Mengkritik Kartu
Prakerja, Tapi Diam-Diam Ikut Mendaftar
Kang Belva atau sosok yang sedang
viral bernama lengkap Adamas Belva Syah Devara mengumumkan pengunduran
dirinya sebagai staf khusus Presiden Joko Widodo. Kang Belva mengundurkan
diri secara resmi per 15 April 2020, bisa kalian cek sendiri di akun instagram
pribadinya. Alasannya biar nggak terjadi konflik kepentingan dan Pak De
Joko beserta para Menteri dapat konsentrasi mengurusi hal lain terutama penanganan
Covid-19 dan Mudik atau Pulang Kampung yang lagi-lagi sedang viral juga. Hahaha
Kita tahu kalau Kang Belva itu
CEO Ruangguru, Start Up yang pemenang tender jasa pelatihan Kartu Prakerja (Sampai
sore ini infonya masih begitu). Kritikan kepada Kang Belva muncul karena
perusahaan yang ia pegang menang tender program pemerintah. Banyak yang menduga
bahwa Kang Belva menggunakan posisinya sebagai staf khusus agar Ruangguru
menang tender.
Terlepas dari benar tidaknya
tuduhan tersebut, Kang Belva mengambil langkah secara laki’ untuk mundur
dari jabatannya sebagai Stafsus. Selain dapat mengakhiri polemik yang ada, langkah
tersebut memang sewajarnya diambil. Biar bisa jadi contoh untuk pejabat publik yang
lain.
Bicara Kang Belva tentu tak luput
dengan pelatihan Kartu Prakerja. Saya pribadi tidak paham betul bagaimana
mekanisme pelatihan Kartu Prakerja di laksanakan. Namun jagad media dan
masyarakat banyak menyorot perihal materi / silabus yang aslinya dapat kita
unduh secara gratis lewat Youtube maupun artikel yang tersebar di internet.
Mengapa materi pada pelatihan
Kartu Prakerja menjadi pergunjingan? Karena pelatihan tersebut menghabiskan
dana yang tidak sedikit, bahkan beberapa sumber menyebutkan menelan biaya
sampai puluhan Milliar. Ya, dana sebesar itu digelontorkan di tengah Pandemi
Covid-19 yang tidak tahu kapan berakhir.
Oke tarif nafas sejenak. Seruput kopi
dulu. Hehe
Lanjut.
Program pelatihan Kartu Prakerja
di ikuti oleh jutaan masyarakat Indonesia, dari peserta yang mendaftar akan di
saring kembali untuk mengikuti pelatihan secara resmi. Sampai tahap ini, para pendaftar
harus berkompetisi dengan peserta yang lain.
Para peserta yang lolos administratif
akan mendapatkan pelatihan berdasar silabus yang pemerintah/vendor buat. Mereka
akan melalui pemaparan materi demi materi, Pre dan Post Test serta praktek. jika
mereka lulus maka berhak mendapatkan sertifikat.
Selama program pelatihan Kartu Prakerja,
Pemerintah wajib menyediakan sarana dan prasana untuk menunjang program
tersebut. Dana dari mana? Ya dari puluhan Milliar rupiah itu dong. Jika kita amati
secara mendalam, program ini sangatlah bagus jika pelaksanaannya tepat sasaran.
Ingat, tepat sasaran lho ya.
Pembahasan ini aslinya sangat
dalam, saya hanya ingin membahas di permukaannya saja. Yakni dalam konteks SILABUS
PELATIHAN KARTU PRAKERJA YANG KATANYA BISA KITA DAPATKAN DI YOUTUBE.
Saya menilai tujuan utama
pemerintah membuat program pelatihan kartu prakerja agar sumberdaya manusia
yang terserap ke dunia kerja sudah memiliki soft skill dan hard skill
yang mumpuni, meski itu dirasa tidak mungkin, minimal peserta yang lulus sudah
memiliki basic pada bidangnya.
Sebelum mengkritik program ini,
ijinkan saya bercerita pengalaman kawan saya bernama Amin.
***
Kawan saya ini sudah bekerja 8
tahun menjadi seorang Barista. Ia sudah mahir membuat berbagai minuman,
mengetahui pelbagai jenis kopi, mahir mengoperasikan alat manual brew sampai mengoperasikan
mesin perlbagai merk. Pada tahun 2011 ia memutuskan ingin merantau ke Italia,
menjadi Barista pada sebuah hotel bintang 5 di Kota Turin. Semua persyaratan
adminisratif ia penuhi dengan sukses termasuk mahir dalam berbahsa inggris, satu
hal yang menjadi masalah buat dia. Kawan saya tidak memiliki Sertifikat keahlian
atau sertifikat profesi yang menyatakan bahwa ia benar-benar telah menguasai
dan paham profesi Barista itu sendiri.
Jadi, pada tahap ini skill dan
pengalaman kerjanya selama 8 tahun di pelbagai Hotel dan Café tidak berhasil untuk
meloloskannya kerja di Italia. Akhirnya ia mencari Lembagai Pelatihan Kerja (LPK)
untuk membeli sertifikat. Ia merogoh uang 3 Juta hanya untuk sebuah kertas 3
lembar. Naas sertifikat yang ia peroleh belum berhasil meloloskannya, alasannya
karena Lembaga yang mengeluarkan sertifikat tidak kredibel.
Delapan bulan selepas kejadian tersebut,
Badan Ekonomi Kreatif (BeKraf) mengadakan sertifikasi profesi untuk Barista
secara gratis. Namanya juga gratisan, selain pesertanya yang dibatasi mereka harus
melalui ujian demi ujian untuk dapat lolos menjadi peserta resmi. Perjuangan pantang
menyerahnya itu berbuah hasil selepas enam hari lamanya mengikuti pelatihan. Seritifikat
yang ia peroleh itu ia gunakan untuk merantau ke negeri Pizaa tersebut. Ingat,
sertifikat tersebut juga ada masa aktifnya lho ya.
***
Oke, cerita tentang kawan saya
selesai.
Kembali ke permasalahan yang saya
bahas perihal SILABUS PELATIHAN KARTU PRAKERJA YANG KATANYA BISA KITA DAPATKAN
DI YOUTUBE. Apakah berlatih lewat youtube yang kita jadikan sebagai acuan dapat
menjamin seseorang dapat mendapatkan esensi materi serta praktek dalam profesi
yang kontennya menyerupai Silabus yang dibuat Pemerintah pada pelatihan Kartu
Prakerja? Tentu sangat mungkin.
Yang jadi masalah adalah jumlah
lapangan pekerjaan yang tersedia dan jumlah pendaftar itu sendiri. Saya tidak
memiliki data resmi berapa banyak perusahaan yang masih menggunakan sertifikat
keahlian/profesi sebagai dasar perusahaan menerima calon karyawan. Namun praktek
semacam itu masih banyak kita temui. Hal ini diperparah dengan syarat minimal Pendidikan
yang banyak mengganjal para pelamar terserap dalam dunia kerja.
Mungkin solusinya para peserta
ini harus berwirausaha dengan bekal pelatihan yang mereka terima. Mustahil jika
jutaan peserta itu harus terserap ke lapangan pekerjaan, harusnya merekalah yang
menjadi cikal bakal dalam membuka lapangan pekerjaan. Terlalu utopis ya?
Hehe
Pemerintah perlu memiliki juru
bicara yang lihai dalam menyampaikan pelatihan kartu pra kerja,
sebagus-bagusnya program jika tidak transparan dan pelaksanaanya tidak bagus
akan membuang waktu dan biaya.
Herannya Pemerintah kita terlampau
sering membuat sulit di pahami, wajar jika setiap kebijakan yang keluar selalu
memunculkan keganjilan di tengah rakyatnya. Untung saja rakyat Indonesia sudah
kebal di kibuli sama pemerintahnya sendiri.
Ali Ahsan Al Haris
Malang, 23 April 2020
No comments:
Post a Comment