apa.

Momen tersebut terlewati, beberapa hari kemudian tiba-tiba kau cerita dengan santai saat kau di jemput laki-laki yang menelfonmu dengan mobil dengan menunggumu di depan rumahmu. Ya, aku hanya dapat menjawab hal tersebut. Tidak-tidak, maksut saya aku sangat heran mengapa kau sangat percaya diri berbicara hal tersebut denganku, kau merasa aku takkan marah dan secara tidak langsung kau menyuruhku untuk menerima hal tersebut.

Satu catatan hitam pun mulai kutulis, kau dengan sengaja menghianatiku. Kau bermain cinta dengan temanku sendiri, seorang teman yang sudah aku anggap saudara pun tega menghianatiku. Dan kau pun juga begitu, mengapa kau rela melakukan hal ini padaku.

Dari sinilah aku mulai belajar tentang perempuan, entah mengapa saat perempuan sudah berada di posisi yang jelas-jelas salah tidak mau disalahkan ? yang ada pada saat itu kau tetap tidak mau mengakui kesalahan dirimu saat kau bermain cinta dibelakangku ? kau tetap bersiteggang bahwa kau lah yang benar dan kau menyerang balik diriku mengapa juga aku mengungkap kasus yang memposisikan dirimu salah seperti ini.

Mulai dari sini aku memilih untuk menjauhi temanku, mengapa aku memilih hal tersebut dan tak menjauhi kamu !! karena jujur aku mencintaimu lebih dari apapun.

Waktu berjalan lama akhirnya kelakuan burukmu aku ketahui lagi. Kau bermain cinta dengan pegawai indomaret di salah satu kota. Kau sampai menginap di kosan laki-laki tersebut, entah apa pemikiranmu sampai-sampai kau lakukan hal tersebut. Sungguh aku tak kuat berfikir lagi saat tahu kau lakukan hal tersbut.

Lantas apa yang terjadi ? kau tetap saja tak mau mengakui kesalahanmu, yang ada kau malah menyalahkanku mengapa harus tahu kalau kau bermain serong di belakangku.

Dua catatan penting dalam hidupku yang takan mungkin lagi aku lupakan seumur hidupku. Aku lebih memilih diam dan terserah saja apa yang kamu lakukan. Aku memilih pasrah kepada Tuhan tentang apa yang kau lakukan padaku. Karena aku percaya di dunia ini ada hukum sebab-akibat.
Follow me on @aliahsanID

No comments:

Post a Comment