Tuesday, November 7, 2023

Aku, Jatuh Cinta yang Kedua



Aku, Jatuh Cinta yang Kedua


Di sebuah rumah kecil itu, ada seorang gadis kecil bernama Nuna. Meski baru berusia 3,2 tahun, kehidupannya penuh dengan keceriaan dan aktivitas yang memberi warna pada setiap harinya.

Setiap pagi, sinar matahari pertama adalah isyarat bagi Nuna untuk memulai petualangannya. Pukul 06:00 WIB, dengan semangat yang membara, gadis kecil itu bangun dari tempat tidurnya yang hangat. Dengan langkah kecil yang penuh kegembiraan, ia menuju ruang tengah, tempat di mana ia akan bersiap-siap untuk sesi ngaji pagi.

Pukul 07:00 WIB, tas kecil bergambar Mickey Mouse bergantung di pundaknya saat ia bergegas menuju tempat ngajinya. Di sana, bersama teman-teman sebaya, Nuna belajar dengan penuh antusiasme, menyerap setiap huruf Hijaiyah yang diajarkan oleh Ustadzah. Ketika pukul 08:15 WIB tiba, papanya datang menjemputnya, dan mereka pulang bersama untuk menikmati sarapan lezat yang disiapkan oleh mamanya, sambil berganti baju.

Kemudian, petualangan siang hari dimulai. Pukul 09:30 WIB, Nuna melangkah dengan ceria ke tempat penitipan anak, di mana ia menemukan dunianya yang penuh warna. Di sana, ia belajar, bermain, dan menjalin persahabatan dengan gembira. Saat jam menunjukkan pukul 13:30 WIB, ibunya dengan penuh cinta datang menjemputnya, wajahnya memancarkan senyuman hangat.

Setelah istirahat sejenak di rumah, Pukul 14:00 WIB, Nuna kembali memasuki dunia ngajinya, kali ini dalam sesi ngaji sore. Ketika jam menunjukkan pukul 16:30 WIB, matahari mulai bergerak menuju horizon, memberi isyarat bahwa waktunya ngaji sore telah berakhir, dan saatnya bermain serta mengekspresikan diri bersama teman-temannya.

Sore itu penuh tawa, keceriaan, dan canda. Mandi menjadi petualangan seru, sementara makanan lezat menjadi hadiah setelah bermain seharian. Nuna menikmati momen-momen itu dengan segenap hati, merasakan kebahagiaan yang tulus dari kedua orangtuanya, para Ustadzah, dan rekan-rekannya.

Ketika malam tiba, suasana damai menyelimuti rumah kecil itu. Di atas meja kecilnya terbentang buku-buku cerita yang penuh petualangan. Bersama ibunya, Nuna memasuki dunia imajinasinya yang kaya. Dari halaman-halaman buku, kata-kata menjadi jembatan menuju petualangan-petualangan baru yang tak terbatas.

Dengan setiap kata yang dipelajari, dunianya semakin melebar. Di antara suara tawa dan cerita yang dibacakan, terjalinlah ikatan yang tak ternilai antara seorang ibu dan putrinya.

Nuna, gadis kecil yang penuh semangat dan keceriaan, menjalani hari-harinya dengan penuh kegembiraan, dipenuhi oleh cinta, pengetahuan, dan petualangan. Begitulah seorang anak kecil, senantiasa tertawa, bahagia, dan sesekali menghadirkan ekspresi kekecewaan. Namun, tanpa mengetahui kesedihan yang mungkin dirasakan kedua orangtuanya.

Malang, Selasa 7 November 2023



No comments:

Post a Comment