Thursday, May 7, 2020

Bermimpi Bertemu Mbah Nun


Bermimpi Bertemu Mbah Nun

Semoga ini bukan pansos, melainkan hanya sebuah cerita yang bagiku mengandung pertanyaan besar.

Saya dua kali bermimpi bertemu dengan Mbah Nun. Mimpi pertama di Desember 2019. Saat itu saya sangat gelisah, tertekan dan frustasi karena suatu hal. Pada puncak saya merasakan itu semua, malamnya bermimpi sedang menghadiri hajatan/selamatan/kenduren di rumahnya Mbah Nun. Layaknya kenduren di desa pada umumnya, saya bersama para undangan mengantri bersalaman dengan tuan rumah (Mbah Nun).

Saat tiba giliran bersalaman, sedihnya saya pada waktu itu, Mbah Nun bersalaman tanpa menatap wajah saya. Berbeda dengan orang-orang sebelum saya bersalaman.

Meski Mbah Nun tidak menatap wajah saya, beliau berkata padaku agar tetap tenang dan di suruh nya saya duduk di dalam rumah.
"Tenang ae, Le. Ora opo-opo, aman. Allah SWT Moho pengerten" - Begitu ucap si Mbah tanpa menatap wajah saya.

Saat saya berjalan menuju dalam rumah, tampak di dalam sudah ada Abah Fuad dan orang-orang yang tidak saya kenal. Saat saya hendak mau duduk, tiba-tiba saya terbangun dari tidur dan beristighfar atas mimpi yg saya alami.


Mimpi itu menjadi residu kenangan lebih dari sepekan, saya riset kecil-kecilan apa itu mimpi, bunga tidur, wasilah, astral projectition dll yg sekiranya dapat menjawab apa makna dari mimpi yg saya alami. Masih belum yakin, saya beranikan bertanya dengan beberapa senior di Maiyah Religi Malang tentang yang saya alami. Jawabannya beragam, ada yg menyenangkan dan menyedihkan.

Yang saya pahami, apa yang Mbah Nun ucapkan menyuruh agar saya tetap tenang dan tidak gegabah.

Mimpi kedua, 7 Mei 2020 menjelang sahur.
Tiba-tiba saya dan istri berada di dalam rumah, lagi-lagi sedang menghadiri kenduren entah di rumah siapa. Yang jelas suasana pada waktu itu sedang duduk melingkar, kiri saya ada Kang Sabrang dan Mas Rampak, sedangkan Istri berada di depan saya duduk disebelahnya Ibu Novia.

Saya kurang paham itu kenduren dalam rangka apa, pun istri saya melirik dari jauh seolah bertanya ini acara apa. Kita berdua mengalami kebingungan, seolah hanya kita berdua yang sadar bahwa ada sesuatu yang tidak kita pahami. Herannya, Kang Sabrang seolah paham yg saya alami, sambil menatap dan memegang lutut saya yg sedari tadi duduk bersila disamping beliau, Kang Sabrang berkata "Yaopo, wes jelas a?".

Lho ya, perkataan Kang Sabrang malah membuat saya tambah bingung.

Selesai acara di dalam rumah, kami semua keluar rumah untuk shalawatan dan makan bersama dengan jamaah yang lain. Suaranya Mbah Nun terdengar jelas sedang melantunkan shalawat, jelas dan indah.

Herannya lagi, saya tidak tampak sosok Mbah Nun. Padahal suaranya terdengar sangat sangat jelas. Saya mencari di antara jamaah yang hadir tidak ada, padahal suara Mbah Nun sangat dekat dengan telinga saya. Di tengah kesibukan saya mencari Mbah Nun untuk bersalaman dan mengenalkan istri saya kepada beliau, tiba-tiba ada sosok laki-laki tua berbaju koko (Bukan Mbah Nun) memeluk saya. Saat itulah saya terbangun dari tidur.

Untuk mimpi yang terakhir, saya tidak berkonsultasi dengan senior-senior saya di Maiyah atau riset di sana sini demi sebuah jawaban. Saya hanya tersenyum di tengah keheranan.

Hari ini libur kerja, waktu yang tepat untuk bersih-bersih. Di tengah kesibukan itu, saya menemukan buku ini. Koleksi lama, masih bagus karena memang saya rawat.

Dalam hati bertanya, apa kedua mimpi bertemu Mbah Nun jawabannya ada pada dua buku ini?


Malang, 7 Mei 2020
Ali Ahsan Al Haris

No comments:

Post a Comment