Monday, April 19, 2021

Pulang ke Rinjani

 


Saya memutuskan berbuka puasa membaca buku Non-Fiksi. Niatnya, saya tidak akan membaca novel di tahun 2021, hal tersebut luntur karena tidak tahan godaan buku “Pulang ke Rinjani” karya Reza Nufa. Novel yang mengangkat tema pencarian jati diri dengan kemasan traveling ini cukup menyita perhatian dunia sastra di triwulan pertama. Mulai dari pembaca buku, penulis dan kritikus menyinggung buku ini sebagai karya yang cadas. Pembawaan bahasanya konfrontatif, berbau Post-Mo dan komedi satire. Namun, saya sendiri kurang senang dengan gaya penulisan novel yang detil seperti ini. Me Murakamikan diri, meng Norwegian Wood kan diri dalam judul, Pulang Ke Rinjani.

Baik, mari kita mulai. Saya bukan tipikal pembaca yang rewel masalah kover. Namun untuk buku ini, saya belum menemukan kecocokan antara kover dengan isi novel. Warna putih yang sangat dominan ditambah foto penulis duduk di atas batu. Maksudnya apa?

Novel setebal 431 halaman ini terbagi dalam 27 judul, setiap judul mengantarkan kita atas kegelisahan yang penulis rasakan. Tinggal pembaca yang menilai, mau mengapresiasi atau menghujat proses pelik yang dialami penulis! Seratus halaman pertama, saya mulai menangkap poin mengapa buku ini ditulis. Berbicara bagaimana proses yang cukup rumit penulis alami selama menuntaskan studi sampai dipertemukannya dengan orang-orang baru di perjalanan. Namun, saya cukup kesal saat penulis menjadi orang pesakitan karena kakinya terluka berkat sandal yang ia kenakan tidak cocok untuk jalan kaki. Pada titik ini, kenapa kok ya enggak ganti memakai sepatu saja. Hadehhhhh.

Penulis akhirnya memutuskan untuk membeli sepatu trecking di gerai REI Kota Jember, alasan ia membeli karena segera mendaki Gunung Rinjani, ia tidak ingin gunung pertama kali yang ia daki ini menjadi kacau karena kakinya bermasalah. Bangsat sekali bukan! Kok ya tidak dari Ciputat saja jalan kaki memakai sepatu!

Banyak yang mengira kalau Mas Reza Nufa adalah orang Lombok yang berjalan kaki dari Ciputat ke Rinjani. Wajar kalau judul bukunya, Pulang ke Rinjani. Bagaimana sebenarnya? Ia adalah orang Banten, kuliah di UIN Ciputat. Kisah yang ada dalam buku ini adalah flashback apa yang Mas Reza alami. Mulai dari ditinggal pasangan, merasa bersalah, depresi, kalut dan bingung apa yang akan ia lakukan selepas lulus kuliah.

Membaca buku “Pulang ke Rinjani” seperti membaca cerita petualangan rohaniah. Pembaca akan banyak menemukan kisah penyentuh jiwa dan pengunggah nurani. Terlebih pertanyaan-pertanyaan siapa kita, apa itu masjid, apa hubungan masjid dengan tempat sujud dan apakah Tuhan memang ada?

Alur cerita dalam novel ini terbelah menjadi dua bagian. Pertama, penulis mengisahkan perjalanannya ke Lombok. Mulai dari jalur yang ia tempuh, bertemu dengan siapa, apa yang ia dapatkan, masalah yang ia lalui dan keajaiban-keajaiban apa yang ia sendiri kadang tidak percaya. Kedua, penulis mengisahkan periode lima tahun ke belakang, bagaimana ia menjadi manusia penyendiri, tiga tahun hidupnya ia lalui hampir seluruhnya di dalam kosan, manusia yang sempat gagal, banyak membuat kecewa, terutama ke sosok Ibu. Dengan membaca secara lengkap dua bagian cerita ini, pembaca akan paham benang merah dari novel ini. Kegelisahan-kegelisahan yang penulis alami tumpah ruah menjadi satu dalam kisah manusia keras kepala bernama, Reza Nufa.

Terimakasih

Malang, 19 April 2021

Ali Ahsan Al Haris

 

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment