RESENSI KUMPULAN
CERITA PENDEK CORAT-CORET DI TOILET
Buku ini memuat 12 judul cerpen
yang ditulis selama periode tahun 1999-2000. Corat-coret di Toilet kali pertama
terbit sekitar tahun 2000 oleh Yayasan Aksara Indonesia berisi sepuluh cerpen,
kemudian diterbitkan ulang oleh Gramedia pada tahun 2014 dengan menambah dua
cerpen lagi. Cerpen-cerpen tersebut adalah Peter Pan, Dongeng Sebelum
Bercinta, Corat-Coret di Toilet, Teman Kencan, Rayuan Dusta untuk Marietje,
Hikayat Si Orang Gila, Si Cantik yang Tak Boleh Keluar Malam, Siapa Kirim Aku
Bunga?, Tertangkapnya Si Bandit Kecil Pencuri Roti, Kisah dari Seorang Kawan,
Dewi Amor, serta Kandang Babi. Tanpa bermaksut menilai mana cerpen yang
bagus diantara dua belas judul cerpen tersebut, saya akan menulis resensi dari
cerpen yang bagiku menarik.
Pertama, Peter Pan.
Buku ini lebih kepada kumcer,
cerpen pertama berjudul Peter Pan. Sesuai dengan judulnya, cerpen ini berkisah
tentang Peter Pan, saya menilai bahwa tokoh ini di citrakan Mas Eka sebagai
penulis, penyair, pembaca buku kelas berat dan seorang inisiator gerakan
gerilya.
Berkisah tentang gerakan
demonstrasi ke Presiden yang diktator, pencurian buku, rasa cintanya yang
teramat besar ke Tuan Puteri dan penculikan. Cerpen ini adalah sebuah satir
atas apa yang Mas Eka alami selama mahasiswa, di mana Pak Harto melakukan
gerakan subversif terhadap rakyatnya sendiri. Orang-orang yang kritis ke
pemerintahannya akan hilang tak lama selepas ia dengan berani mengkritik rezim
yang ia pimpin.
Baca Tulisan Saya Yang Lain: Resensi Novel Lelaki Harimau
Seperti pada buku Cantik Itu Luka
dan Lelaki Harimau, cerpennya kali ini memiliki alur maju mundur. Mas Eka
terlampau ciamik memadu padankan kata demi kata sehingga membuat pembaca memgernyitkan
dahi makna dibalik setiap apa yang ia tulis.
Berbicara ORBA, buku seperti Laut
Bercerita karangan Mbak Leila S Chudori dan Corat-coret di toilet menjadi
memori yang hidup yang generasi millineal perlu tahu, tidak dalam rangka
membuat teror dan mentransfer kekejaman sebuah rezim, melainkan perlu tahu jika
kita pernah di pimpin oleh seorang diktator.
Kedua, Dongeng Sebelum Bercinta.
Apa teman-teman sudah membaca
Cantik Itu Luka? Jika sudah, tentu tidak asing dengan nama "Maman
Gendeng" dan " Maya Dewi", anak pelacur legendaris Halimunda. Ada
sedikit kemiripan plot cerita antara cerpen Dongeng Sebelum Bercinta dengan
Cantik Itu Luka khususnya bagian Alamanda dengan Shodanco dan Maya Dewi dengan
Maman Gendeng suaminya.
Jika Alamanda berusaha sekuat
tenaga tidak disetubuhi oleh Shodanco, suaminya sendiri. Berbeda dengan Maman
Gendeng yang tidak tega menyetubuhi Maya Dewi yang saat ia persunting menjadi istrinya
masih berumur empat belas tahun. Saya mengambil benang merah pada kedua tokoh
tersebut perihal sebuah penantian "Kapan bisa menyetubuhi istrinya".
Dalam cerpen "Dongeng
Sebelum Bercinta" ini, tokoh utama juga bernama Alamanda. Ia tidak mau
melakukan hubungan seksual dengan suaminya jika ia belum tuntas menyelesaikan
dongeng "Alice's Adventures in Wonderland". Setiap sang suami meminta
berhubungan badan, Alamanda akan mengingatkan pada suaminya bahwa ia sudah
berjanji akan berhubungan badan saat Alamanda selesai menandaskan dongeng
tersebut. Hal tersebut berlangsung sebulan lebih.
Apakah cerita ini hanya berkisah
tentang hubungan seksual semata? Oh tentu tidak.
Saya menilai, Mas Eka, dengan
jitu memaparkan perlawanan atau pemberontakan seorang perempuan terhadap budaya
Patriarki di mana meletakan perempuan tidak boleh memilih jalan hidupnya
sendiri, termasuk memilih suaminya.
Baca Tulisan Saya Yang Lain: Resensi Novel Cantik Itu Luka
Pada Novel Cantik Itu Luka,
Alamanda meminta tolong ke dukun untuk diberikan celana dalam yang hanya dapat dibuka
dengan sebuah mantra. Celana dalam tersebut tidak akan hancur meski dibuka
dengan perkakas maupun di granat sekalipun. Hal ini dikarenakan Alamanda yang
tidak mencintai Shodanco. Pada titik tersebutlah, kita dapat melihat usaha
perempuan dalam memberikan perlawanan dan pemberontakan.
Kisah Maya Dewi dengan Maman
Gendeng berbeda lagi. Sebagai preman paling kuat dan menakutkan di Halimunda,
ia berhak meniduri Dewi Ayu secara gratis, seorang pelacur legendaris di kota
tersebut yang kita tahu adalah Mertuanya sendiri, Ibu dari Maya Dewi.
Pernikahan Maman Gendeng dengan Maya Dewi dikarenakan Dewi Ayu yang tak sudi
menikah lagi. Selama proses melamar Dewi Ayu, Maman Gendeng dalam hati
menyimpan rasa cinta ke Maya Dewi. Melihat gelagat tersebut, Dewi Ayu menyuruh
anaknya untuk menikah dengan Maman Gendeng. Prosesi pernikahan tersebut
berlangsung meriah dengan pesta yang sangat besar, banyak tamu yang datang
karena mereka tahu, pelacur legendaris sedang menikahkan anaknya dengan preman
paling kuat di Halimunda, Maman Gendeng.
Ketiga, Corat-Coret Di Toilet.
Cerita yang lugas, to the point
dan mengena sekali. Berkisah tentang toilet yang baru di cat di sebuah
fakultas. Pada tembok yang mulus tersebut, sengaja seorang Mahasiswa menulis dengan
spidol yang ia miliki "Reformasi Gagal Total, Kawan! Mari Tuntaskan
Revolusi Demokratik!." Tulisan tersebut memancing setiap mahasiswa yang
masuk toilet untuk ikut menulis, entah dengan spidol, bolpoin, lipstik bahkan
patahan batu bata.
Banyaknya pemakai toilet, setiap
mahasiswa yang gemas membalas tulisan pada tembok tersebut dengan pelbagai
tanggapan. Dari yang menuduh PKI, mengajak kencan, sok alim dan kontra
revolusioner.
Keempat, Teman Kencan.
Sebelum membaca buku ini, Chanel
youtube Jurnal Ruang pernah mengadakan in depth interview dengan Mas Eka, pewancara
menyinggung apakah tokoh utama dalam cerpen Teman Kencan ini benar adanya? Mas
Eka tampak kikuk menjawabnya, haha.
Oke, ceritanya sederhana. Tentang
seorang lelaki yang di tinggal minggat karena ia sibuk demontrasi. Tepat pada
sabtu malam minggu, ia merasa kesepian dan berniat kencan dengan Nurul Aini,
perempuan cantik dengan senyum yang membius. Tapi nasib berkata lain, Nurul
Aini kencan dengan lelaki lain sehingga pilihan berkencan jatuh pada Ayu,
mantan kekasih tokoh utama pada cerita ini. Selepas telfon dan mendapat alamat
baru pondokan si Ayu, ia bertamu ke perempuan yang pernah menjalin hubungan dua
tahun dengannya. Seperti peribahasa "Habis Jatuh Tertimpa Tangga",
tokoh utama ini mendapati gadis pujaannya dulu telah hamil. Ia tak sadar kalau
Ayu sudah menikah.
Kelima, Rayuan Dusta Untuk Marietje.
Tulisan yang sangat satire.
Menceritakan seorang pemuda yang menjadi tentara bayaran Belanda. Pergi jauh
dari negeri kincir ke tanah perawan bernama Hindia Belanda demi menyambung
hidup. Selama bertugas di benteng kecil sekitaran Ancol, semua kebutuhan yang
tak ia dapatkan di Belanda tercukupi di tanah jajahan kerjaannya, kecuali satu.
Pasangan hidup, dan perempuan itu haruslah perempuan bule. Ia tak sudi
mempersunting perempuan Pribumi meski memiliki kulit langsat, tubuh sintal dan
rambut hitam yang terkulai sampai punggung. Perempuan yang ia inginkan hadir
hanyalah pacarnya sewaktu di Belanda, Marietje si pelayan toko roti.
Mengapa saya anggap ini adalah
satire?
Mas Eka dengan jelas
menggambarkan bahwa tentara Belanda selama masa penjajahan menjadikan para
perempuan pribumi tempat melampiaskan nafsu, mereka dijadikan gundik dan di
tinggal begitu saja. Tabiat seperti itu juga dilakukan oleh pejabat pribumi dan
orang keraton, meski tidak dapat kita generallisir, hal ini menjadi bukti bahwa
sejarah negeri kita adalah sejarah yang sewenang-wenang terhadap perempuan.
Apakah hanya itu? Tidak.
Mas Eka dengan jelas menyebut
bahwa bangsa ini mudah sekali mereka (Para tentara Belanda) taklukan demi
merampok rempah-rempah dan emas yang terkandung dalam negeri perawan ini.
Keenam, Si Cantik Yang Tak Boleh Keluar Malam.
Masih seputar perempuan, Mas Eka
menulis tentang pasangan suami istri dan anak perempuannya yang baru menginjak
umur tujuh belas tahun. Seperti judulnya, anak perempuan ini ingin sekali
merayakan ulang tahunya bersama teman-temanya di luar rumah. Pergi ke pantai
atau camping di pinggir hutan adalah pilihan yang tepat dalam merayakan masa
pubernya. Namun apa yang ia pikirkan berbeda dengan apa yang Ayah dan Ibunya
pikirkan, terlebih Ayahnya yang sangat khawatir jika anak perempuannya ke luar
rumah di malam hari akan bersinggungan dengan narkoba, rokok bahkan menjadi
korban pemerkosaan.
Baca Tulisan Saya Yang Lain: Resensi Novel Lelaki Malang Kenapa Lagi?
Layaknya para gadis di masa SMA,
si Cantik merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya. Ia naksir ke lelaki yang
aktif di teater sekolah. Kebosanan dan larangan Ayahnya yang tidak pernah
mengijinkan ia keluar di malam hari memunculkan bibit-bibit pemberontakan. Mulai
dari mengundang teman-temanya ke rumah sampai pagi hari, mendengarkan radio di
dalam kamar dengan suara yang amat keras dan menelfon teman-temannya sampai
setengah gaji dari Ayahnya habis untuk membayar tagihan telfon. Tujuan dari itu
semua hanya satu, membuat Ayahnya tidak nyaman dan mengijinkannya ke luar rumah
di malam hari. Naas, semakin ia melakukan pemberontakan, semakin keras Ayahnya
mengekangnya.
Puncak dari pemberontakan si
Cantik saat ia nekat loncat dari jendela kamarnya demi menonton lelaki yang ia
taksir memerankan Romeo di acara teater sekolah. Cinta dapat membuat seseorang
yang awalnya penakut menjadi pemberani, itulah yang si Cantik lakukan demi
membalas cinta sang Romeo.
Selepas acara selesai, si Cantik
lari ke belakang panggung mencari sang Romeo. Ia berniat mengutarakan kalau si
Cantik juga mencintai dan ingin menjadi kekasihnya. Tapi celaka, si Cantik
mendapat penolakan karena ia lebih memilih melanjutkan hubungan cinta di luar
panggungnya dengan Juliet.
Praktis setelah penolakan itu, Si
Cantik tidak pernah kembali lagi ke rumah. Banyak yang bilang ia sering jalan
dengan om-om berperut buncit, di diskotik dan emperan stasiun sembari mabuk dan
merokok. Tapi, banyak yang bilang jika apa yang mereka lihat bukanlah si
Cantik, melainkan arwah gentayangan karena ia bunuh diri.
Sampai di titik ini pelajaran apa
yang dapat kita petik? Silahkan berpendapat. Saya lebih menyoroti kepada,
Pertama, peran orangtua yang harus menjadi sahabat anak-anaknya agar kita tahu
apa yang anak kita inginkan. Tidak mesti harus mengekang dan melarang semua
yang anak inginkan, dengan menjadi seorang sahabat, kita secara tidak langsung
menjadi pendengar yang baik. Kedua, cinta membuat seorang pengecut menjadi
pemberani. Cinta menjadikan seorang pendosa mau bertobat dan bahaya cinta jika
tidak dibarengi dengan ilmu agama akan menjadi malapetaka. Ketiga, cerpen ini
mengingatkan saya kepada Qais dalam novel Layla Majnun dan terakhir. Keempat,
cerpen ini secara tidak langsung mencitrakan bahwa si Cantik terkena hukuman
dari Tuhan karena berani memberontak ke orangtuanya.
Ketujuh, Siapa Kirim Aku Bunga?
Klimaks dari cerita ini adalah
penyakit Skizofrenia -Gangguan mental yang terjadi secara jangka panjang- oleh
tentara Belanda. Berkisah tentang orang Belanda yang jatuh cinta dengan gadis
Pribumi. Boleh saya bilang, cerpen ini adalah representative perlawanan seorang
perempuan terhadap laki-laki yang dengan kuasa fisik dan politiknya melakukan
apa saja tanpa memandang rasa kemanusiaan.
Laki-laki itu bernama Henri,
setiap hari ia di teror sebuah kiriman buket bunga mawar merah dengan secarik
kertas bertulis basa-basi cinta anak muda. Ia tidak tahu siapa pengirim bunga
tersebut. Pada awalnya ia menduga bahwa kiriman bunga tersebut berasal dari Noni-Noni
Belanda. Gadis cantik berkulit putih yang memiliki hidung mancung seperti yang
ia miliki. Rasa penasarannya itu malah menjadi teror yang menjadi jadi, sampai
ia putuskan untuk bertanya ke penjual bunga di depan sebuah resto tempat ia biasa
nongkrong dengan teman-temannya selepas bekerja. Gadis penjual bunga itu adalah
orang Pribumi, berkulit sawo matang, tidak memiliki hidung seindah gadis-gadis
sebangsanya di negeri kincir sana, terlebih gaya berpakaiannya yang ala
kadarnya dan tampak kumuh.
Ia sadar jika bunga-bunga yang ia
terima setiap hari bukanlah dari Noni-Noni Belanda, melainkan si penjual yang dengan
sengaja mengirimkan untuknya. Merasa benar, ia mengutarakan cintanya ke gadis
penjual bunga tersebut, gadis Pribumi yang sebelumnya ia padang hina dan
sebelah mata itu.
Baca Tulisan Saya Yang Lain: Resensi Novel Dunia Sophie
Inilah yang membuat cerpen ini
menarik. Mas Eka dengan gagah memposisikan perempuan Pribumi ini menang dalam
artian sesungguhnya. Gadis penjual bunga akan menerima ajakan menikah dari Henri
jika dia mengutarakan langsung ke Ayahnya. Saat Henri bertanya di mana Ayah si gadis
berada, dengan lantang si gadis menjawab jika Ayahnya ada di Boven Digoel.
“Kenapa Ayahmu ada di sana?” –
tanya Henri.
“Kau sendiri yang mengirimnya” –
jawab si Gadis.
Perlu pembaca tahu, di masa itu
banyak orang Pribumi yang di buang ke Boven Digoel karena menuntut kemerdekaan
Hindia Belanda.
Sekian terimakasih
Ali Ahsan Al Haris
Malang, Agustus 2020
No comments:
Post a Comment