Apa yang
Salah Dengan Hanya Membaca ringkasan Buku?
*Ali Ahsan Al Haris
*Ali Ahsan Al Haris
Beberapa waktu lalu saya ngobrol
dengan kawan saya perihal membaca ringkasan buku, atau biasa kita kenal dengan
resensi. Kawan saya bukan tipikal pembaca berat, tapi dia sangat suka
membicarakan tema yang bagiku berat dan kudu membaca buku buku yang terbilang
berat juga.
Kalau membaca resensi buku memang
saya sering melakkan haltersebut, tapi aktifitas membaca cermat (satu buku
secara utuh) masih saya lakukan sampai sekarang, bahkan dengan buku yang
topiknya sangat spesifik pun. Pertanyaan utamanya adalah, jika tujuan kita
membaca adalah untuk menambah pengetahuan,apakah metode membaca hanya berpegang
dengan resensi buku tanoa membaca buku tersebut masuk akal?
Mengapa harus membaca?
Ada banyak alasan untuk membaca buku, tetapi bagiku
hanya dua alasan yang sangat masuk akal, yakni pengetahuan atau hiburan. Saya sering membaca buku yang saya rasa itu memang penting dan lekat dengan
suasa hati. Jika
hiburan menjadi tujuan saya, tentu buku
dengan genre fiksi
akan sangat cocok. Namun jika saya ingin tujuan pertama,
tentu buku yang mayotitas teori dan peristiwa akan menjadi santapan ber jam
jam. Namun jika kalian lebih memilih membaca resensi buku tanpa membaca bukunya
terlebih dahulu, bagiku ide tersebut tidakterlalu buruk juga.
1.
Buku, seperti halnya manusia, memiliki hal hal
yang luar biasa dan berbeda beda.
Sebuah resensi buku memberikan benang merah dari buku
tersebut tanpa perlu banyak detail. Hal tersebut tentu berangkat dari siapa
yang menjadi peresensi buku, tingkat konsentrasi dalam membaca dan seberapa
besar dia memahami sebuah buku.
2.
Sangat jarang orang yang membaca buku secara
cermat dan faham dengan buku yang dia baca.
Bagi yang konsentrasinya kurang bagus dalam membaca buku
secara cermat, tentu resensi buku menjadi solusi yang sangat jitu, karena
memang ini alasan yang paling masuk akal untuk memahami sebuah buku daripada
tidakmembaca sama sekali.
No comments:
Post a Comment