Friday, February 7, 2020

MENGAPA HARUS BERDOA?

MENGAPA HARUS BERDOA?



Tuhan akan marah pada hamba-Nya yang sombong, tidak pernah berdoa. Namun, Tuhan juga marah jika melihat hamba-Nya banyak berdoa, tanpa bekerja.


Sejak kecil saya di ajarkan kedua orangtua dan guru-guru saya untuk selalu beroda kepada Allah SWT. Apapun yang kita alami, susah senang dalam kehidupan eloknya kita curhat kan kepada Allah SWT lewat doa-doa kita. Karena dengan doa apa yang kita inginkan dapat didengar oleh Allah SWT, padahal Allah SWT adalah Maha Pendengar. Namun, pernah saya berpikir mengapa harus berdoa? Untuk apa berdoa?


Bertambahnya umur, luasnya pergaulan dan bertambahnya bahan bacaan menjadikan saya banyak bertanya untuk apa laku agama bernama berdoa itu. Untuk apa semua itu, padahal hanya dengan usaha dan kerja keras saja keinginan setiap manusia dapat tercapai. Mengapa? Ada apa dibalik ritual berdoa itu? Bahkan setiap agama memiliki ritual ibadah semacam itu.


Meski doa artinya menyeru dan memohon, di dalamnya tersimpan kekuatan untuk bangkit dan membuat loncatan dalam hidup jauh kedepan. Ketika saya atau pembaca berdoa kepada Allah SWT, beban yang kita alami seolah menjadi ringan karena telah kita bagi beban itu ke yang Maha Agung, yang di tangan-Nya tergenggam semesta raya ini. Jika kita lebih dalam mengamatinya, proses berdoa yang mengadu dan membuka diri mengalirkan energi illahi. Sehingga kita serasa memperoleh kekuatan baru yang berlipat-lipat ganda. Dengan berdoa sungguh-sungguh, kita telah melakukan proses pencarian gelombang energi semesta sehingga semesta akan berpihak kepada kita.


Mungkin beberapa dari kita berdoa hanya pada saat terjepit pada situasi yang tidak mengenakan, saat kita sedang berduka, menginginkan sesuatu, baru kita datang meminta pertolongan kepada Allah SWT. Padahal, menurut Rasulullah SAW., doa yang disampaikan baik waktu suka maupun duka, akan lebih baik dikabulkan. Terkadang, saking semangatnya kita meminta sesuatu ke Allah SWT, dalam doa kita malah terkesan mendikte Allah SWT.


Dalam berdoa, kita sering terjebak mana kebutuhan dan keinginan sehingga dalam doa yang kita panjatkan terkesan mendikte Allah SWT. Hendaknya dalam doa yang kita panjatkan ke Allah SWT itu secara tulus dan pasrah kepada Allah SWT. Menyadari bahwa apa yang kita anggap baik belum tentu baik bagi Allah SWT, kita serahkan saja keputusan itu ke Allah SWT yang Maha Besar. Ada empat kemungkinan jawaban Allah SWT dalam menjawab doa kita.


Pertama, doanya dikabulkan sebagaimana yang diminta dalam waktu dekat. Kedua, dikabulkan namun dalam waktu lama setelah seorang hamba berkali-kali datang pada-Nya untuk meminta hal yang sama. Ketiga, doanya dikabulkan namun diganti dalam bentuk lain yang lebih cocok bagi kepentingan hamba-Nya. Salah satunya adalah diganti dengan dihindarkan dari malapetaka. Keempat, segala kebaikan yang diminta akan dikabulkan dengan berlipat ganda, tetapi diberikan nanti di akhirat.


Dari pelbagai macam cara Allah SWT menjawab doa kita, ada orang berdoa yang isinya penuh pujian dan terimakasih, tetapi ada juga yang bernada protes dan keluh kesah atas nasib hidupnya yang tidak beruntung. Nah saya dan pembaca pada posisi mana?


Perlu disadari juga, kehidupan yang sukses tidak selalu dikaitkan dengan doa semata, melainkan kerja keras dan cerdas dengan mengikuti hukum alam, yang sesungguhnya hukum alam itu pun merupakan ciptaanya Allah SWT. Maka Allah SWT memerintahkan kita untuk, "Bekerjalah Kamu Dengan Sungguh-Sungguh Lalu Serahkan Semuanya itu kepada-Ku". Namun karena hal ini pula diantara dari kita masih saja menyepelekan sebuah doa.


Bagi pembaca yang mengikuti berita perpolitikan negeri ini sering mendengar atau melihat para tersangka KPK yang merasa kasusnya itu adalah fitnah dan mereka mentaksir dirinya sedang di uji oleh Allah SWT. Sehingga saat mereka di dalam penjara sangat rajin bersembahyang dan berdoa. Sikap demikian itu dipahami dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT beban di penjara akan berkurang. Tetapi, secara akal sehat, apa kepentingan Allah SWT memasukan dirinya ke penjara? Jika narapidana itu kemudian bertobat, itu sangat bagus dan wajar. Tapi rasanya tidak bagus jika mengkaitkan korupsi lalu di penjara di artikan sebagai takdirnya Allah SWT.


Padahal, saat mereka belum menjabat, para koruptor berdoa agar diberikan jabatan, berusaha sekuat-kuatnya, senggol kanan kiri dan kalau perlu menyogok pun melakukan praktek kolusi dengan menjual integritas diri mereka demi menduduki sebuah jabatan. Saat mereka sudah menjabat, malah berlomba-lomba merampok kekayaan dan merebut yang bukan haknya sampai melupakan Allah SWT. Lucunya, saat kasus korupsinya terungkap, mereka malah berucap bahwa Allah SWT telah memberikan mereka ujian. Ucapan mereka yang seperti itu adalah pelemparan tanggung jawab dan kesalahan besar kepada Allah SWT yang telah mengabulkan doanya.


Ketika susah ikut mengemis, ketika mendapat sedikit jabatan saja ikut berlomba-lomba merampok, begitu terus sampai jadi lingkaran setan. Dengan berdoa bersungguh-sungguh, kita percaya dan pasrah pada kemampuan Allah SWT, sudah semestinya Allah SWT akan mengabulkan doa-doa kita.


Allah SWT itu Maha Sempurna dan tidak mungkin melalukan kesalahan, sedangkan kita sebagai manusia adalah mahluk yang lemah dan serakah dimana sangat mungkin dalam melakukan kesalahan. Seyogyanya kita harus berhati-hati dalam berdoa karena dalam setiap doa kita, mungkin Allah SWT mengabulkan padahal kita belum siap menerima konsekuensi dari doa tersebut.


Nah, saya memiliki seorang kawan yang tidak mau berdoa kepada Allah SWT. Alasannya karena dia malu meminta dan sangat tidak pantas keinginannya dikabulkan oleh Allah SWT. Setiap dia ingin meminta sesuatu ke Allah SWT, dia selalu bertanya ke dirinya sendiri. Ini keinginanku apa keinginan Allah SWT ?


Terimakasih
Malang, 6 Januari 2020


Ali Ahsan Al Haris

No comments:

Post a Comment