Sastrawan
Jalanan part 5
Aku dan kalian masih manusia biasa,
belum sampai pada taraf menjadi dewa bahkan nabi. Rasa malas yang datang di
akhir pekan menjadi anugrah bagi pemuda sepertiku, memang mau jalan sama siapa?
Haha. Bukan berarti rasa malas yang menyerbu linier dengan pengantar yang aku
tulis ini, toh memang kenyataanya seperti itu. Rasa malas beraktifitas berakibat
pada ketumpulan fikir dalam menulis, aktifitas ini persis yang di utarakan oleh
kawanku, “… terlalu lama menganggur membuat ketumpulan berfikir dan rasa psimis
yang berkepanjangan …”
Aku masih belum bertemu dengan si
penulis, dengar-dengar dia sudah ada di Malang. Biasanya kalau penulis sudah di
Malang tiba-tiba nyelonong ke kontrakanku, senyum-senyum manja bertanya kabar
dan menawarkan mau ngobrol di mana kita, Pak.
Tapi yasudahlah, kali ini ada dua
puisinya yang sengaja aku publish. Pertimbanganya sederhana, karena puisi yang
masuk draft publish hari ini terlalu pendek, khawatir membuat pembaca tak
menerima esensinya, cenderung kentang, mungkin.
Puisi yang kedua mengingatkanku saat
aku masih kecil dulu, masih menjadi murid dasar dan paling sering merubah cita-cita.
Hal tersebut bertambah saat aku naik ke jenjang yang lebih tinggi, semakin
tinggi jenjang pendidikan formal semakin sering pula kita berganti cita-cita,
iya kan. Petikan puisi tentang Buku Sekolah dapat menjadi bahan refleksi kita
semua, terkhusus generasi sekarang, bersekolah dan bekerja menjadi hal yang tak
bisa di pisahkan. Lantas kalian yang membaca blog ini mau marah dan berujar “…
aku sekolah tinggi-tinggi untuk melawan pembodohan, bukan untuk mencari
pekerjaan …” itu boleh-boleh saja, karena hal itu benar adanya. Ya ya ya ya kan.
Sekali
lagi terimakasih, selamat pembaca. Ali Ahsan Al Haris
Puisi 1
Tualang
Setiap rindu akan tersesat di perempatan
Karena di jalan segalanya adalah
peristiwa
Bahkan juga ketiadaan
Dan percayalah bahwa denyutku pulang
berkali
kali
Mengetuk
pintu rumah tanpa surat dan pemberitahuan
Ruang dan waktu
Sandiwara di atas pusara
Sebab siapakah pemilik rencana di antara semua ini
08 Januari 2014
Puisi 1
Tentang Buku
Sekolah
:with Ilham
Gabriell
Buku sekolah
Buku sekolah adalah
Buku pelengkap cita cita:
Jadi dokter
Jadi tentara
Jadi polisi
Jadi jenderal
Jadi presiden
Jadi insinyur
Jadi profesor
Buku sekolah
Buku sekolah adalah
Buku sangat kaku
Membuat tumpul pikiran
Dan mental manusia
Sampai sampai para murid
Kering monoton imajinasinya
Dulu ketika sekolah
Aku pernah ditertawai seorang guru
Dan teman sekelas
Karena menjawab
“aku ingin jadi petani sukses di
rumah sendiri”
Waktu di sela-sela pelajaran
Kami sempat ditanya
Tentang cita cita
Cita citaku belum ada
Di dalam buku sekolah
Dan guru guru pun
Rupanya gengsi menyinggung itu
April 2016-2017
No comments:
Post a Comment