24 Jam Bersama Gaspar
"Semua orang terlahir untuk menjadi keparat dan siapa
pun yang berkata sebaliknya pastilah delusional atau, kalau tidak, ya pendusta
kelas berat." (hlm. 170)
***
Ada kisah yang ditulis dengan alurnya terlebih dulu dirancang, baru tokohnya mengikuti alur itu. Ada kisah yang ditulis dengan tokohnya terlebih dulu diberi nyawa, baru alur cerita mengikuti aksi tokoh. Tokoh memegang kendali atas alur. Ekstremnya, tokoh punya kehendak bebas.
"24 Jam Bersama Gaspar" barangkali ditulis dengan
cara yang kedua. Gaspar berhasil hidup sebagai manusia yang nyeleneh tapi
tetaplah seorang manusia. Tokoh-tokoh lain pun punya keistimewaannya sendiri.
Favoritku adalah Cortazar; aku suka ide kehendak bebasnya.
Bersama-sama mereka mendongengkan komedi; komedi yang tidak
kitsch. (Lewat narasi Gaspar yang blak-blakan, pembaca diajak mencibir sambil
nyengir pada kebobrokan realita sosial dan politik. Tapi ya, cuma berakhir di
"mencibir".) Meski tidak selucu yang digambarkan oleh beberapa reviu
yang kubaca. Atau mungkin hanya aku yang susah dibikin ketawa. Atau lupa cara
ketawa. Tapi aku suka cara penulis mengantarkan kisah ini.
Ada kotak hitam yang hendak diungkap isinya; inilah
teka-tekinya--yang kukira awalnya. Ada petunjuk-petunjuk yang diselipkan di
berbagai sudut oleh penulis secara halus; bahkan mungkin kau tidak sadar kalau
sedang disuguhi petunjuk. Namun akhirnya aku sadar, kotak hitam bukanlah pusat
gravitasi cerita yang sesungguhnya. Aku tertipu.
Kalau tuan-puan hendak menikmati novel dengan tema
sosial-politis sebagaimana kebanyakan tema-tema pemenang sayembara novel DKJ,
maka carilah judul lain. Namun, bila tuan-puan hendak membaca cerita yang
segar, menggelitik, sekaligus kocak, maka buku ini adalah pilihan yang tepat.
Saya sendiri sudah menduga saya akan candu dengan novel ini, menyaksikan
keempat novel yang menjadi saudara sepersusuan dari DKJ yang (menurut) saya
belum ada yang segar. ini sangat remeh temeh, karena (cuma) berkisah soal
Gaspar yang kemudian di tengah memiliki nama alias bernama Rahasia hendak
mencuri toko emas milik Wan Ali. Namun sejatinya ada sebuah rahasia yang
diam-diam disembunyikan Gaspar, ialah soal kotak dan anak perempuan Wan Ali.
Gaspar kemudian bertemu sekaligus menggalang komplotasi
dengan lima orang lainnya, Njet, Kik, Agnes, Pongo, dan Pingi. Yang kesemuannya
ada kaitannya dengan Wan Ali. Misalkan Pingi yang sejatinya adalah kakak ipar
Wan Ali.
Tetapi yang menarik adalah rasa humor Sabda yang seolah
merangkum semua informasi dan kemudian diolah sedemikian lucu. Di bagian
pengantar saja sudah kocak, Arthur Harahap ini siapa/ Pantai Margonda? Kemudian
soal Hymne Pramuka itu benar-benar bikin saya ketawa keras even di KRL yang
padat. Terus kocak lain misal ada adegan Goenawan Mohammad diwawancarai oleh
Soleh Solihun.
24 Jam Bersama Gaspar mengangkat kisah detektif pada level
yang berbeda, dengan konflik sederhana sebetulnya: seorang tokoh protagonis
bernama Gaspar, mengajak lima orang secara manasuka untuk merampok sebuah toko
emas, karena obsesinya pada sebuah kotak hitam yang tersimpan di sana. Tapi
setelah mengenal karakter tiap tokoh yang terlibat, dipikir-pikir agak rumit
juga.
Novel ini disampaikan penulis dengan gaya menulis yang
sarkastis, satire nan meledak-ledak. Kadang terlihat serius sekali, kadang
terasa asal, jenaka, dan intelek dalam waktu bersamaan. Misalnya, menyoal
sindiran terhadap film Fight Club sampai diadakan forum diskusi khusus oleh
para pemuja Brad Pitt, walaupun tokoh Gaspar harus mengakui kalau film itu
memang cukup apik sebagai pelopor film dalam genrenya.
No comments:
Post a Comment