MEMAHAMI HUMOR SUFI NASRUDDIN HODJA
*Resensi
Buku Kumpulan Humor Nasruddin Hodja oleh Ali Ahsan Al haris
Selepas membaca buku "Panduan
Ringkas Gerilya Kota" saya berencana membaca buku "ABC
Anarkisme" karangan Alexander Berkman. Pilihan untuk membaca dan meresensi
buku Kumpulan Humor Nasruddin Hodja terbitan Kakatua itu karena buku tersebut
belum tuntas saya baca di tahun 2020. Saya membeli buku tersebut di sebuah
pameran buku tempat saya menjadi buruh. Saya mendapatkan buku cetakan kedua
yang memiliki 220 halaman.
Saya pertama kali mendengar nama beliau
dari Mbah Nun di sinau bareng (Saya lupa lokasinya)...Mbah Nun bercerita saat
Nasruddin Hodja tidak diterima di usir dalam jamuan makan malam pembesar
kerajaan karena memakai pakaian yang lusuh. Hodja sempat adu mulut dengan pihak
keamanan kerajaan padahal dia adalah tamu undangan. Karena banget jengkelnya,
akhirnya Hodja ganti memakai pakaian yang dinilai khayalak umum bagus dan
formal. Singkat cerita sesampainya di ruang jamuan, Hodja tiba-tiba membuka
seluruh pakaiannya yang hanya menanggalkan celana kolor nya, pakaian yang Hodja
copot itu kemudian ia towel-towel kan ke makanan di meja makan sembari berkata
"Ini, kalian hanya menerima pakaianku bukan diriku". Dari cerita yang
Mbah Nun ceritakan itu membuat saya berniat untuk mencari buku karangan
Nasruddin Hodja.
Lain cerita, mungkin pembaca sudah
mafhum dengan nama Jalaluddin Rumi dan Abu Nawas. Di Indonesia sendiri, mungkin
buku Rumi yang mudah kita temui di toko buku, untuk Abu Nawas, sepengetahuan
saya jarang ditemukan yang versi terjemahan. Saya pernah membaca karangan Rumi,
isinya mayoritas untaian kalimat-kalimat indah yang bermakna mendalam. Perlu tadabbur
mendalam untuk memahami apa yang Rumi sampaikan itu. Nah, apa yang saya baca
dari humor-humor nya Hodja mirip dengan apa yang Rumi tulis, tapi dalam versi
jenaka. Kalau kalian memposisikan hanya membaca saja tanpa mencoba menggali apa
yang Hodja tulis, saya pastikan akan menemui sisi humornya, tapi apakah hanya
itu saja? Tentu tidak, ada banyak tulisannya Hodja meski terkesan sederhana,
bagiku bermakna mendalam. Ya meski aktualnya saya masih gagal paham.
Buku ini terdapat 220 judul dengan
pelbagai tema. Apresiasi sangat besar dari saya untuk tim penerbit Kakatua
Yogyakarta yang telah menerbitkan karangan sastra klasik ke versi Bahasa
Indonesia.
Dari pelbagai judul dalam buku ini, ada
beberapa judul yang bagiku menarik. Seperti:
ANJING DAN BATU
Nasruddin Hodja mengunjungi sebuah kota
untuk suatu keperluan. Waktu itu musim dingin. Ia berjalan malam-malam, pulang
ke penginapan. Di depan sebuah rumah, tiba-tiba seekor anjing galak
menggonggong dan tak mau berhenti. Anjing itu rupanya curiga dengan orang
asing.
Nasruddin membungkuk untuk mengambil
batu. Ia ingin melempar anjing itu. Tapi batu yang ia pegang ternyata terpendam
terlalu kuat ke dalam tanah, sukar diambil.
"Kota aneh!" gumam Nasruddin.
"Mereka mengikat batu-batu di tanah tapi membiarkan anjing lepas bebas berkeliaran."
BERSEMBUNYI DALAM PETI
Begitu seringnya Nasruddin berurusan
dengan maling! Malam ini pula, ia kembali kedatangan maling. Menyadari hal ini,
bukannya keluar mengusir, Nasruddin justru bersembunyi dalam sebuah peti.
Para maling mencari barang berharga
kesana-kemari di rumah itu, namun mereka tak menemukan apa pun. Setelah semua
digeledah, pandangan mereka menabrak sebuah peti yang ada di sudut dapur.
Mata-mata rakus itu langsung membayangkan keping-keping emas, perhiasan, dan
barang-barang. Namun ketika tutupnya dibuka, mereka terperanjat sekaligus
kecewa.
"Apa yang kau lakukan di dalam
peti ini?" bentak salah satu dengan wajah penasaran.
"Maaf," ujar Nasruddin ramah.
"Aku malu. Kalian tak bisa menemukan barang berharga apa pun di rumahku .
Begitu malunya diriku sehingga aku sembunyi."
BUKAN KELEDAI BIASA
Nasruddin Hodja menuntun keledainya ke
pasar. Di situ ia menjual keledainya seharga 30 dinar. Lelaki yang membeli
keledai itu dengan cepat membuka penawaran lelang di tempat yang sama.
"Lihat binatang yang kuat dan
tegap ini!" teriaknya kepada orang yang berlalu lalang.
"Apakah
kalian pernah melihat keledai yang lebih bagus dan perkasa dibanding keledai
ini? Lihat, betapa bersih badannya, betapa jernih matanya, dan betapa
perkasa!" lalu ia masih terus menambah-nambah kehebatan binatang ini.
Setelah berteriak-teriak cukup lama, akhirnya ada yang menawar 40 dinar.
"Ditawar 40 dinar
sodara-sodara!" si pedagang mengumumkan pada semua orang.
"Ayo, siapa
yang berani lebih?" tantang si penjual.
"Aku berani 50 dinar!" seru
seseorang dari belakang.
"Akan ku bayar 55!" seru
seseorang yang lain. Nasruddin tersentak. Ia tak mengira jika keledainya itu bisa
menimbulkan minat yang luar biasa.
"Betapa bodoh! Tadinya kupikir itu
keledai biasa!"gumam Nasruddin, "tentulah ini binatang tiada tara!
Satu di antara sejuta."
Setelah lama tak ada yang menawar lebih
tinggi lagi, ia mulai menyadari bahwa keledai itu akan terjual dengan harga 55
dinar.
"Yak! Ada yang sudah berani 75
dinar, sodara-sodara Ya-ya-ya!" teriak si juru lelang mengumumkan.
"Aku berani 80 dinar!!!"
Teriak Nasruddin dari deretan paling belakang.
JIKA AKU TAHU
Nasib malang menimpa Nasruddin. Keledai
piaraannya hilang dicuri. Sang Hodja mulai mencarinya, berseru memanggil, kesana-kemari.
Seseorang melihat tingkahnya itu dan bertanya siapa yang mencuri dan bagaimana
bisa hilang.
"Jika aku tahu pelakunya, keledai itu tak akan hilang!"
KAKI KANAN LEBIH DAHULU
Suatu hari Nasruddin hendak berangkat
mengajar. la mengenakan sepatunya dengan tergesa-gesa. Istrinya datang menegur.
"Mullah, jika memakai sepatu kau
selalu mendahulukan yang sebelah kanan. Mengapa?
Nasruddin menjawab, "Tidakkah
bodoh jika aku me- masukkan kaki kananku ke dalam sepatu kiri?"
Di atas adalah beberapa tulisan Hodja
yang saya kutip, tentu banyak sekali yang sangat menarik untuk saya kutip lagi,
namun alangkah lebih baiknya jikalau pembaca membaca bukunya secara langsung.
Hehe
***
Nasruddin Hoja bukan tokoh fiktif! Ia
ada sebagaimana asy-Syafi’i, al-Ghazali, al-Farabi, al-Khawarizmi, Ibnu Sina,
dan deretan nama-nama yang kita kita kenal. Kalimah dan petuah Nasruddin Hoja,
juga mencerahkan, penuh hikmah dan sarat pelajaran kehidupan, sama seperti kalimah
atau kisah al-Ghazali atau Ibrahin bin Adham.
Tak berhenti di situ, Hoja
diakui Lembaga Pendidikan dan Kebudayaan PBB (UNESCO). Dia dianggap
sebagai tokoh yang turut memberikan andil dalam memperkaya khazanah
kemanusiaan dunia. Selain dia, tokoh muslim yang namanya tercatat adalah Rumi.
Demikian informasi yang saya baca dalam buku Solat Jumat di Hari Kamis:
101 Kisah Jenaka Nasruddin Hoja yang ditulis Muhibin.
Nasruddin Hoja hidup pada akhir abad ke
14 dan awal abad 15. Lahir di desa Khortu, Sivri Hisar, Anatolia Tengah Turki
776 H/1372 M, dan meninggal di kota Ak-Shehir, Propensi Konya 838 H/1432 M, dan
dimakamkan pula di sana pula. Nasruddin barmazhab Hanafi. Ini
menurut pendapat masyhur.
Cerita tentangnya, pertama ditemukan
dalam manuskrip abad ke-15. Dalam manuskrip Ebu ‘l-Khayr-i Rumis
Saltuk-name (1480 M), Nasruddin diceritakan sebagai murid sufi Seyyid
Mahmud Hayreni di Ak-Shehir, Barat Laut Turki Modern. Kalau memperhatikan tahun
hidupnya, Nasruddin hidup di era dinasti Seljuk.
Resensi Buku Kumpulon Humor Nasruddin Hodja, Resensi Buku Kumpulon Humor
Nasruddin Hodja, Resensi Buku Kumpulon Humor Nasruddin Hodja, Resensi Buku
Kumpulon Humor Nasruddin Hodja, Resensi Buku Kumpulon Humor Nasruddin Hodja, Resensi
Buku Kumpulon Humor Nasruddin Hodja, Resensi Buku Kumpulon Humor Nasruddin Hodja,
Resensi Buku Kumpulon Humor Nasruddin Hodja
No comments:
Post a Comment