Monday, October 28, 2019

Manusia Adalah Hewan Yang Online

Manusia Adalah Hewan Yang Online

Sebelum menjurus maksud apa yang saya tulis dengan judul di atas, pembaca tentu pernah mengalami kebosanan dalam rutinitas. Pada sela-sela kebosanan itu, saya banyak menghabiskan waktu untuk membaca buku atau menulis, harapannya tentu agar waktu yang semakin menggerus umur tetap tampak produktif dan bermanfaat.
Ditemukannya judul ini adalah proses kristalisasi saya dari banyak membaca artikel-artikel ber genre saintek, dalam gagasan yang saya tulis ini adalah apa yang saya alami begitu pun pengamatan saya pribadi dalam lanskap sosial kehidupan saya.
Isi daripada tulisan adalah tanggung jawab penulis/ Ali Ahsan Al Haris

Oke, pertama saya akan awali dari obrolan kelompok kecil saya bersama kawan-kawan yang menasbihkan diri dalam WAG semesta. Jika tidak ada halangan, kami biasa kopdar kecil-kecilan seminggu sekali, dalam sela obrolan ngalor ngidul itu sedikit banyak kami membicarakan fenomena sosial kekinian, salah satunya adalah pesatnya media daring dan dampak bagi penggunanya; kita, manusia tentunya.
Kebiasaan kopdar di warung kopi, kami sering mengamati dan terkadang terjebak dalam keasyikan dunia maya lewat gawai yang kita miliki. Jika saya amati betul, kopdar yang memakan waktu kurang lebih tiga jam setiap minggunya, kami efektif ngobrol hanya setengahnya, selebihnya kami asyik dengan gawai maisng-masing.
Pesatnya kemajuan internet memberikan dampak yang begitu besar terhadap kehidupan manusia, utamanya dalam relasi sosial hari ini. Kita serasa memiliki ruang yang sangat luas tanpa batas untuk bertemu maupun berekspresi, bahkan dengan orang yang belum kita kenal. Perkoncoan dunia maya cukup hanya dengan follow, approve, chatting dan online. Relasi perkoncoan semacam itu adalah budaya baru, terbantu dengan adanya jaringan internet yang kemudian saya fahami dengan relasi sosial internet.
Ketika tersambung dengan internet, secara faktual raga kita merasa eksis dengan gawai yang kita pakai, namun kita tidak sadar bahwasanya yang kita rasakan hanyalah realitas maya. Dalam artian saat kita online/mengakses internet, kesadaran kita tidaklah eksis di realitas offline. hal ini dibuktikan dengan berhentinya interaksi kita dengan benda atau lingkungan disekitar kita selain gawai yang kita pakai.
Jika masih belum paham dengan apa yang saya maksud, saat kita sibuk berselancar di dunia maya; keterpautan kesadaran dengan realitas offline terputus. Bahasa gaulnya kita dalam kondisi fana. Bukan fana dalam arti sufistik, melainkan fana sebagai kondisi ketiadaan kesadaran dalam realitas offline.
Masih perlu bukti, bukankah kita sering mengalami ekpresi tiba-tiba tertawa, mengumpat, menangis dll di depan gawai? Reaksi semacam itu muncul dengan spontan dari kita tanpa menyadari secara utuh realitas offline di sekitar kita.
Online juga dapat saya artikan kondisi lenyap nya kesadaran pikiran seseorang dari realitas offline, karena kesadarannya telah masuk ke dalam realitas online dan menyatu dengan dunia yang diciptakan secara imaji bernama teknologi cyber.
Masih belum paham? Tenang, tulisan ini bukan untuk kalian pahami, melainkan untuk kalian caci maki.

Santuyy, jangan lupa ngopi.

No comments:

Post a Comment