RESENSI NOVEL LELAKI HARIMAU
Berbicara tentang Mas Eka, beliau
adalah seorang penulis yang sangat cerdas dalam memasukan kata dan memainkan
plot cerita. Sangat terlihat dari caranya menyampaikan gagasan dan kritik satier
yang digunakannya, belum lagi plot maju mundur yang tidak biasa. Oleh karena
itu, saya selalu terpikat dan terpesona oleh gaya menulisnya dan selalu
penasaran dengan karya Mas Eka berikutnya.
Pada lanskap yang sureal, Margio
adalah bocah yang menggiring babi ke dalam perangkap. Namun di sore ketika
seharusnya rehat menanti musim perburuan, ia terperosok dalam tragedi
pembunuhan paling brutal. Di balik motif-motif yang berhamburan, antara cinta
dan pengkhianatan, rasa takut dan berahi, bunga dan darah, ia menyangkal dengan
tandas. “Bukan aku yang melakukannya,” ia berkata dan melanjutkan, “Ada harimau
di dalam tubuhku.”
Dua kali membaca buku karangan
Eka Kurniawan, ada satu titik yang dapat saya simpulkan bahwa buku karangan Mas
Eka tidak jauh dari cerita dewasa, dalam artian tentang sorotanyya kepada budaya
patriarki dan kelakukan yang merendahkan kaum perempuan. Selain itu setting
lokasi cenderung pada zaman dahulu - bahkan kalau bisa saya bilang Indonesia sekali,
seperti halnya karya-karya yang Pak Mochtar Lubis - dengan banyak latar perkampungan
disertai banyaknya ajak-ajak serta hewan liar lainnya. Perlu digaris bawahi
juga, kesimpulan ini saya dapat dari dua bukunya Mas Eka yang saya baca, Cantik
Itu Luka dan Lelaki Harimau. Next saya berencana membaca corat-coret di toilet.
Berkisah tentang Anwar Sadat yang
tiba-tiba meninggal dengan bekas luka cakaran di lehernya. Margio, tokoh utama
pada tokoh ini yang tubuhnya kerasukan harimau, orang yang membunuh Anwar
Sadat.
Novel ini dibikin dengan alur
maju mundur yang cepat, yang dimulai dengan berita kematian Anwar Sadat yang
dibunuh secara keji dan kejam oleh Margio. Margio yang tak mau mengaku malah
mengatakan bahwa harimau di dalam dirinya-lah yang telah membunuh Anwar Sadat.
Seluruh motif dan peristiwa yang ada di dalamnya menunjukkan satu kesimpulan
yaitu kekerasan yang dilakukan oleh seorang kepala keluarga dapat menimbulkan
luka yang dalam dan dendam bagi korbannya, baik itu anak maupun istri. Pun akan
berdampak pula pada kondisi psikologis mereka.
Margio adalah anak pertama dari
pasangan tidak harmonis bernama Komar bin Syueb dan Nuraeni. Sedari kecil
Margio selalu memperoleh perlakuan kasar dari Komar. Tak hanya Margio, bahkan
Nuraeni dan anak keduanya, Mameh, juga selalu menjadi korban amukan amarahnya.
Komar yang sepanjang hidupnya selalu memukuli Nuraeni telah membuatnya menjadi
wanita sinting yang selalu berbicara pada panci dan kompornya.
Mulanya, Nuraeni amat sayang dan
cinta pada Komar hingga suatu ketika Komar pergi dari desa dan tak pernah
sekalipun mengirimkan surat padanya. Hal tersebut telah membuat Nuraeni sakit
hati dan membuat Nuraeni tidak peduli lagi dengan apa yang dilakukan Komar.
Rasa cintanya pada Komar pun telah binasa, tak tersisa. Semakin hari sikapnya
pada Komar pun semakin sinis dan beku. Perkawinannya dengan Komar adalah hal
terburuk dalam hidupnya. Bisa dibilang kesialan juga.
Tak hanya Nuraeni yang membenci
Komar, Margio pun membencinya. Sepanjang hidupnya, Margio sering melihat
Nuraeni mendapat siksaan dan perlakuan buruk dari Komar. Karena itulah ia
membenci Komar dan berkehendak untuk menghabisinya. Sebagai seorang suami,
Komar tidak pernah mengindahkan Nuraeni. Sepertinya, satu-satunya yang ia
pedulikan dari Nuraeni adalah tubuhnya, terutama selangkangannya yang bisa
memuaskan dirinya ketika rasa berahinya muncul.
Nuraeni yang tidak pernah
mendapat belaian lembut dan kehangatan dari suaminya, suatu hari memperolehnya
dari Anwar Sadat. Pemahaman Anwar Sadat yang begitu memadai tentang wanita
seolah memberitahunya bahwa Nuraeni merindukan sentuhan lembut seorang lelaki.
Tanpa segan Anwar Sadat pun memenuhinya. Mereka semakin sering bercinta. Entah
itu di kamar, bak mandi, sofa, dan di lantai ruang Anwar Sadat melukis.
Secara sederhananya, kisah ini
bercerita tentang Margio yang mendapatkan warisan berupa sosok astral berupa
Harimau putih dari Almarhum kakeknya. Perseteruan Margio dengan Ayahnya (Komar
Bin Syueb) karena Margio mengira sosok Harimau piaraan kakeknya diwarisi
ayahnya. Semenjak kakek Margio meninggal, yang ia lakukan bak polisi pengiring
yang setiap waktu memantau Ayahnya demi memastikan Harimau itu benar
terwariskan ke Ayahnya atau tidak. Hal ini di perparah dengan sikap Komar yang sewenang-wenang
memperhatikan kondisi ekonomi keluarganya. Puncaknya saat Marian meninggal
karena kekurangan gizi.
Dalam novel ini, Komar dicitrakan
sebagai suami yang ringan tangan ke istrinya. Mungkin karena tekanan ekonomi
sehingga Margio dan adiknya menjadi tidak hormat ke Ayahnya.
Baik Komar, Margio, maupun Mameh
tak menyadari perubahan yang terjadi pada Nuraeni. Mereka melihatnya sebagai
kesintingan belaka karena Nuraeni selalu bersikap aneh. Hingga suatu ketika
Komar akhirnya mengetahui bahwa Nuraeni hamil hasil hubungan gelapnya dengan
lelaki lain. Amukan Komar pun semakin menjadi-jadi. Margio yang jatuh cinta
pada Maharani dengat amat terpaksa harus mengubur perasaannya. Ada luka di
dalam keluarganya dan semuanya tersangkut-paut dengan Maharani. Amat sulit bagi
Margio untuk menyampaikannya pada Maharani sebab Margio selalu terhalangi oleh
rasa pemujaan terhadapnya.
Semakin ke belakang, semakin
terkuak latar belakang Komar bin Syueb selalu bersikap kasar pada keluarganya.
Seperti karyanya yang lain, bagi saya ceritanya tidak mudah ditebak. Dalam
novel ini pun saya menemukan beberapa kosakata baru, seperti lenguhan,
pejal, begundal, pelor, mencungkupinya, dan masih banyak lagi. Kata-kata yang
sangat jarang—bahkan hampir tidak pernah—saya temukan di novel-novel lain.
Pada akhir cerita, cerita
bagaimana kematian Anwar sadat terungkap. Pelakunya adalah Margio, dan
pertengahan halaman sampai akhir adalah cerita bagaimana sejarah keluarga ini
berasal, termasuk perasaan cinta Margio ke Maharani.
https(:)//coretanlauna(dot)wordpress(dot)com/2014/10/17/lelaki-harimau-oleh-eka-kurniawan/
http://www(dot)perempuanmembaca(dot)com/2019/06/review-buku-lelaki-harimau-eka-kurniawan(dot)html
No comments:
Post a Comment