Tuesday, April 14, 2020

Mengapa Kita Harus Berpikir Secara Logis?



Mengapa Kita Harus Berpikir Secara Logis?



Tugas logika ialah membahas tentang ketepatan berpikir, yaitu menyelidiki sifat dan cara-cara berpikir yang benar dengan menggunakan akal sehat atau logis. Dengan berpikir logis maka kesimpulan yang diambil benar dan logis pula. Tugas seperti ini bukan hanya berguna bagi kalangan akademisi, melainkan masyarakat umum seperti kita perlu mempelajarinya. Terutama dalam era arus informasi yang bebas dan tak terbatas. Mengapa hal ini dirasa penting, salah satu alasan utamanya dalam rangka memberangus informasi hoax dan menjadi orang yang Sumbu Pendek, meski terkesan tidak mungkin setidaknya kita sudah berusaha, dan itu bisa kita lakukan sembari rebahan.


Pengetahuan logika sesungguhnya sangat praktis sifatnya, karena yang dipentingkan ialah kecakapan menggunakan aturan-aturan pemikiran secara tepat terhadap persoalan-persoalan konkrit yang kita hadapi sehari-hari, dan dengan logika dapat membantu kita mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis, membentuk sikap objektif dan sikap ilmu yang positif.


Pembaca barangkali akan menilai tulisan ini terlalu dangkal dalam membahas babakan logika, namun saya pribadi ingin menyampaikan jika seseorang memiliki kemampuan untuk menyampaikan buah pikiran dengan teratur, baik secara tertulis maupun secara lisan. Terlebih dalam menyampaikan sebuah pendapat, seyogyanya apa yang kita sampaikan dapat menggunakan bahasa yang jelas disertai alasan-alasan yang logis pula.


Oleh karena itu, pentingnya berpikir secara logis bagi masyarakat di era teknologi dan informasi seperti sekarang adalah sebuah keperluan. Logika membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan, dan logika dapat juga membantu kita untuk bersikap objektif, lepas dari pelbagai prasangka yang subjektif.


Kapan hari saya dan Adit bertemu kawan sewaktu sekolah dulu, kita bertiga diskusi bagaimana Pemerintah Pusat menangani wabah Covid-19 belakangan ini. Dua jam kita diskusi, dia selalu mensalahkan langkah yang di ambil Pempus, tidak ada yang benar dan salah kaprah.


Saya dan Adit tak banyak bicara, terlebih jika kudu mengkritik langkah yang Pempus lakukan dalam penanganan wabah Covid-19.


Gerimis mulai turun, kita memilih berpisah, berjabat tangan dan saling melempar senyum.


“Harusnya Presidennya itu Prabowo”, - Celetuk kawan saya


“ASU” – Jawab Adit.


“Ternyata dari tadi saya saya ngobrol dengan korban Pilpres, Jancok” – Batinku.




No comments:

Post a Comment