Di Antara Secangkir Kopi dan Sepiring Kisah |
Karjo sibuk melayani pelanggan di kedai kopinya yang terletak di dekat stasiun kota lama Malang. Meski kedainya tidak besar, Karjo memiliki banyak pelanggan tetap. Salah satunya, Pak Tono, pria 38 tahun yang hampir setiap hari ke kedai Karjo.
Hari itu, Pak Tono datang sendirian tanpa putri kecilnya seperti biasa. Mungkin putrinya sedang sekolah, pikir Karjo. Ia pun melanjutkan melayani pelanggan lain yang datang siang itu. Kedai cukup ramai seperti biasa.
Berbeda dengan kafe-kafe di sekitarnya yang kerap mendapat komplain soal pelayanan lambat, pelanggan Karjo justru sangat pengertian. Mungkin mereka paham bahwa tidak ada yang perlu dikomplain dari kedai kopi sederhana yang bocor sana-sini saat hujan.
Di tengah keramaian kedai, Pak Tono terlihat sering menengok ke arah parkiran, seolah memastikan motornya masih di sana. Tak lama kemudian, ia bergegas menuju parkiran. Rupanya putrinya sudah diantar ke sana oleh mantan istrinya beserta suami barunya.
Pak Tono terlihat memeluk putrinya dengan erat, sementara mantan istrinya hanya berdiri canggung di samping suaminya yang baru. Karjo yang menyaksikan pemandangan itu dari kejauhan turut merasa sedih. Ia paham betapa beratnya perasaan Pak Tono saat ini.
Karjo membayangkan perasaan mantan istri Pak Tono juga pasti campur aduk. Di satu sisi ia bahagia dengan suami barunya, namun di sisi lain rasa bersalah pada Pak Tono dan putrinya pasti menghantuinya. Apalagi hak asuh putrinya dimenangkan oleh mantan suaminya.
Melihat pemandangan miris itu, Karjo jadi merasa bersyukur dengan kehidupan sederhananya. Meski tak semapan Pak Tono, setidaknya Karjo masih memiliki keluarga yang utuh dan harmonis.
Kemakmuran materi tak menjamin kebahagiaan jika tidak dibarengi dengan keharmonisan di dalam rumah tangga.
No comments:
Post a Comment