Wednesday, August 5, 2020

RESENSI CORAT-CORET DI TOILET EKA KURNIAWAN


RESENSI KUMPULAN CERITA PENDEK CORAT-CORET DI TOILET


Buku ini memuat 12 judul cerpen yang ditulis selama periode tahun 1999-2000. Corat-coret di Toilet kali pertama terbit sekitar tahun 2000 oleh Yayasan Aksara Indonesia berisi sepuluh cerpen, kemudian diterbitkan ulang oleh Gramedia pada tahun 2014 dengan menambah dua cerpen lagi. Cerpen-cerpen tersebut adalah Peter Pan, Dongeng Sebelum Bercinta, Corat-Coret di Toilet, Teman Kencan, Rayuan Dusta untuk Marietje, Hikayat Si Orang Gila, Si Cantik yang Tak Boleh Keluar Malam, Siapa Kirim Aku Bunga?, Tertangkapnya Si Bandit Kecil Pencuri Roti, Kisah dari Seorang Kawan, Dewi Amor, serta Kandang Babi. Tanpa bermaksut menilai mana cerpen yang bagus diantara dua belas judul cerpen tersebut, saya akan menulis resensi dari cerpen yang bagiku menarik.


Pertama, Peter Pan.
Buku ini lebih kepada kumcer, cerpen pertama berjudul Peter Pan. Sesuai dengan judulnya, cerpen ini berkisah tentang Peter Pan, saya menilai bahwa tokoh ini di citrakan Mas Eka sebagai penulis, penyair, pembaca buku kelas berat dan seorang inisiator gerakan gerilya.


Berkisah tentang gerakan demonstrasi ke Presiden yang diktator, pencurian buku, rasa cintanya yang teramat besar ke Tuan Puteri dan penculikan. Cerpen ini adalah sebuah satir atas apa yang Mas Eka alami selama mahasiswa, di mana Pak Harto melakukan gerakan subversif terhadap rakyatnya sendiri. Orang-orang yang kritis ke pemerintahannya akan hilang tak lama selepas ia dengan berani mengkritik rezim yang ia pimpin.


Baca Tulisan Saya Yang Lain: Resensi Novel Lelaki Harimau


Seperti pada buku Cantik Itu Luka dan Lelaki Harimau, cerpennya kali ini memiliki alur maju mundur. Mas Eka terlampau ciamik memadu padankan kata demi kata sehingga membuat pembaca memgernyitkan dahi makna dibalik setiap apa yang ia tulis.


Berbicara ORBA, buku seperti Laut Bercerita karangan Mbak Leila S Chudori dan Corat-coret di toilet menjadi memori yang hidup yang generasi millineal perlu tahu, tidak dalam rangka membuat teror dan mentransfer kekejaman sebuah rezim, melainkan perlu tahu jika kita pernah di pimpin oleh seorang diktator.


Kedua, Dongeng Sebelum Bercinta.
Apa teman-teman sudah membaca Cantik Itu Luka? Jika sudah, tentu tidak asing dengan nama "Maman Gendeng" dan " Maya Dewi", anak pelacur legendaris Halimunda. Ada sedikit kemiripan plot cerita antara cerpen Dongeng Sebelum Bercinta dengan Cantik Itu Luka khususnya bagian Alamanda dengan Shodanco dan Maya Dewi dengan Maman Gendeng suaminya.


Jika Alamanda berusaha sekuat tenaga tidak disetubuhi oleh Shodanco, suaminya sendiri. Berbeda dengan Maman Gendeng yang tidak tega menyetubuhi Maya Dewi yang saat ia persunting menjadi istrinya masih berumur empat belas tahun. Saya mengambil benang merah pada kedua tokoh tersebut perihal sebuah penantian "Kapan bisa menyetubuhi istrinya".


Dalam cerpen "Dongeng Sebelum Bercinta" ini, tokoh utama juga bernama Alamanda. Ia tidak mau melakukan hubungan seksual dengan suaminya jika ia belum tuntas menyelesaikan dongeng "Alice's Adventures in Wonderland". Setiap sang suami meminta berhubungan badan, Alamanda akan mengingatkan pada suaminya bahwa ia sudah berjanji akan berhubungan badan saat Alamanda selesai menandaskan dongeng tersebut. Hal tersebut berlangsung sebulan lebih.


Apakah cerita ini hanya berkisah tentang hubungan seksual semata? Oh tentu tidak.


Saya menilai, Mas Eka, dengan jitu memaparkan perlawanan atau pemberontakan seorang perempuan terhadap budaya Patriarki di mana meletakan perempuan tidak boleh memilih jalan hidupnya sendiri, termasuk memilih suaminya.


Baca Tulisan Saya Yang Lain: Resensi Novel Cantik Itu Luka


Pada Novel Cantik Itu Luka, Alamanda meminta tolong ke dukun untuk diberikan celana dalam yang hanya dapat dibuka dengan sebuah mantra. Celana dalam tersebut tidak akan hancur meski dibuka dengan perkakas maupun di granat sekalipun. Hal ini dikarenakan Alamanda yang tidak mencintai Shodanco. Pada titik tersebutlah, kita dapat melihat usaha perempuan dalam memberikan perlawanan dan pemberontakan.


Kisah Maya Dewi dengan Maman Gendeng berbeda lagi. Sebagai preman paling kuat dan menakutkan di Halimunda, ia berhak meniduri Dewi Ayu secara gratis, seorang pelacur legendaris di kota tersebut yang kita tahu adalah Mertuanya sendiri, Ibu dari Maya Dewi. Pernikahan Maman Gendeng dengan Maya Dewi dikarenakan Dewi Ayu yang tak sudi menikah lagi. Selama proses melamar Dewi Ayu, Maman Gendeng dalam hati menyimpan rasa cinta ke Maya Dewi. Melihat gelagat tersebut, Dewi Ayu menyuruh anaknya untuk menikah dengan Maman Gendeng. Prosesi pernikahan tersebut berlangsung meriah dengan pesta yang sangat besar, banyak tamu yang datang karena mereka tahu, pelacur legendaris sedang menikahkan anaknya dengan preman paling kuat di Halimunda, Maman Gendeng.


Ketiga, Corat-Coret Di Toilet.
Cerita yang lugas, to the point dan mengena sekali. Berkisah tentang toilet yang baru di cat di sebuah fakultas. Pada tembok yang mulus tersebut, sengaja seorang Mahasiswa menulis dengan spidol yang ia miliki "Reformasi Gagal Total, Kawan! Mari Tuntaskan Revolusi Demokratik!." Tulisan tersebut memancing setiap mahasiswa yang masuk toilet untuk ikut menulis, entah dengan spidol, bolpoin, lipstik bahkan patahan batu bata.


Banyaknya pemakai toilet, setiap mahasiswa yang gemas membalas tulisan pada tembok tersebut dengan pelbagai tanggapan. Dari yang menuduh PKI, mengajak kencan, sok alim dan kontra revolusioner.


Keempat, Teman Kencan.
Sebelum membaca buku ini, Chanel youtube Jurnal Ruang pernah mengadakan in depth interview dengan Mas Eka, pewancara menyinggung apakah tokoh utama dalam cerpen Teman Kencan ini benar adanya? Mas Eka tampak kikuk menjawabnya, haha.


Oke, ceritanya sederhana. Tentang seorang lelaki yang di tinggal minggat karena ia sibuk demontrasi. Tepat pada sabtu malam minggu, ia merasa kesepian dan berniat kencan dengan Nurul Aini, perempuan cantik dengan senyum yang membius. Tapi nasib berkata lain, Nurul Aini kencan dengan lelaki lain sehingga pilihan berkencan jatuh pada Ayu, mantan kekasih tokoh utama pada cerita ini. Selepas telfon dan mendapat alamat baru pondokan si Ayu, ia bertamu ke perempuan yang pernah menjalin hubungan dua tahun dengannya. Seperti peribahasa "Habis Jatuh Tertimpa Tangga", tokoh utama ini mendapati gadis pujaannya dulu telah hamil. Ia tak sadar kalau Ayu sudah menikah.


Kelima, Rayuan Dusta Untuk Marietje.
Tulisan yang sangat satire. Menceritakan seorang pemuda yang menjadi tentara bayaran Belanda. Pergi jauh dari negeri kincir ke tanah perawan bernama Hindia Belanda demi menyambung hidup. Selama bertugas di benteng kecil sekitaran Ancol, semua kebutuhan yang tak ia dapatkan di Belanda tercukupi di tanah jajahan kerjaannya, kecuali satu. Pasangan hidup, dan perempuan itu haruslah perempuan bule. Ia tak sudi mempersunting perempuan Pribumi meski memiliki kulit langsat, tubuh sintal dan rambut hitam yang terkulai sampai punggung. Perempuan yang ia inginkan hadir hanyalah pacarnya sewaktu di Belanda, Marietje si pelayan toko roti.


Mengapa saya anggap ini adalah satire?  


Mas Eka dengan jelas menggambarkan bahwa tentara Belanda selama masa penjajahan menjadikan para perempuan pribumi tempat melampiaskan nafsu, mereka dijadikan gundik dan di tinggal begitu saja. Tabiat seperti itu juga dilakukan oleh pejabat pribumi dan orang keraton, meski tidak dapat kita generallisir, hal ini menjadi bukti bahwa sejarah negeri kita adalah sejarah yang sewenang-wenang terhadap perempuan.


Apakah hanya itu? Tidak.


Mas Eka dengan jelas menyebut bahwa bangsa ini mudah sekali mereka (Para tentara Belanda) taklukan demi merampok rempah-rempah dan emas yang terkandung dalam negeri perawan ini.


Keenam, Si Cantik Yang Tak Boleh Keluar Malam.
Masih seputar perempuan, Mas Eka menulis tentang pasangan suami istri dan anak perempuannya yang baru menginjak umur tujuh belas tahun.  Seperti judulnya, anak perempuan ini ingin sekali merayakan ulang tahunya bersama teman-temanya di luar rumah. Pergi ke pantai atau camping di pinggir hutan adalah pilihan yang tepat dalam merayakan masa pubernya. Namun apa yang ia pikirkan berbeda dengan apa yang Ayah dan Ibunya pikirkan, terlebih Ayahnya yang sangat khawatir jika anak perempuannya ke luar rumah di malam hari akan bersinggungan dengan narkoba, rokok bahkan menjadi korban pemerkosaan.


Baca Tulisan Saya Yang Lain: Resensi Novel Lelaki Malang Kenapa Lagi?


Layaknya para gadis di masa SMA, si Cantik merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya. Ia naksir ke lelaki yang aktif di teater sekolah. Kebosanan dan larangan Ayahnya yang tidak pernah mengijinkan ia keluar di malam hari memunculkan bibit-bibit pemberontakan. Mulai dari mengundang teman-temanya ke rumah sampai pagi hari, mendengarkan radio di dalam kamar dengan suara yang amat keras dan menelfon teman-temannya sampai setengah gaji dari Ayahnya habis untuk membayar tagihan telfon. Tujuan dari itu semua hanya satu, membuat Ayahnya tidak nyaman dan mengijinkannya ke luar rumah di malam hari. Naas, semakin ia melakukan pemberontakan, semakin keras Ayahnya mengekangnya.


Puncak dari pemberontakan si Cantik saat ia nekat loncat dari jendela kamarnya demi menonton lelaki yang ia taksir memerankan Romeo di acara teater sekolah. Cinta dapat membuat seseorang yang awalnya penakut menjadi pemberani, itulah yang si Cantik lakukan demi membalas cinta sang Romeo.


Selepas acara selesai, si Cantik lari ke belakang panggung mencari sang Romeo. Ia berniat mengutarakan kalau si Cantik juga mencintai dan ingin menjadi kekasihnya. Tapi celaka, si Cantik mendapat penolakan karena ia lebih memilih melanjutkan hubungan cinta di luar panggungnya dengan Juliet.


Praktis setelah penolakan itu, Si Cantik tidak pernah kembali lagi ke rumah. Banyak yang bilang ia sering jalan dengan om-om berperut buncit, di diskotik dan emperan stasiun sembari mabuk dan merokok. Tapi, banyak yang bilang jika apa yang mereka lihat bukanlah si Cantik, melainkan arwah gentayangan karena ia bunuh diri.


Sampai di titik ini pelajaran apa yang dapat kita petik? Silahkan berpendapat. Saya lebih menyoroti kepada, Pertama, peran orangtua yang harus menjadi sahabat anak-anaknya agar kita tahu apa yang anak kita inginkan. Tidak mesti harus mengekang dan melarang semua yang anak inginkan, dengan menjadi seorang sahabat, kita secara tidak langsung menjadi pendengar yang baik. Kedua, cinta membuat seorang pengecut menjadi pemberani. Cinta menjadikan seorang pendosa mau bertobat dan bahaya cinta jika tidak dibarengi dengan ilmu agama akan menjadi malapetaka. Ketiga, cerpen ini mengingatkan saya kepada Qais dalam novel Layla Majnun dan terakhir. Keempat, cerpen ini secara tidak langsung mencitrakan bahwa si Cantik terkena hukuman dari Tuhan karena berani memberontak ke orangtuanya.


Ketujuh, Siapa Kirim Aku Bunga?
Klimaks dari cerita ini adalah penyakit Skizofrenia -Gangguan mental yang terjadi secara jangka panjang- oleh tentara Belanda. Berkisah tentang orang Belanda yang jatuh cinta dengan gadis Pribumi. Boleh saya bilang, cerpen ini adalah representative perlawanan seorang perempuan terhadap laki-laki yang dengan kuasa fisik dan politiknya melakukan apa saja tanpa memandang rasa kemanusiaan.


Laki-laki itu bernama Henri, setiap hari ia di teror sebuah kiriman buket bunga mawar merah dengan secarik kertas bertulis basa-basi cinta anak muda. Ia tidak tahu siapa pengirim bunga tersebut. Pada awalnya ia menduga bahwa kiriman bunga tersebut berasal dari Noni-Noni Belanda. Gadis cantik berkulit putih yang memiliki hidung mancung seperti yang ia miliki. Rasa penasarannya itu malah menjadi teror yang menjadi jadi, sampai ia putuskan untuk bertanya ke penjual bunga di depan sebuah resto tempat ia biasa nongkrong dengan teman-temannya selepas bekerja. Gadis penjual bunga itu adalah orang Pribumi, berkulit sawo matang, tidak memiliki hidung seindah gadis-gadis sebangsanya di negeri kincir sana, terlebih gaya berpakaiannya yang ala kadarnya dan tampak kumuh.


Ia sadar jika bunga-bunga yang ia terima setiap hari bukanlah dari Noni-Noni Belanda, melainkan si penjual yang dengan sengaja mengirimkan untuknya. Merasa benar, ia mengutarakan cintanya ke gadis penjual bunga tersebut, gadis Pribumi yang sebelumnya ia padang hina dan sebelah mata itu.


Baca Tulisan Saya Yang Lain: Resensi Novel Dunia Sophie


Inilah yang membuat cerpen ini menarik. Mas Eka dengan gagah memposisikan perempuan Pribumi ini menang dalam artian sesungguhnya. Gadis penjual bunga akan menerima ajakan menikah dari Henri jika dia mengutarakan langsung ke Ayahnya. Saat Henri bertanya di mana Ayah si gadis berada, dengan lantang si gadis menjawab jika Ayahnya ada di Boven Digoel.


“Kenapa Ayahmu ada di sana?” – tanya Henri.
“Kau sendiri yang mengirimnya” – jawab si Gadis.


Perlu pembaca tahu, di masa itu banyak orang Pribumi yang di buang ke Boven Digoel karena menuntut kemerdekaan Hindia Belanda.


Sekian terimakasih
Ali Ahsan Al Haris
Malang, Agustus 2020

No comments:

Post a Comment