Tuesday, February 4, 2020

SELERA MEMBACA BUKU KELUARGA SAYA

SELERA MEMBACA BUKU KELUARGA SAYA



Selain saya dan Ayah yang memiliki hobi membaca, dua adik perempuan saya juga memiliki hobi yang serupa. Tentu saya tidak kaget karena sejak kecil mereka berdua sudah di kader oleh Ayah untuk mencintai buku dan kitab-kitab klasik Islam.


Meski sama-sama memiliki hobi membaca, kami semua memiliki selera bacaan yang berbeda-beda. Selera bacaan Ayah cenderung ke sastra klasik Islam, kitab kuning dan filsafat timur. Selera bacaan seperti itu di ikuti oleh adik perempuan pertama saya meski tidak sama persis dengan Ayah. Berbeda dengan Adik perempuan kedua saya yang sedari SD sudah memiliki kartu anggota Perpusda Jepara, ia memiliki selera bacaan yang jauh berbeda dari kami bertiga, dia lebih menyukai novel remaja. Dari beberapa koleksi bukunya yang pernah saya baca, koleksinya banyak bertema tentang persahabatan, percintaan dan keluarga. Tapi, saya cukup bangga dengannya karena telah membaca buku "Dunia Sophie" setebal 550 halaman dimana buku tersebut biasa dibaca dikalangan Mahasiswa.


Bagi keluarga kami, buku adalah barang tersier. Maklum kami adalah orang desa, akses toko buku dan mahalnya buku membuat kami berpikir ulang untuk membeli buku. Tapi secara tidak langsung, buku sudah menjadi kebutuhan primer bagi keluarga kami. Ayah dan Ibu tidak memberi uang khusus ke anak-anaknya untuk membeli buku. Jika saya dan adik-adik ingin membeli buku, kami harus sangat berhemat. Menekan pengeluaran yang sekiranya mana itu kebutuhan dan keinginan, begitu pesan Ibu ke anak-anaknya. 


Adik saya sering curhat jika ingin membeli buku ini dan itu tapi sulit kesampaian karena uang tabungannya selalu kurang, dia selalu mengeluh karena uangnya selalu habis untuk membeli paket data, jalan-jalan dan skincare (Salah sendiri gak berhemat) Wkwkw. Nah, karena adik-adik tahu jika saya sulit memberi mereka uang untuk membeli sesuatu kecuali buku, kans itulah yang mereka pergunakan sebagai kesempatan untuk "Majek" Mas nya membelikannya sebuah buku. Hal itu terjadi pada kedua adik perempuan saya, chat WhatsApp mereka banyak berisi kabar keluarga dan screenshoot list buku apa saja yang harus saya beli untuk mereka. Sekali lagi, cara "Majek" mereka ke Mas nya berhasil, saya akan sangat ringan mengeluarkan uang demi buku-buku yang ingin mereka baca. Beda kasus kalau keinginan mereka selain buku, apalagi kosmetik. Duhhh.


Tentu tulisan ini bukanlah keluh kesah saya, melainkan hanya rasa sayang saya ke adik-adik. Selain itu, mereka juga belum memiliki penghasilan. Wajar jikalau saya yang di "Pajek" mereka berdua. Agar mereka tidak terjebak dalam zona nyaman, saya selalu menagih resensi buku yang saya belikan untuk mereka. Mungkin metode ini dirasa kurang bagus, kenapa kok tidak disuruh menabung saja? Sudah, adik-adik saya sudah melalukan hal itu dan saya tahu betul bagaimana mereka mengikat kencang pengeluarannya. Lain alasan lagi, kenapa syaratnya enggak rangking satu atau dapet nilai bagus? Oh tidak, saya memiliki prinsip jikalau pendidikan formal hanya menjadikan kita sebagai generasi penghafal, saya ingin adik-adik saya dapat berkembang sesuai potensi mereka, saya ingin mereka menjadi diri sendiri, kelak mereka akan menentukan mau menjadi seperti apa dan berkarya apa dan sementara ini saya bisa membantu mereka lewat akses bacaan seperti yang mereka inginkan.


Ayah dan Ibu saya tentu ingin melihat anak-anaknya sukses, terpandang di masyarakat dan memiliki status yang baik. Setiap orang tua pasti memiliki impian seperti itu, termasuk saya melihat adik-adik saya. Tapi, lagi-lagi itu hanyalah impian, tugas orangtua hanyalah memberikan bekal Akhlakul karimah, Disiplin, Akunting dan Melek teknologi (Mengapa empat alasan ini, pembaca dapat membacanya lebih lanjut di Mukadimah Majelis Alternatif dengan tema "Anak dan Perubahan Diri). Allhamdulillah orangtua kami mendidik kami seperti itu. Selebihnya, anak-anaknya lah yang akan menyetir sendiri nasibnya. 


Saya penasaran, kelak akan bagaimana adik-adik saya.
Semoga Allah memberikan kesempatan kepadaku untuk selalu membersamai mereka, keluargaku yang tersayang.


Malang, 4 Februari 2019




No comments:

Post a Comment