Thursday, October 8, 2015

WATCHDOC, TEROBOSAN BARU TONTONAN YANG MENDIDIK



WATCHDOC, TEROBOSAN BARU TONTONAN YANG MENDIDIK

)* Ali Ahsan Al- Haris

Sumber Gambar : Madeinkampus
Apakah pembaca pernah mendengar film documenter dari watchdoc tentang Semen VS Samin, Kala Benoa ataupun Belakang Hotel. Film-film documenter tersebut menyampaikan pesan moral yang teramat dalam bagi kita semua. Akan tetapi, bagi penonton yang kurang faham terkait dengan title judul yang Watchdoc angkat, pembaca dapat search terlebih dahulu refensi-refensi terkait agar dalam menonton filmnya dapat merasakan betul apa yang watchdog sampaikan kepada kita semua.

Meski dalam perjalanya ada pro dan kontra, setidaknya film-film yang watchdog angkat dapat memberi pelajaran kepada kita semua, bahwasanya masih banyak saudara kita di luar sana yang perlu memerlukan perhatian dan aksi nyata dari kita smeua. 

Film dari Ekspedisi Indonesia Biru [Watchdoc] selain video pendeknya yang telah saya tonton antara lain; Semen VS Samin, Kala Benoa, Baduy, Lewa Di Lembata. Dari judul film di atas yang paling saya sukai alur ceritanya adalah Semen VS Samin, meski hanya mengambil satu sudut pandang, yakni para Suku Samin. Saya akui sangat bagus, suku yang pantang menjual tanahnya [Sawah], Pantang berdagang maupun berbahasa Indonesia, pelajaran penting yang saya dapat dari film tersebut khususnya Suku Samin adalah manajemen keuangan serta pengelolaan sumberdaya alamnya yang benar-benar di manfaatkan secara optimal oleh kelompok mereka, hal ini dapat di bilang BERDIKARI [Berdiri Di Atas Kaki Sendiri]. Meski hal tersebut sebenarnya sudah tercermin dalam prinsip koperasi, yakni dari anggota untuk anggota, kalau Suku Samin, dari alam untuk mereka dan kembali ke alam (Meski bahasanya agak memaksa juga sich).

Namun kekurangan dari film Samin VS Samin adalah kurang menyorot secara tajam siapa otak intelektual maupun parlemen dan atau parpol serta ormas di balik ekspansi PT. Semen Indonesia ke Pati, Jawa Tengah. Kalaupun dari Ekspedisi Indonesia Biru maupun Watchdoc dapat memfilmkan hal tersebut saya akui posisi mereka akan sama kontroversialnya dengan Joshua Oppenheimer pembuat film The Act of Killing [Jagal] dan Senyap yang sontak kehadiranya membuat beberapa LSM, Politisi, Ormas maupun pihak parlemen kalang kabut. 

Namun saya menyadari juga bahwasanya telah disampaikan di muka jikalau film Semen VS Samin hanya mengambil satu sudut pandang, Suku Samin.
Kalau alur cerita film produksi Watchdoc yang saya sukai adalah Semen VS Samin, dalam hal angle atau pengambilan gambar jujur saya menyukai film Lewa Di Lembata, kalau anda sudah menyaksikanya; drone yang selalu menjadi andalan Watchdoc lagi-lagi menyuguhkan pemandangan yang luar biassa hebat, selain alur cerita yang lebih lengkap daripada Semen VS Samin, Lewa di Lembata menyampaikan sejarah penangkapan ikan paus, hiu mapun pari yang tertangkap lalu di bagikan kepada janda, orang tidak mampu dan anak yatim piatu di Lamarera, aspek sosial budaya yang Watchdoc sampaikan di setiap film garapanya membuat bulu kuduk saya selalu merinding saat menontonya.

Dalam hati saya sering beranggapan, berbicara angle pengambilan gambar, sampai saat ini saya masih mengacungi jempol pada cameramen National Geographic. Gambar serta video yang mereka tampilkan selalu membuat penonton terkagumm-kagum. NET.TV, stasiun baru  di jagad tanah air ini sadar tak sadar menawarkan konten hiburan lain daripada yang lain, saat menonton acara-acara yang ditampilkanya, pernah saya beranggapan kalau cameramen NET.TV tidurnya selalu memeluk kamera sehingga gambar-gambar yang di ambilnya selalu berbeda dengan cameramen stasiun televisi yang lain. Nakh untuk cameramen watchdoc, saya selalu berfikir mungkin abang Dandhy Laksono dan Suparta Arz adalah alumni cameramen dari National Geographic dan NET.TV; alasan saya ini beragkat dari hasil gambar yang mereka dapatkan.

Sementara itu saja dahulu, kebetulan saat saya menuliskan naskah sederhana ini sedang dalam keadaan flu. Sehingga kondisi badan belum fit betul. Terimakasih banyak pada Watchdoc yang telah memberi tontonan yang mendidik bagi saya dan bagi warga negara Indonesia. Go a Head.

No comments:

Post a Comment