LELAKI DI SEBUAH
DESA
Ada seorang penduduk desa. Dia
tidak tahu cara membaca dan menulis. Dia sering melihat orang yang memakai
kacamata untuk membaca buku atau koran. Dia berpikir, “Andaikan saya memiliki
kacamata, saya bisa juga membaca seperti orang lain. Saya harus pergi ke Kota
dan membeli kacamata sendiri.” Pikirnya.
Kemudian suatu hari dia pergi ke
kota. Dia memasuki toko kacamata. Dia meminta penjaga toko untuk mengambilkan sepasang
kacamata baca. Penjaga toko memberinya berbagai pasang kacamata dan sebuah buku.
Warga desa yang diketahui bernama Ali itu mencoba semua kacamata yang ada di
toko. Hasilnya nihil, dia tetap tidak bisa membaca.
Ali lalu mengatakan kepada
penjaga toko jika semua kacamata itu tidak berguna baginya. Dengan heran penjaga
toko menghampirinya, kemudian dia melihat buku itu dalam keadaan terbalik.
Penjaga toko berkata, "Mungkin Bapak tidak tahu cara membaca."
Ali yang merasa geram menjawab,
“Tidak, kacamatamu yang salah. Coba carikan saya kacamata yang lain sehingga
saya bisa membaca seperti orang lain.
Sembari menahan tawa, penjaga toko
menjelaskan dengan ramah ke Ali., "Pak, bukan kacamata dari toko kami yang
salah. Apa Bapak buta huruf?”. Tetap menahan tawanya, penjaga toko melanjutkan
“Bapak yang baik, perlu Bapak tahu jika Kacamata tidak dapat membantu Bapak
pandai membaca atau menulis. Kacamata hanya membantu Bapak melihat lebih baik.
Pertama-tama Bapak harus belajar membaca dan menulis terlebih dahulu."
Cerita ini terinspirasi dari seseorang
bernama Ali yang ingin sekali menjadi penulis, sampai pada perjuanganya dia
membeli laptop yang mahal agar dia dapat mengetik banyak naskah. Waktunya banyak
ia habiskan di depan laptop, sampai ia tersadar jika laptop mahal bukan jaminan
seseorang dapat menulis. Pun dengan sebuah tulisan, panjanganya sebuah tulisan sama
sekali tidak ada hubunganya dengan kualitas tulisan.
Terimakasih
Malang, 10 Februari 2020
Ali Ahsan Al Haris
No comments:
Post a Comment