Thursday, December 31, 2015

Suhu, Mentor Pertama Ali di Kota Bunga

Suhu, Mentor Pertama Ali di Kota Bunga
Part I

*Ali Ahsan Al-Haris

Bertemu lagi dengan saya, maaf maksut saya bertemu lagi dengan tulisan saya. Pada tulisan ini sedikit banyak saya akan melanjutkan sebuah cerita-cerita tak bertuan. Kali ini saya akan membahas salah satu dari sekian teman/ sahabat  Saudara bahkan mentor bagi saya yang tak lain tak bukan saya sebut dirinya dengan SUHU.

Mengapa saya menyebut tokoh yang akan saya ceritakan ini dengan julukan Suhu dikarenakan tokoh tersebut adalah sekian dari banyak orang yang aku temui sekaligus aku belajar darinya dalam berbagai hal dengan notabe Gila, gila karena secara logika takan sampai aku fikirkan.

Mari kita mulai, Bismillahirrahmanirrahim. Saya bertemu denganya pada tahun 2011, untuk tanggal dan bulanya saya lupa. Seingatku pada saat itu bulan Ramadhan pertamaku di Kota Malang; salah satu kota ter Gila yang pernah aku sambangi dengan berbagai misterinya.

Sosoknya bertubuh kurus tinggi, kulitnya sawo matang seperti kebanyakan orang Bumi Putera. Rambutnya pada saat itu agak panjang tak rapi. Biasa berpakaian yang menurutku waktu itu cenderung aneh dan lucu. Mengapa cara berpakaianya aku anggap lucu karena tidak mencerminkan kebanyakan mahasiswa yang stylish dan rapi. Jujur pada pertama kali bertemu denganya aku berkesan padanya bahwa orang ini cenderung sulit untuk bergaul. Sosoknya yang pendiam dengan pandangan yang mengoreksi setiap hal yang dilihatnya menambah keyakinanku bahwa orang ini memang sulit di ajak ngobrol.

Pada saat itu dia memiliki kebiasaan jarang pulang ke kos, dengar-dengar menyelidik ternyata aku tahu bahwa dia suka tidur di UKM, kos temenya dan ternyata dia juga punya kontarakan lagi di luar kos yang kita tempati bersama. Kebiasaanya tersebut sebenarnya bukanlah masalah bagiku, karena sedikit banyak aku sudah tahu bahwa dunia mahasiswa memang di sibukan dengan berbagai kegiatan akademik maupun aktivis, dan aku memang menilai dari awal kalau dia adalah salah satu aktivis kampus di Kota Malang.

Singkat cerita aku mulai akrab denganya karena dia memiliki kebiasaan menonton film dan membaca buku di dalam kamar. –Perlu  pembaca ketahui, kamar anak kos berada di lantai dua; kamarnya berada paling ujung dekat balkon kos. Balkon digunakan anak-anak kos untuk sekedar duduk santai sambil ngopi, ngerumpi, baca buku, merokok atau mengawasi keadaan bawah. –saat aku mau ke balkon untuk melihat lihat kondisi di bawah, pintu kamarnya yang tidak tertutup rapat membuatku dapat melirik sekilas apa yang ia kerjakan. Di antara anak kos, dia salah satu pemilik dipan dengan ukuran lebar, dipan berukuran persegi yang salah satu ujungnya datar di fungsikan dia untuk menaruh laptopnya sembari nonton film. Sedikit-sedikit aku beranikan untuk tiba-tiba nyelonong masuk kamarnya tanpa mengucap salam [Hal ini kalau sekarang aku fikir memang konyol dan tak sopan, tapi itulah Ali] sambil ikut nimbrung nonton juga. Aktivitas ini lama kelamaan diketahui oleh dia, aku pun di sapa olehnya untuk di ajak gabung nonton. Kalau gak salah waktu itu kita nonton film Fast and Furios, entah itu seri berapa aku lupa. Berawal dari situlah aku mulai akrab denganya.

 Sebenarnya kalau berniat menulis cerita ini sesuai pola novel dan penguatan tokoh jujur saja aku tak sanggup, bukan berarti aku tak sanggup atau sejenisnya. Karena begitu banyak pengalaman dan kenangan yang aku alami denganya. Sebagai rasa penghargaan dan rasa terimakasih yang mendalam untuknya maka cerita sederhana ini semoga dapat tersampaikan padanya. Kenapa kok gak bilang langsung saja ? karena aku punya cara sendiri yang menurutku lebih tepat dan apresiative dalam berterimakasih. Semoga.

Setahuku, ingat setahuku lho ya !! hehe. Dia berasal dari background yang berkeluarga bagus dan harmonis, anak terakhir dari tiga bersaudara. Memiliki sosok kakang dan mbakyu. Berasal dari daerah dekat lubang 65 dan yang paling penting untuk pembaca ketahui juga. Dia memiliki sosok ikhlas luar bisa gila, pemikiranya yang idealis di lengkapi dengan kejujuran yang tiada tara membuatku hormat padanya.

Bicara pengalaman apa saja yang pernah aku alami denganya, ribuan kenangan yang memang harus saya tulis. Namun aku hanya akan menulis beberapa saja yang menurutku begitu membekas di hatiku sampai saat ini. Hal ini bukan berarti yang tak saya sebutkan tidak berarti. Ini masalah penerimaan pribadiku, karena bisa saja yang kutulis nanti menurutnya itu biasa saja dan sebetulnya banyak hal yang harusnya di akui olehnya hal itu diperjuangkanya untuku namun malah aku menganggapnya bisa saja.

Pendidikan karakter dengan Naik Gunung, dulu waktu aku SMK kelas 2 sering ngeNet. Selain mengerjakan tugas-tugas sekolah aku sering buka-buka gambar gunung yang terkenal di Indonesia, dan pada saat itu yang aku buka adalah gunung Semeru. Tepat saat aku melihatnya aku berdoa agar Allah mengizinkan aku untuk bisa kesana. Lanjut saat aku kelas tiga SMK, aku melakukan agenda tahunan sekolah yakni Pelatihan Sistem Ganda (PSG), semacam maggang bagi anak SMK yang memakan waktu  4-5 bulan. Kelompoku PSG nya di taruh di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Beberapa minggu di sana aku bertemu dengan orang yang berprofesi sebagai Supliyer ikan untuk pabrik, biasa aku panggil dengan sapaan akrab Mas Teguh. Singkat cerita aku mulai akrab denganya, aku di tawari maen ke rumahnya yang jaraknya kisaran 2 Km dari basecampku. Ternayata ekh ternayata, dia memiliki hobi naik gunung. Kebetulanya juga dia memperlihatkan foto-foto pendakianya di Gunung Semeru. Entah kenapa Allah mempertemukan aku dengan mas teguh, sepertinya doaku untuk naik semeru mulai terwujud. Dia mengenalkan padakau adiknya yang pada saat itu semester 7 sedang kuliah di Universitas Brawijaya Malang. Adiknya mas teguh yang bernama Tomi bilang ke aku “Kalau nanti lulus dan mau lanjut coba saja di Brawijaya dek,  ada Fakultas Perikanan kok [Mas Tomi merekomendasikan saya pada Fakultas Perikanan dikarenakan saya adalah siswa SMK Jurusan Perikanan], Selain itu mas juga aktif di Impala- [Pada saat itu aku hanya mengangguk saja sok tahu apa itu Impala] –nanti masuk Impala juga biar hobi kamu saat SMK dapat tersalurkan secara baik”.


Singkat cerita akhirnya aku lulus SMK, berkeinginan untuk lanjut sekolah lagi. Mulai dari sekolah Pelayaran Sorong Papua, Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, Akademi Perikanan Sidoarjo, Sekolah Tinggi Statistik aku coba semua dan hasilnya gagal. Opsi terakhir hanya daftar SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Pada saat itu aku memilih jalur IPA yang hanya boleh diperkenankan memilih dua jurusan saja. Sedikit cerita saja, pemilihan kampus mana dan jurusan apa sempat aku bingungkan juga. Ibu saya menyarankan di Universitas Diponegoro saja, alasanya dekat rumah dan banyak kenalan akrab Dekan-dekan di sana. Bapak saya menyaranankan di IAIN Walisongo Semarang (Sekarang UIN Walisongo), alasanya karena Bapak banyak orang dalam yang nanti bisa bantu. Akhirnya aku tetapkan juga aku hanya memilih jurusan di Undip saja. Lain waktu Mas saya telfon untuk nyoba di Brawijaya saja, alasanya “Mosok dua pilihan Undip kabeh nang, sijie Brawijaya ae cobak”. Akhirnya aku tetapkan untuk memilih Undip dan Brawijaya.

No comments:

Post a Comment