Meridhai Allah
*Ali Ahsan
Al Haris
Beberapa hari yg lalu saya bertemu
dengan salah satu penjaga parkiran di institusi pendidikan. Saya sendiri tidak
mengenal betul siapa bapak ini, tapi obrolan kami sangat akrab karena ternyata
bapak jukir ini kenal baik dengan salah satu senior saya waktu sekolah dulu.
Saya mengenal betul siapa senior yg
dimaksud oleh bapak ini, selain sekolah, senior saya ini sangat aktif membantu
para jukir untuk memperjuangkan kesejahteraan mereka. Dari mulai gapok,
tunjangan bulanan dan kejelasan kontrak para jukir. Dari hasil perjuangan
senior saya dan kawan-kawan inilah para jukir mendapatkan kesejahteraanya, ya
bisa di bilang tidak seperti yang lalu itu.
Karena bapak ini menjadi ring 1
para jukir untuk berjalan bersama sama dengan senior saya, dan hasilnya memang
sudah jelas terasa. Maka obrolan saya dengan beliau seperti kawan lama yang
sudah tidak jumpa.
Nah yang menarik, saat saya
bertanya perihal gaji yg sekarang diterima apakah cukup untuk kebutuhan bulanan
beliau. Kesimpulan yg saya dapat dari beliau, hidup itu harus ridha meridhai
setiap apa yg di dapat, kalau sekali saja tidak ridha dengan yg kita dapatkan,
itu bisa menjadi petaka untuk diri sendiri dan keluarga. Apa yg di maksut petaka
disini? Matinya hati akan rasa syukur atas semua nikmat yg Tuhan berikan, itu
intinya.
Kita sering menuntut lebih ke
Allah, sekali doa kita tidak di kabulkan oleh Allah, kita sering sambat dan
selalu mengeluh kenapa kenapa kenapa dan kenapa kok tidak bisa, tidak seperti
mereka, kenapa susah dan susah.
Mbokya kita itu belajar meridhai
Allah, jangan suka curiga sama Allah.
Lantas saya bertanya pada beliau,
"Pak, sampeyan kuwi meridhai Allah atau malas berusaha sehingga apa-apa
sampeyan syukuri sehingga malas berusaha lebih giat?
Bapaknya diam, saya nya bengong. Saya
seruput kopi yg sedari tadi dingin, mata bapaknya tajam menikam saya, dan kami
tertawa bersama. Hahaha
No comments:
Post a Comment