Sastrawan Jalanan
Part 6
Selamat petang
pembaca, semoga kabar baik menyertai kalian semua. Tak terkecuali yang sedang
di rudung masalah, di tolak cintanya, yang bingung selepas yudisium mau ngapain
dan tentu yang gagal yudisium semoga ada keberkahan sendiri. Oh iya, tak luput
bagi kalian yang mungkin sedang memikirkan judul tugas akhir semoga saja
mendapatkan ilham dan keberkahan dalam memakanai proses mengerjakanya nanti.
Tentu bagi
pembaca takan faham dengan apa yang aku tulis jika tidak mengikutinya dari
awal, toh aku juga sebagai penulis juga bingung memaknai aktifitas konyol ini.
secara proses memang aku rasai mendapatkan semangat untuk menulis lagi, namun
secara makna aku juga terbawa bingung tulisan ini akan bermuara kemana. Kalau tidak
karena si sastrawan jalanan, bisa jadi aku takan memulai untuk menulis lagi,
tapi apa daya rasa pertemanan yang sudah menulang sumsum menjadikan hal ini mau
tak mau dan harus untuk segera naik upload.
Ditengah
kepadatan jadwal dan aktifitas, hehe. Aku belum berkesempatan bertemu dengan
penulis puisi-puisi yang begitu melankolis ini. toh kabar benar tidaknya dia
ada di Malang juga belum aku ketahui, tapi semoga saja dia selalu dalam
lindungan Tuhan.
Ada beberapa
kawanku yang mengira jika puisi-puisi ini hasil karyaku sendiri, mereka salah
besar karena sejak dulu aku tak berbakat menulis terlebih lagi membuat puisi. Lebih
parah dari tanggapan beberapa kawanku adalah, model tulisan ini sengaja aku
pakai sebagai kedok untuk menutupi keahlianku dalam menulis puisi, bahahaha. Tentu,
tidak sama sekali.
Dari belasan tanggapan,
dua diatas tadi adalah hal paling konyol yang sempat aku baca, tapi ya gpp
juga. Aku haturkan terimakasih, kok.
Jadi begini lho,
rek. Tulisan ini adalah rasa terimakasihku atas anugrah Tuhan yang telah
memperkenalkanku dengan manusia yang sedikit edan dalam hal pemikiran, memiliki
laku pertapa dalam keramaian dan cenderung suka di hujat atas
pemikiran-pemikiran pribadinya. Memiliki hobi membaca buku dari mulai setipis
perasan wanita dan setebal kepekaan calon mertua, namun perlu diketahui,
banyaknya buku yang ia baca adalah hasil dari pinjaman kawanya semua, serasa
cinta tapi tak pernah memiliki bukan.
Pria berambut
gondrong pemilik ratusan puisi yang sempat aku curi ini memiliki profesi yang
sangat mulia, jadi juru parkir. Pria yang sampai detik ini tak memiliki
handphone dan hanya bisa di ajak komunikasi lewat kontak batin semata ini jika bertugas
mengendalikan parkiran tak pernah meminta imbalan saat memoderatori maju mundurnya
ban mobil dan akan berterimakasih sekali jika imbalanya adalah ucapan
terimakasih dan senyuman manja para pelanggan café tempatnya bekerja. Rasa pertemenanku
dengan dia muncul saat dia memiliki bakat yang tak mau diketahui oleh orang,
sedangkan aku yang berusaha jadi penulis berbakat tapi selalu gagal di tengah
jalan, dua alasan itulah yang membuat kami bersepakat secara batin bahwa ini
adalah momentum untuk menyerang Negara api.
Hasilnya ya
begini, postingan berlabel sastrawan jalanan tak pernah sundul 400 pembaca,
rata-rata pada angka 250-280 pembaca. Apa begini susahnya ya jadi agen-agen
dunia maya penebar cinta agar semua manusia berdamai betapa indahnya sastra. Oke sudah ya
Aku cukupkan
saja, kalau tulisan ini diteruskan takan bermanfaat lagi. Terutama bagi pembaca
yang sedari tadi sudah tak sabar membaca karya apa lagi yang aku publish malam ini.
Aku hadirkan dua karanganya Bung Gondrong si pengendali parkiran.
Pertama ada prosa
berjudul Tanganku, bagiku karya ini
mugkin muncul di saat penulis galau akan kerinduan sosok perempuan idamanya,
dari sini aku baru sadar kalau manusia semacam dia bisa naksir lawan jenis,
hahaha. Karya kedua berjudul SuratMu, saat
aku membacanya teringat kasus penolakan pendirian pabrik semen di Rembang Jawa
Tengah, sungguh begitu indah persenggamaan kata per kata yang ia susun. Saya akhiri,
selamat membaca. Ali Ahsan Al Haris
Karya
1
Tanganku
Tangan waktu melemparkanku dari tanah dari laut ibu ke
tanah ke laut tak menentu. Maka inilah tanganku sendiri: lelaki mabuk dalam sebuah
kamar berantakan.
Perempuan dalam kesunyian kertas-kertas. Setiap suara
dan bunyi yang diseretnya dari jalanan kemudian diremasnya menjadi kata. Lalu pikiran-pikiran
dan perasaan-perasaan baru berjatuhan darinya. Dan kerja-kerja terus berputar
silih berganti mengisi ruang ruang terkutuk.
Tanganku, kau telah dan sedang menjalani ketabahan
menyedihkan: kemerdekaan yang harus diraba raba terlebih dahulu di antara
banyak kepalsuan yang mesti kau masuki tanpa ampun.
Di antara banyak bibir dan lubang dalam dan dangkal
yang kau temui itu ada pernyataan dan makanan dan bangkai dan bau busuk dan
limbah dan tubuh rusak mesti pula kau sapa. Tapi bagaimanapun persis setumpukan
huruf celaka tak kunjung mendapat bentuknya sebagai prosa paling sederhana saja
misalnya, tanganku tetap sabar menunggu banyak kedatangan.
Tanganku berulang kali gemetar kembali bila syaraf-syarafnya
terangsang berbagai penerimaan atau penolakan. Tanganku sejenis cinta yang setia
namun kasar mencetak tuannya jadi manusia.
Juli 2016
Karya
2
SuratMu
:Tersebab Surat Ibu-Ibu Penghuni Tenda Perjuangan Rembang untuk Seniman Artjog dan Mojok.Co
:Tersebab Surat Ibu-Ibu Penghuni Tenda Perjuangan Rembang untuk Seniman Artjog dan Mojok.Co
Menambal sendiri sobekan tenda mulyanya yang sederhana
Tempat mereka sembahyang dan berdoa tiada putus
Dalam begitu sabar mengetuk hati gerombolan karun
Dan firaun yang maha bebal maha loba
Setelah ibu ibu mengecor kaki mereka di depan istana
Sebagai cara mereka mengetuk hati gerombolan karun
Dan firaun yang maha bebal dan maha loba itu
Malam ini mereka melayangkan pesan suci
Bagi anak anaknya yang celaka
Dan ArtJog juga Mojok.Co
Dua hayawan berakal bulus tak tahu arah pulang apalagi ini?
Bulan suci bulan yang membuatku jadi tambah ingat puisi
Berjudul Selamat Idul Fitri dari kyai Mustofa Bisri
Puisi yang kemudian membuatku terhenyak setengah mati
Sebab sang penyair berulangkali mengucap selamat idul fitri
Sambil dengan nada satire namun pilu menyayat hati
Meminta maaf tak henti henti
Kepada burung burung dan tumbuhan kepada laut dan mentari
Kepada pemimpin juga rakyat jelata kepada langit juga bumi
Dan ArtJog juga Mojok.Co
Dua hayawan berakal bulus tak tahu arah pulang apalagi iniKenapa di bulan penuh rahmat
Justru keduanya terang terangan menampakkan
Mukanya sebagai penjilat
Ketika seluruh makhluk belajar mengendalikan diri dan keras bergulat
Menghayati arti lapar dan arti maslahat
Atas nama nilai seni dan martabat kebudayaan
Sampai perjuangan kemanusiaan
Dimakannya barang kotor dan
menjijikkan itu sekalian
Oh Freeport perusahaan tambang
asing musuh seluruh makhluk
Musuh kami tujuh turunan itu malah
uangnya rakus mereka embat
Oh Bank Mandiri lembaga keuangan
yang baru saja mengucurkan
Dana pinjaman trilyunan kepada PT
SG
Untuk memuluskan perusakan alam
dan tatanan kehidupan
Masyarakat pegunungan Kendeng
dengan pendirian pabrik semen
Malah uangnya rakus mereka embat
Oh ramadhan dua hayawan apalagi
ini
Juni 2016
No comments:
Post a Comment