Menulis
*Ali Ahsan
Al Haris
Instagram, facebook dan twitter
menjadi platform terbesar dalam hal foto dan share tulisan terbesar dekade ini,
setidaknya ini menurut saya.
Siapa sangka ketiga sosial media
diatas yang secara hakikat menjadi ranah untuk sharing hal bermanfaat, kini
bergeser menjadi tempat untuk adu gengsi. Dulunya di lihat sebelah mata,
ternyata sekarang menjadi sarana mendulang uang dengan cara berjualan produk
maupun jasa.
Dari pergeseran-pergeseran
tersebut, satu yang saya tangkap tak lekang di telan zaman. Yes, share tulisan
yg bermanfaat dari orang-orang yg getol dan konsisten bersua lewat jejaring
sosial media dewasa ini.
Lokasi di Tebing Arosbaya Bangkalan Madura |
Bahkan saya memiliki kesimpulan
jika ingin mengetahui karakter seseorang secara sekilas saja hanya dengan
mencari tahu konten sosial medianya.
Begitu mudah bukan, tinggal saya
lihat siapa yg mereka follow di akun instagramnya, saya baca postingan facebook
mereka, saya cari tahu twittwar mereka ke siapa saja, tuntas saya dapat menilai
karakter kawan-kawan saya.
Begitu juga dengan menulis,
terlebih kawan-kawan saya di MAJ yang getol menulis di wall facebook mereka.
Ada yg fokus membahas kesehatan seperti Kang Muhammad Islam Rifa'i atau
fokus sharing kegiatan sehari-hari macam Kang Kafi Kita Mereka
semua dan kawan-kawan MAJ tetap konsisten dengan gaya tulisanya masing-masing.
Tidak perlu mengemis like dari para
netizen, tidak perlu menjadi fakir sanjungan untuk tetap aktif menjadi
kontributor platform masing-masing. Tetap setia dengan cara masing-masing,
karena itulah kunci bahagia.
Kalau saya sendiri sih, menulis
dengan santai saja. Tidak harus dengan pembahasan berat, karena bagiku kunci
hidup bahagia ya dengan melucu. Kalau tak lucu, berarti hidupmu kaku.
Ketika kritik dibungkam.
Tulisan di judge tanpa di timbang.
Di tuduh subversif dan mengganggu umat.
Satu kata.
Tulisan di judge tanpa di timbang.
Di tuduh subversif dan mengganggu umat.
Satu kata.
LAWAK.
No comments:
Post a Comment