Saturday, January 4, 2020

Harga Diri Lelaki Dalam Buku Mereka Sibuk Menghitung Langkah Ayam

Harga Diri Lelaki Dalam Buku Mereka Sibuk Menghitung Langkah Ayam


Buku kedua di tahun 2020 yang selesai saya baca adalah Karangan wartawan senior yang namanya sudah dikenal luas, Alm. Rusdi Mathari (Cak Rusdi). Saya belum pernah bertemu dengan Cak Rusdi. Saya hanya mengenal beliau dari bukunya, tulisan di blog beliau dan cerita dari kawan-kawan Cak Rusdi seperti Mas Puthut, Mas Agus Magelangan, Nuran Wibisono dll. Dari pelbagai cerita dan buku Cak Rusdi yang saya baca. Semuanya hampir sepakat mengatakan bahwa Cak Rusdi selain keras dan kritis. Beliau adalah orang yang jenaka. Apalagi jika bertemu dengan kawan-kawan lama beliau macam Mas Puthut.


Saya belum mendapatkan informasi yang pasti di mana Cak Rusdi kuliah, yang jelas jurusannya Teknik Sipil. Kampusnya ada yang bilang ITN atau Brawijaya dan kena Drop Out lantaran pemberitaan miring yang menimpa beliau beserta kawan-kawannya.


Kejadian itu bermula pada suatu malam, Cak Rusdi dan beberapa orang kawannya baru saja minum-minum, pulang ke kosan. Cak Rusdi yang merasa mabuk berat memilih tidur. Yang tidak diketahuinya, beberapa orang kawannya membawa seorang perempuan. Beberapa penduduk kemudian menggerebek mereka. Cak Rusdi yang sedang tidur turut kena ciduk. Ia bingung, tentu saja. Mereka semua dibawa ke kantor polisi. Seorang wartawan kemudian menulis kejadian itu dengan dengan judul bombastis, bahwa sejumlah mahasiswa perantauan pesta seks, alkohol dan narkoba. Cak Rusdi marah besar, sebab kabar itu sangat bohong. Lantas kemudian Cak Rusdi mencari wartawan itu dan menantangnya berkelahi. Mereka berkelahi hebat sampai wartawan itu dihantam Cak Rusdi hingga tersuruk ke selokan. Termasuk kawan Cak Rusdi yang membawa seorang perempuan ke kosan, hancur lebam di gebuk Cak Rusdi.


Kejadian tersebut menjadikan Cak Rusdi minggat dari kampus dan merantau ke Jakarta menjadi wartawan yang memegang teguh prinsip. Cak Rusdi pantang menulis berita bohong dan terburu-buru, seperti wartawan yang ia gebuk dan tersungkur kedalam selokan itu.


Karir wartawan Cak Rusdi terbilang mentereng, sempat bekerja di media besar dan memiliki posisi penting. Selain aktif menulis di media, Cak Rusdi juga dikenal sebagai orang yang lihai dalam hal investigasi. Reportase Cak Rusdi terbilang berani dan rapi saat dibaca. Tulisan Cak Rusdi juga dapat kita baca di web pribadi beliau.


Buku yang saya baca ini terbitan Buku Mojok tahun 2018 terbitan pertama, dan saya baru selesai membaca 3 Januari 2019.


Buku "Mereka Sibuk Menghitung Langkah Ayam" adalah hasil reportase Cak Rusdi yang terdiri dari sembilan belas naskah ditulis pada tahun 2007 hingga 2014.
Naskah tersebut di antaranya: Pertama, Perjumpaan Cak Rusdi terhadap orang-orang yang terkena AIDS kemudian mereka dikucilkan. Ada banyak kisah yang diangkat mulai dari dalam negeri hingga luar negeri.


Kedua, cerita tentang persaingan bioskop yang cukup sengit antara Bioskop 21 dan Blitz Megaplex.


Ketiga, kisah-kisah menyedihkan dari panti-panti yang dikunjungi Cak Rusdi. Dan, mungkin akan membuat pembaca menguras air mata.


Keempat, cerita tentang keberanian Usman Hamid menghadapi Muchdi PR dalam usaha pengungkapan kematian Almarhum Cak Munir Said Thalib.


Kelima, kisah tentang Antasari Azhar yang terdiri dari tiga naskah. Kisah yang berisi intrik-intrik politik antara Antasari Azhar dengan lawan-lawan politiknya.


Keenam, sejarah band terkenal God Bless yang mana Cak Rusdi adalah pendengar setia lagu-lagunya.


Ketujuh, bercerita tentang kegemaran Cak Rusdi dalam mengunjungi pasar tradisional di dekat rumahnya. Menurut Cak Rusdi, pasar adalah tempat di mana orang jujur berdialog dan bertatap muka.


Kedelapan, sebuah liputan mendalam tentang pembalakan hutan di Kalimantan yang terdiri dari empat naskah.


Kesembilan, liputan dari Madiun Jawa Timur yang mengulas ketiadaan listrik. Padahal daerah yang dituju hanya sepelemparan bola sepak dari jalan besar.


Kesepuluh, sebuah kisah dari Solo tentang pengaruh Jokowi terhadap pembangunan di Solo.


Kesebelas, cerita tentang reklamasi Teluk Jakarta yang menuai konflik hingga saat ini.


Kedua belas, sebuah liputan dari DI. Aceh tentang jejak rekam peristiwa pasca tsunami yang melanda 26 Desember 2004.


Terakhir, sebuah liputan tentang diskriminasi terhadap sebuah kelompok. Reportase yang mengulas kelompok Syiah di Sampang ini menguak apa yang sebenarnya terjadi di Sampang, Madura, Jawa Timur beberapa tahun silam.


Dengan membaca sehimpun  reportase Cak Rusdi membuat kita kagum dengan kegigihan dan keuletannya demi menyusun sebuah tulisan. Selain itu, saya sendiri akhirnya mendapat sudut pandang baru dalam membaca dan menganalisa sebuah kasus lewat reportase yang dibuat oleh orang yang memang ahli dalam bidangnya.


Dari beberapa bab yang ada, saya sangat menyukai bagaimana Cak Rusdi menceritakan kisah para orang-orang tua yang menghabiskan hidupnya di panti. Hati ini menjadi tergerak untuk selalu hormat kepada orangtua dan menghargai semua profesi pekerjaan. Selain itu, kisah kelompok Syiah di Sampang menjadi cahaya baru bagi saya yang selama ini kurang paham apa yang sebenarnya terjadi dan melatarbelakangi kasus tersebut.

Saya kira hanya itu yang bisa saya tuliskan.

Sekian terimakasih.

Ali Ahsan Al Haris
Malang, 3 Januari 2020.

Resensi Buku Mereka Sibuk Menghitung Langkah Ayam Rusdi Mathari, Resensi Buku Mereka Sibuk Menghitung Langkah Ayam Rusdi Mathari, Resensi Buku Mereka Sibuk Menghitung Langkah Ayam Rusdi Mathari, Resensi Buku Mereka Sibuk Menghitung Langkah Ayam Rusdi Mathari, Resensi Buku Mereka Sibuk Menghitung Langkah Ayam Rusdi Mathari, Resensi Buku Mereka Sibuk Menghitung Langkah Ayam Rusdi Mathari, Resensi Buku Mereka Sibuk Menghitung Langkah Ayam Rusdi Mathari, Resensi Buku Mereka Sibuk Menghitung Langkah Ayam Rusdi Mathari, Resensi Buku Mereka Sibuk Menghitung Langkah Ayam Rusdi Mathari, 

No comments:

Post a Comment