Monday, July 27, 2020

RESENSI NOVEL LELAKI HARIMAU


RESENSI NOVEL LELAKI HARIMAU


Berbicara tentang Mas Eka, beliau adalah seorang penulis yang sangat cerdas dalam memasukan kata dan memainkan plot cerita. Sangat terlihat dari caranya menyampaikan gagasan dan kritik satier yang digunakannya, belum lagi plot maju mundur yang tidak biasa. Oleh karena itu, saya selalu terpikat dan terpesona oleh gaya menulisnya dan selalu penasaran dengan karya Mas Eka berikutnya.


Pada lanskap yang sureal, Margio adalah bocah yang menggiring babi ke dalam perangkap. Namun di sore ketika seharusnya rehat menanti musim perburuan, ia terperosok dalam tragedi pembunuhan paling brutal. Di balik motif-motif yang berhamburan, antara cinta dan pengkhianatan, rasa takut dan berahi, bunga dan darah, ia menyangkal dengan tandas. “Bukan aku yang melakukannya,” ia berkata dan melanjutkan, “Ada harimau di dalam tubuhku.”


Dua kali membaca buku karangan Eka Kurniawan, ada satu titik yang dapat saya simpulkan bahwa buku karangan Mas Eka tidak jauh dari cerita dewasa, dalam artian tentang sorotanyya kepada budaya patriarki dan kelakukan yang merendahkan kaum perempuan. Selain itu setting lokasi cenderung pada zaman dahulu - bahkan kalau bisa saya bilang Indonesia sekali, seperti halnya karya-karya yang Pak Mochtar Lubis - dengan banyak latar perkampungan disertai banyaknya ajak-ajak serta hewan liar lainnya. Perlu digaris bawahi juga, kesimpulan ini saya dapat dari dua bukunya Mas Eka yang saya baca, Cantik Itu Luka dan Lelaki Harimau. Next saya berencana membaca corat-coret di toilet.


Berkisah tentang Anwar Sadat yang tiba-tiba meninggal dengan bekas luka cakaran di lehernya. Margio, tokoh utama pada tokoh ini yang tubuhnya kerasukan harimau, orang yang membunuh Anwar Sadat.


Novel ini dibikin dengan alur maju mundur yang cepat, yang dimulai dengan berita kematian Anwar Sadat yang dibunuh secara keji dan kejam oleh Margio. Margio yang tak mau mengaku malah mengatakan bahwa harimau di dalam dirinya-lah yang telah membunuh Anwar Sadat. Seluruh motif dan peristiwa yang ada di dalamnya menunjukkan satu kesimpulan yaitu kekerasan yang dilakukan oleh seorang kepala keluarga dapat menimbulkan luka yang dalam dan dendam bagi korbannya, baik itu anak maupun istri. Pun akan berdampak pula pada kondisi psikologis mereka.


Margio adalah anak pertama dari pasangan tidak harmonis bernama Komar bin Syueb dan Nuraeni. Sedari kecil Margio selalu memperoleh perlakuan kasar dari Komar. Tak hanya Margio, bahkan Nuraeni dan anak keduanya, Mameh, juga selalu menjadi korban amukan amarahnya. Komar yang sepanjang hidupnya selalu memukuli Nuraeni telah membuatnya menjadi wanita sinting yang selalu berbicara pada panci dan kompornya.


Mulanya, Nuraeni amat sayang dan cinta pada Komar hingga suatu ketika Komar pergi dari desa dan tak pernah sekalipun mengirimkan surat padanya. Hal tersebut telah membuat Nuraeni sakit hati dan membuat Nuraeni tidak peduli lagi dengan apa yang dilakukan Komar. Rasa cintanya pada Komar pun telah binasa, tak tersisa. Semakin hari sikapnya pada Komar pun semakin sinis dan beku. Perkawinannya dengan Komar adalah hal terburuk dalam hidupnya. Bisa dibilang kesialan juga.


Tak hanya Nuraeni yang membenci Komar, Margio pun membencinya. Sepanjang hidupnya, Margio sering melihat Nuraeni mendapat siksaan dan perlakuan buruk dari Komar. Karena itulah ia membenci Komar dan berkehendak untuk menghabisinya. Sebagai seorang suami, Komar tidak pernah mengindahkan Nuraeni. Sepertinya, satu-satunya yang ia pedulikan dari Nuraeni adalah tubuhnya, terutama selangkangannya yang bisa memuaskan dirinya ketika rasa berahinya muncul.


Nuraeni yang tidak pernah mendapat belaian lembut dan kehangatan dari suaminya, suatu hari memperolehnya dari Anwar Sadat. Pemahaman Anwar Sadat yang begitu memadai tentang wanita seolah memberitahunya bahwa Nuraeni merindukan sentuhan lembut seorang lelaki. Tanpa segan Anwar Sadat pun memenuhinya. Mereka semakin sering bercinta. Entah itu di kamar, bak mandi, sofa, dan di lantai ruang Anwar Sadat melukis.


Secara sederhananya, kisah ini bercerita tentang Margio yang mendapatkan warisan berupa sosok astral berupa Harimau putih dari Almarhum kakeknya. Perseteruan Margio dengan Ayahnya (Komar Bin Syueb) karena Margio mengira sosok Harimau piaraan kakeknya diwarisi ayahnya. Semenjak kakek Margio meninggal, yang ia lakukan bak polisi pengiring yang setiap waktu memantau Ayahnya demi memastikan Harimau itu benar terwariskan ke Ayahnya atau tidak. Hal ini di perparah dengan sikap Komar yang sewenang-wenang memperhatikan kondisi ekonomi keluarganya. Puncaknya saat Marian meninggal karena kekurangan gizi.


Dalam novel ini, Komar dicitrakan sebagai suami yang ringan tangan ke istrinya. Mungkin karena tekanan ekonomi sehingga Margio dan adiknya menjadi tidak hormat ke Ayahnya.


Baik Komar, Margio, maupun Mameh tak menyadari perubahan yang terjadi pada Nuraeni. Mereka melihatnya sebagai kesintingan belaka karena Nuraeni selalu bersikap aneh. Hingga suatu ketika Komar akhirnya mengetahui bahwa Nuraeni hamil hasil hubungan gelapnya dengan lelaki lain. Amukan Komar pun semakin menjadi-jadi. Margio yang jatuh cinta pada Maharani dengat amat terpaksa harus mengubur perasaannya. Ada luka di dalam keluarganya dan semuanya tersangkut-paut dengan Maharani. Amat sulit bagi Margio untuk menyampaikannya pada Maharani sebab Margio selalu terhalangi oleh rasa pemujaan terhadapnya.


Semakin ke belakang, semakin terkuak latar belakang Komar bin Syueb selalu bersikap kasar pada keluarganya. Seperti karyanya yang lain, bagi saya ceritanya tidak mudah ditebak. Dalam novel ini pun saya menemukan beberapa kosakata baru, seperti lenguhan, pejal, begundal, pelor, mencungkupinya, dan masih banyak lagi. Kata-kata yang sangat jarang—bahkan hampir tidak pernah—saya temukan di novel-novel lain.


Pada akhir cerita, cerita bagaimana kematian Anwar sadat terungkap. Pelakunya adalah Margio, dan pertengahan halaman sampai akhir adalah cerita bagaimana sejarah keluarga ini berasal, termasuk perasaan cinta Margio ke Maharani.

Sumur: 
https(:)//coretanlauna(dot)wordpress(dot)com/2014/10/17/lelaki-harimau-oleh-eka-kurniawan/
http://www(dot)perempuanmembaca(dot)com/2019/06/review-buku-lelaki-harimau-eka-kurniawan(dot)html



No comments:

Post a Comment