Sebuah
Hikayat Bahiscara Gatra
“Kisah yang di ambil dari
kenyataan ini adalah Hikayat seorang pemuda yang mencoba memperjuangkan
cintanya, perlakuan yang menurut dia tak adil dan di luar batas akal sering ia
alami demi tegaknya hubungan cintanya dengan perempuan yang ia kasihi –semoga
kita dapat mengambil makna hidup dari kisah sedrhana di bawah ini”
[ed] Ali Ahsan Al – Haris 27
Dulu
kita saling acuh dalam menanggapi permasalahan kita masing-masing. Kalau
membayangkan dirimu saja jelas yang kurasakan hanyalah senyum-senyum semata
yang memang aku sendiri rasakan hal itu hanyalah buaian atas bayangmu. Berselang
lama aku merasakan bahwa kau tak serius denganku, yang aku rasakan kau
menganggapku hanya sebatas teman semata - (Ya, mungkin aku yang terlalu percaya
diri denganmu) – padahal selama ini aku menganggapmu lebih, sungguh.
Bukan
maksutku untuk menghakimi dirimu, tulisan ini ada karena momentum yang memang
tepat untuku bernostalgia dengan masa lalu.
Kau
mulai terang-terangan telfon laki-laki lain di sampingku, saat itu kau
menganggapku bukanlah siapa-siapa –
sebatas teman saja – dan itu terbukti
dengan raut wajahmu yang senang sekali karena kau di telfon laki-laki tersebut,
namun aku melihat ada hal lain yang tersirat di wajahmu – iya sungguh - ,
wajahmu menuliskan bukti bahwa kau ketakutan pada laki-laki yang menelfonmu
saat dia bertanya –siapa laki-laki yang di sampingmu ?- dan kau spontan menjawab bahwa aku hanyalah
temanmu. Saat kau menjawab seperti itu pada laki-laki yang menelfonmu, hatiku
terasa bingung mau berkata apa.
Momen
tersebut terlewati, beberapa hari kemudian tiba-tiba kau cerita dengan santai
saat kau di jemput laki-laki yang menelfonmu dengan mobil dengan menunggumu di
depan rumahmu. Ya, aku hanya dapat menjawab hal tersebut. Tidak-tidak, maksut
saya aku sangat heran mengapa kau sangat percaya diri berbicara hal tersebut
denganku, kau merasa aku takkan marah dan secara tidak langsung kau menyuruhku
untuk menerima hal tersebut.
Satu
catatan hitam pun mulai kutulis, kau dengan sengaja menghianatiku. Kau bermain
cinta dengan temanku sendiri, seorang teman yang sudah aku anggap saudara pun
tega menghianatiku. Dan kau pun juga begitu, mengapa kau rela melakukan hal ini
padaku.
Dari
sinilah aku mulai belajar tentang perempuan, entah mengapa saat perempuan sudah
berada di posisi yang jelas-jelas salah tidak mau disalahkan ? yang ada pada
saat itu kau tetap tidak mau mengakui kesalahan dirimu saat kau bermain cinta
dibelakangku ? kau tetap bersiteggang bahwa kau lah yang benar dan kau
menyerang balik diriku mengapa juga aku mengungkap kasus yang memposisikan
dirimu salah seperti ini.
Mulai
dari sini aku memilih untuk menjauhi temanku, mengapa aku memilih hal tersebut
dan tak menjauhi kamu !! karena jujur aku mencintaimu lebih dari apapun.
Waktu
berjalan lama akhirnya kelakuan burukmu aku ketahui lagi. Kau bermain cinta
dengan pegawai indomaret di salah satu kota. Kau sampai menginap di kosan
laki-laki tersebut, entah apa pemikiranmu sampai-sampai kau lakukan hal
tersebut. Sungguh aku tak kuat berfikir lagi saat tahu kau lakukan hal tersbut.
Lantas
apa yang terjadi ? kau tetap saja tak mau mengakui kesalahanmu, yang ada kau
malah menyalahkanku mengapa harus tahu kalau kau bermain serong di belakangku.
Dua
catatan penting dalam hidupku yang takan mungkin lagi aku lupakan seumur
hidupku. Aku lebih memilih diam dan terserah saja apa yang kamu lakukan. Aku
memilih pasrah kepada Tuhan tentang apa yang kau lakukan padaku. Karena aku
percaya di dunia ini ada hukum sebab-akibat.
Follow me on @aliahsanID
No comments:
Post a Comment